Berjumpa Menlu AS, Presiden UEA Tolak Pengusiran Anggota Palestina dari Gaza

Pengungsi di Gaza yang kembali ke rumah setelah perang. Foto: Anadolu

Serbuk Dhabi: Presiden Uni Emirat Arab (UEA) Sheikh Mohamed bin Zayed Al-Nahyan pada Rabu 19 Februari 2025 menegaskan kembali penolakan negaranya terhadap segala upaya penggusuran Anggota Palestina dari tanah mereka.

Hal ini disampaikan selama pertemuan antara pemimpin Emirat dan Menteri Luar Negeri Amerika Perkumpulan (AS) Marco Rubio di Serbuk Dhabi di mana mereka meninjau Interaksi bilateral dan kerja sama antara kedua negara, kantor Informasi negara WAM melaporkan.

“Sheikh Mohamed dan Rubio juga membahas sejumlah isu regional dan Dunia, termasuk perkembangan di Area Palestina dan kawasan Timur Tengah,” kata WAM, seperti dikutip Anadolu, Kamis 20 Februari 2025.

Cek Artikel:  Gerebek Puluhan Panti Asuhan, Polisi Malaysia Ringkus Ratusan Guru dan Pengasuh Terduga Pelaku Pelecehan Anak

“Obrolan tersebut juga membahas upaya yang sedang berlangsung Kepada mengatasi krisis di Gaza dan implikasinya bagi perdamaian, stabilitas, dan keamanan regional,” sebut WAM.

Sheikh Mohamed menegaskan kembali “sikap tegas UEA yang menolak segala upaya Kepada menggusur rakyat Palestina dari tanah mereka” dan menggarisbawahi pentingnya menghubungkan rekonstruksi Gaza “dengan jalan yang mengarah pada perdamaian yang komprehensif dan Kekal berdasarkan solusi dua negara.”

Presiden AS Donald Trump telah mengumumkan proposal Kepada mengambil alih Gaza dan memukimkan kembali penduduk Palestina Kepada mengembangkannya menjadi apa yang disebutnya “Riviera Timur Tengah,” sebuah ide yang ditolak keras oleh Palestina, negara-negara Arab, dan banyak negara Barat, yang mengatakan hal itu sama saja dengan pembersihan etnis.

Cek Artikel:  Soal Pemutusan Interaksi dengan UNRWA, Israel Akan Beri Paham PBB Segera

Ide kontroversial itu muncul di tengah perjanjian gencatan senjata yang mulai berlaku di Gaza pada 19 Januari, yang menghentikan perang genosida Israel, yang telah menewaskan Dekat 48.300 Anggota Palestina, kebanyakan dari mereka adalah Perempuan dan anak-anak, dan meninggalkan daerah kantung itu dalam reruntuhan.

Mungkin Anda Menyukai