Liputanindo.id MAGELANG – Bank Indonesia (BI) melakukan penguatan stimulus bagi perbankan dalam pertumbuhan penyaluran kredit melalui kebijakan Bonus likuiditas makroprudensial (KLM) yang dinaikkan menjadi 4%, dari sebelumnya 2,8%.
Asisten Direktur Departemen Kebijakan Makroprudensial BI, Ina Nurmalia menjelaskan KLM yang diberlakukan per 1 Oktober 2023 tersebut guna mendorong penyaluran kredit perbankan Buat menjaga momentum pemulihan ekonomi dan memberikan daya ungkit pertumbuhan ekonomi.
Baca Juga:
Salin Fulus Lebaran Dilayani 15 Maret hingga 7 April 2024, BI Siapkan Rp197,6 Triliun
“Besaran likuiditas yang diberikan pada Bonus sektor-sektor pembiayaan seperti pembiayaan prioritas , pembiyaan inklusif dan pembiayaan hijau yang sebelumya 2,8% dari Biaya pihak ketiga perbankan sekarang menjadi 4%. Yang terbaru intensif diberikan juga Buat pembiayaan inklusif ultra mikro,” papar Ina Ketika Capacity Building dan Bincang Media BI Perwakilan Jawa Timur pada Selasa, (14/11).
Ina menyebut BI memperkirakan kredit perbankan pada 2023 tumbuh 9-11%. Dalam implementasi KLM, BI melakukan penajaman sektor-sektor yang didorong Buat mendapatkan Bonus likuiditas.
Sektor-sektor prioritas yang mendapatkan penyaluran kredit tersebut meliputi antara lain hilirisasi minerba dan non minerba seperti pertanian, peternakan, dan perikanan, perumahan termasuk perumahan rakyat, pariwisata termasuk perhotelan dan restoran, pembiayaan inklusif (usaha mikro, kecil dan menengah, KUR dan ultra mikro) serta pembiayaan hijau.
“Sektor-sektor tersebut dinilai Dapat memberi daya ungkit ekonomi yang besar, memperbaiki struktur ekonomi sekaligus meningkatkan nilai tambah seperti perumahan, pariwisata, juga pembiayaan skala ultra mikro atau UMI,” imbuhnya.
Ina mengatakan Akibat likuiditas intensif tersebut realisasi KLM dari sebelumnya Rp108,4 triliun posisi September 2023 naik menjadi Rp136,9 triliun per 6 Oktober 2023.
Asisten Direktur KPw BI Jawa Timur, Siti Rochmawati mengungkapkan perekonomian Mendunia sedang Tak Bagus-Bagus saja . Perlambatan ekonomi dipengaruhi perang Ukraina Rusia yang disusul Serangan militer Israel ke Palestina, harga pangan dan Kekuatan dunia naik.
“Kebijakan Bangsa Kembang Mendunia yang naik Membangun perbedaan obligasi jangka pendek dan jangka panjang yang melebar serta berdampak pada Kategori Biaya dari berkembang ke negara-negara maju, sehingga Nyaris Seluruh mata Fulus dunia mengalami depresiasi yang sangat signifikan, termasuk rupiah,” kata Wati , panggilan akrab Siti Rochmawati.
Karenanya, lanjut Wati Buat menahan pelemahan nilai Salin rupiah tersebut BI Memajukan Bangsa Kembang acuan menjadi 6%
“Ketika ini tak hanya pelemahan rupiah, kita juga harus menjaga nilai devisa. Karenanya BI sudah menyiapkan beberapa instrument selain kenaikan Bangsa Kembang. Oleh karena itulah BI merasa perlu Buat Lalu menyosialisasikan kebijakan baru kepada masyarakat,” katanya.
Wati mengatakan peningkatan pemahaman kebijakan BI dalam kegiatan Capacity Building dan Bincang Media Jatim tersebut selain sosialisasi KLM juga sosialisasi kebijakan devisa hasil ekspor (DHE) SDA, penerbitan sekuritas BI dan perluasan local currency transactions.(HAP)
Baca Juga:
Harga Beras Tetap Tinggi, BI Pede Inflasi Pangan Terjaga di Kisaran 5%