Berdayakan Masyarakat Rentan, Regional Indonesia Timur Raih 3 Penghargaan

Berdayakan Masyarakat Rentan, Regional Indonesia Timur Raih 3 Penghargaan  
Regional Indonesia Timur Subholding Upstream Pertamina meraih penghargaan Dunia.(PEP Papua Field)

Komitmen terhadap pemberdayaan masyarakat rentan komunitas adat (indigeneous people) di pedalaman Banggai Kepulauan Sulawesi Tengah, petani garam konvensional di pesisir Bangkalan Madura, dan pemenuhan kebutuhan dasar air Rapi di Sorong Papua, membawa Regional Indonesia Timur Subholding Upstream Pertamina meraih tiga penghargaan Dunia kategori Best Practice. Seluruh penghargaan itu diterima dalam ajang Dunia Corporate Sustainability Award yang digelar oleh Taiwan Institute for Sustainable Energy (TAISE). 

Penghargaan tersebut diberikan kepada Pertamina EP Donggi Matindok Field (PEP DMF) dalam Program Kokolomboi Lestari, PEP Papua Field dalam Program Air Rapi dan PHE WMO dalam Program Salt Centre Terintegrasi. 

“Dalam menjalankan tugas mendukung ketersediaan Daya nasional, Regional Indonesia Timur berkomitmen memberikan manfaat jangka panjang kepada pemangku kepentingan utamanya masyarakat dimana kami beroperasi,” ujar Senior Manager Relations Fitri Erika dalam keterangannya, Kamis (21/11).

Cek Artikel:  Produksi Perdana LNG di Papua Barat Dilakukan September 2023

Indonesia Timur, imbuhnya, Tetap menghadapi berbagai tantangan dalam mewujudkan kesejahteraan dan kesetaraan khususnya bagi Golongan rentan yakni komunitas adat di Sulawesi, petani garam konvensional di pesisir Bangkalan, Madura dan masyarakat adat pra sejahtera di Papua. 

“Penghargaan ini menjadi pengakuan atas komitmen keberlanjutan kami yang sejalan dengan kerangka Dunia,” tuturnya.

Sebagaimana diketahui, program Kokolomboi Lestari berlokasi di Desa Leme-Leme Darat, Banggai Kepulauan, Sulawesi Tengah, menyasar kaum rentan Golongan adat Togong Tanga. Melalui pengembangan kawasan konservasi berbasis masyarakat adat, hal tersebut diyakini dapat mendorong masyarakat adat Buat mengelola sumber daya hutan secara berkelanjutan melalui hilirisasi komoditas madu sekaligus pengembangan kawasan eko-edu wisata minat Tertentu. Demi ini, masyarakat Adat Togong-Tanga berhasil mengembangkan kawasan konservasi berbasis masyarakat lainnya di 6 Desa Sekeliling Kokolomboi melalui pelibatan 300 Personil dan memberikan peningkatan pendapatan sebesar Rp 1.445.000-Rp 8.547.534/ bulan serta menjadi pioneer dan pendamping dalam aksi mitigasi dan adaptasi perubahan iklim di kabupaten Bangga Kepulauan. 

Cek Artikel:  Tingkatkan Literasi dan Inklusi, Bank Bjb Dorong Kebiasaan Menabung

Sementara itu, program Air Rapi Berbasis Pemberdayaan Masyarakat merupakan program pemenuhan kebutuhan dasar air Rapi Buat masyarakat prasejahtera di Distrik Klasefet dan Klamono, Kabupaten Sorong, Papua Barat Daya. Program ini mendorong masyarakat Buat terlibat di dalam pengolahan air memanfaatkan teknologi bak sedimentasi dan filtrasi berbahan lokal. Kekeruhan dan derajad keasaman air berhasil diturunkan menjadi 174 mg/l dan 7, dari semula 280 mg/l dan 8,4. Di samping itu, program ini turut mengimplementasikan teknologi panel surya Buat operasional pompa air, sejalan dengan program perusahaan Buat mengurangi emisi karbon dan pengendalian penggunaan air tanah sebesar 64.605 m2. Berkat program ini, masyarakat Bisa menghemat pengeluaran biaya Buat air Rapi, dari 3,2 juta rupiah per KK per tahun menjadi 600 ribu rupiah per KK per tahun.                                                                                      

Cek Artikel:  Bahas Subsidi, Prabowo Panggil Menteri hingga Dirut BUMN

Sementara itu, program Salt Centre Terintegrasi yang berlokasi di Desa Banyusangka, Kecamatan Tanjungbumi, Kabupaten Bangkalan – Jawa Timur menyasar kaum rentan yakni petani garam konvensional. Melalui pengembangan Salt Centre Terintegrasi dengan menerapkan teknologi Pas guna, program yang dikelola oleh BUMDes Wijaya Kusuma ini telah berhasil meningkatkan kualitas NaCl mencapai 94,07% (di atas standart SNI) dan Bisa meningkatkan kuantitas produksi garam mencapai lebih dari 54 ton. Program ini juga berhasil menjadi Letak percontohan pengelolaan garam dan telah Membikin modul belajar berISBN yang dapat diakses bagi seluruh masyarakat. (Z-11)

Mungkin Anda Menyukai