DUTA Baca Indonesia Heri Hendrayana Harris atau yang lebih dikenal dengan nama pena Gol A Gong menilai kebiasaan membaca pada zaman dulu dan sekarang sudah berbeda. Maksud membaca tidak lagi bisa disamakan dengan membaca buku atau majalah.
“Nabi Muhammad pernah bersabda bahwa ajarilah anak-anakmu sesuai dengan zamannya. Jadi membaca buku itu tidak selalu harus buku-buku cetak atau konvensional. Dia juga bisa membaca buku e-book atau buku digital. Kemudian membaca secara konteks seperti nonton Youtube itu juga bagian dari membaca,” kata Gol A Gong saat dihubungi, Minggu (15/9).
Meski begitu peran orang tua harus mengarahkan anak jangan selalu nonton Youtube atau film-film pendek. Dapat juga mengubah cara berpikir anak dengan melihat cara produksinya atau proses kreatif pembuatannya sehingga ada pengetahuan baru.
Baca juga : Hari Kunjung Perpustakaan 14 September, ke Perpustakaan Tak Sekadar Baca Naskah
“Kalau perlu anak disuruh membuat dengan tutorialnya banyak di Youtube. Jadi sekali lagi, literasi digital itu bukan ancaman. Orang tua harus beradaptasi. Kisah-kisah sukses itu bukan karena dia sekadar pintar, cerdas, kaya, miskin. Tapi dia mampu beradaptasi,” ungkapnya.
Dihubungi terpisah Penulis buku Bunyi Ibu yang Lain, Muhammad Ade Putra, 23, menilai anak muda saat ini juga perlu membaca buku karena buku merupakan rumah bagi ilmu pengetahuan yang dirangkum secara mendalam.
“Bacalah buku karena dengan membaca buku kamu sudah membuka satu pintu, kamu sudah melakukan satu langkah, kamu sudah mengepakkan satu sayap untuk mengenal kebudayaan Indonesia, untuk mengenal siapa dan untuk apa kamu ada di sini,” ungkap Ade.
Dengan membaca buku juga dapat memahami budaya Indonesia secara mendalam dan menyeluruh.
“Saya yakin pemahaman dan memahami, mendalami kebudayaan adalah upaya, adalah kerja untuk memahami dan mengetahui apa Indonesia itu dan apa dan kenapa kita ada di sini,” pungkasnya. (H-2)