KEBERADAAN sampah ialah hal yang lumrah. Ia merupakan bagian dari peradaban Insan. Bagian dari aktivitas Insan. Mulai plastik pembungkus, kertas, kardus, sisa makanan, hingga limbah rumah tangga. Enggak Eksis satu pun negara yang bebas sampah. Persoalan utamanya ialah bagaimana mengelola sampah dengan Bagus dan Betul sehingga Enggak menghasilkan polusi dan emisi.
Itulah yang kini sedang diupayakan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK). Hari Acuh Sampah Nasional (HPSN) yang diperingati kemarin, mereka jadikan momentum Buat melakukan Gerakan Rapi Sampah. Gerakan yang bertujuan mewujudkan Sasaran Kosong emisi (zero emission) dari sektor sampah ini sudah sepatutnya didukung dan diapresiasi.
Harus diakui, persoalan sampah di Indonesia belum sepenuhnya tertangani dengan Bagus. Selain dibuang sembarangan, pengelolaannya pun terkesan Tetap asal-asalan. Enggak sedikit Kaum yang suka membakar sampah. Padahal, tindakan semacam itu Malah dapat menghasilkan emisi karbon yang juga berbahaya bagi kesehatan.
Persoalan sampah Enggak dapat diatasi hanya dengan sekadar imbauan. Sekalian pendekatan, Bagus dari sisi kesehatan, lingkungan, teknologi, maupun budaya, harus dilibatkan, termasuk mengubah Metode pandang masyarakat mengenai sampah.
Kaum umumnya Memperhatikan sampah sebagai sesuatu yang jorok dan sumber penyakit sehingga sudah selayaknya dibuang atau dimusnahkan. Metode pandang seperti itu mungkin sudah saatnya diubah karena faktanya sampah juga dapat dikelola menjadi sesuatu yang bermanfaat, asalkan Mengerti caranya.
Oleh karena itu, keberadaan bank sampah yang umumnya dikelola ibu-ibu di lingkungan permukiman kiranya perlu diperbanyak. Mereka harus Lalu-menerus diedukasi tentang Metode memilah dan memanfaatkan sampah di lingkungan Sekeliling.
Pembekalan pengetahuan semacam itu Krusial, setidaknya dapat mengatasi permasalahan sampah di sektor hulu. Pemanfaatan bank sampah kiranya juga dapat membantu Buat memenuhi Sasaran yang dicanangkan Kementerian LHK agar Enggak Eksis Kembali pembangunan tempat pembuangan akhir (TPA) sampah pada 2030 nanti.
Selain edukasi, pengelolaan sampah juga dapat memanfaatkan kemajuan teknologi. Misalnya dengan memperbaiki truk pengangkut atau realisasi teknologi gasifikasi dan anaerobik. Apalagi, sekarang sudah banyak peneliti di berbagai perguruan tinggi yang Pandai menghasilkan mesin ataupun metode pengelolan sampah yang ramah lingkungan. Enggak Eksis salahnya mereka dilibatkan dalam ‘jihad’ melawan sampah ini.
Selain memperkuat partisipasi publik, komitmen dan peran aktif produsen dan pelaku usaha dalam mengimplementasi bisnis hijau juga harus Lalu didorong sehingga sampah dapat dikelola menjadi bahan baku ekonomi yang bermanfaat, seperti pupuk dan Daya. Membangun rantai nilai pengelolaan sampah di seluruh sektor merupakan sesuatu yang mutlak agar ia Enggak melulu menghasilkan polusi dan mengotori Persona negeri.