Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Orang dan Kebudayaan (Menko PMK) Muhadjir Effendy mengungkapkan saat ini terjadi penumpukan masyarakat Indonesia di kelompok menuju kelas menengah atau dikenal aspiring middle class.
Penumpukan itu terjadi bukan karena masyarakat miskin yang bergerak naik kelas. Sebaliknya, ada begitu banyak masyarakat kelompok kelas menengah yang terpuruk menuju kemiskinan. Itu terjadi sebagai dampak jangka panjang dari covid-19.
Berdasarkan data Badan Pusat Tetaptik (BPS), pascapandemi yakni 2021-2024, jumlah masyarakat kelas menengah mengalami penurunan sebesar 5,98 juta orang.
Baca juga : Masyarakat Kelas Menengah Rawan Jadi Miskin, Ini Kata Apindo
Sementara itu, persentase penduduk menuju kelas menengah mengalami peningkatan pascapandemi. Dari sebanyak 130,82 juta orang di 2021 menjadi 137,5 juta orang di 2024. Golongan ini berada satu level di bawah kelas menengah.
“Ini terjadi penumpukan yaitu semacam penumpukan atau bottle neck di kelas aspiring middle class,” ujarnya usai acara Penganugrahan Paritrana Award BPJS Ketenagakerjaan Pahamn 2024 di Plaza BPJamsostek, Jakarta Kamis (12/9).
Muhadjir berkeyakinan berkurangnya jumlah kelas menengah bukan loncat kelas menjadi kelas atas. Hal ini karena di kelas tersebut juga mengalami penurunan jumlah masyarakat. BPS mencatat di 2024 kelas atas berjumlah 1,07 juta penduduk, menyusut dibandingkan 2023 yang berjumlah 1,26 juta masyarakat.
Baca juga : Pemerintah Punya Sisa Waktu 5 Bulan Turunkan Kemiskinan Ekstrem hingga 0%
“Intervensi BPS saat ini kelas menengah kita berkurang dan berkurangnya itu dipastikan turun, bukan naik. Karena apa? Karena kelas atasnya juga turun. Kemudian turun ke mana, yang bisa dipastikan dia sekarang berada di zona namanya aspiring middle class,” jelasnya.
Kendati demikian, Menko PMK juga melihat penurunan kelas menengah tidak menyodok terlalu dalam alias jatuh ke kelas miskin. Ini karena jumlah kelas miskin mengalami penyusutan, dari berjumlah 25,90 juta menjadi 25,22 juta penduduk.
“Tetapi ternyata penurunan kelas menengah tidak ke lapisan kelas bawah. Kenapa? Karena angka kemiskinan kita juga turun. Itu berarti angka miskin naik ke aspiring middle class,” tandasnya. (Z-11)