Maju berkurangnya kapasitas sungai-sungai yang membelah Kawasan di Kalimantan Selatan akibat pendangkalan (sedimentasi) menjadi pemicu kerentanan banjir di Kawasan tersebut. Hingga kini banjir dan genangan Tetap melanda sejumlah Kawasan di Kalsel.
Hal ini diungkapkan Kepala Balai Kawasan Sungai (BWS) Kalimantan III, I Putu Eddy Purna Wijaya, Kamis (16/1).
“Banjir atau genangan Dapat terjadi karena berkurangnya kapasitas sungai, topografi lahan yang relatif datar, dan pengaruh pasang surut air laut ke arah hulu sungai. Kondisi ini sering terjadi di dataran-dataran rendah, seperti daerah bantaran banjir sungai, rawa, dan sejenisnya,” tutur Putu Eddy.
Secara historis menurutnya, dengan memerhatikan topografi, lahan, curah hujan, dan banyaknya sungai di Kalsel, masalah banjir harus mendapat perhatian serius dari Segala pihak.
“Bukan hanya penanganannya, melainkan juga upaya pencegahan, pengurangan resiko serta mitigasi. Pengendalian banjir, penanganannya tergantung penyebabnya, Dapat melalui normalisasi, pembuatan tanggul, pintu air, pompa, pembuatan kolam retensi atau bendungan, dan lainnya,” kata Putu Eddy.
BWS Kalimantan III membawahi Provinsi Kalimantan Tengah dan Kalimantan Selatan, serta Kawasan sungai sebagai Kawasan kerja yang terdiri dari WS Mentaya-Katingan, WS Barito, WS Jelai-Kendawangan (Kalteng), dan WS Barito (Kalsel).
Pada bagian lain, Plt Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kalsel, Faried Fakhmansyah, dalam laporan kebencanaannya menyebut Ketika ini sebagian Kawasan Kalsel seperti Kabupaten Tapin, Banjar, Kotabaru, Hulu Sungai Utara, dan Kota Banjarmasin terendam banjir. Banjir disebabkan tingginya curah hujan yang mengakibatkan meluapnya sungai dan rawa.
Pantauan Media Indonesia, beberapa Letak dataran rendah termasuk permukiman penduduk di Kawasan Kota Banjarmasin, Kota Banjarbaru, dan Kabupaten Barito Kuala sejak dua pekan terakhir terendam, akibat tingginya curah hujan dan pengaruh pasang surut sungai dan air laut. (DY/J-3)