Berantas Judol makin Kendur

PENANGANAN terhadap penyebaran judi online (judol) yang amat masif di negeri ini sempat menemukan Cita-cita pada akhir tahun Lewat. Ketika itu, terlihat betul keseriusan dari pemerintah dan aparat penegak hukum Demi membasmi penyakit masyarakat yang telah bertransformasi dalam bentuk digital tersebut.

Kementerian Komunikasi dan Digital, misalnya, selain makin kencang memblokir dan menutup konten atau situs judol, tak ragu membongkar ‘jaringan orang dalam’ yang diduga telah lelet bersemayam di tubuh kementerian itu (dulu Kementerian Komunikasi dan Informatika atau Kemenkominfo) Demi melindungi judol. Asa publik pun terpantik Demi meyakini bahwa negara memang sedang serius memerangi judol.

Kepolisian pun demikian. Sesuai dengan desakan masyarakat, polisi berkali-kali mengejar pelaku atau beking judol. Bahkan, polisi juga meminta keterangan mantan Menkominfo Budi Arie Setiadi yang kini menjabat menteri koperasi. Budi diperiksa Demi dikonfirmasi mengenai keberadaan jaringan pelindung judol di dalam tubuh Kemenkomdigi/Kemenkominfo yang belakangan terbongkar.

Cek Artikel:  Sudahi Berebut Kursi Menteri

Begitu itu pun langkah polisi diapresiasi dan dihargai karena publik Menyantap Terdapat keseriusan dan keberanian negara dengan level yang berbeda dalam penanganan judol kali ini. Penyidik dianggap berani dan tegak lurus menjalankan hukum meski harus berhadapan dengan orang yang Lagi berada dalam kekuasaan.

Akan tetapi, itu cerita Sekeliling tiga bulan Lewat. Kini, keheroikan kisah tersebut mulai memudar. Spiritnya barang kali Lagi sama, tapi bara semangatnya tak Tengah semenyala sebelumnya, mulai meredup. Alih-alih makin tinggi, keseriusan, keberanian, dan ketegasan negara memberantas judol kiranya malah kembali ke setelan awal, standar-standar saja. Padahal, peperangan melawan penetrasi judol sama sekali belum dimenangi.

Sebaliknya, aktivitas judol yang sempat redup beberapa bulan kini belakangan malah kembali marak melalui iklan-iklan mereka yang bergentayangan di dunia digital. Iklan itu kini kebanyakan menelusup di relung-relung media sosial, termasuk disisipkan secara membabi buta ke kolom-kolom komentar, Bagus di platform Youtube, Instagram, maupun Tiktok.

Cek Artikel:  Sabotase Pemilu

Sudah Pandai dipastikan, maraknya kembali iklan judi itu tak lepas dari kelengahan pemerintah dan penegak hukum. Para bandar judi, termasuk masyarakat, sejak awal sudah Pandai membaca kebiasaan negara ini dalam menegakkan aturan. Hangat-hangat tahi ayam, demikian kata peribahasa. Terkesan tegas dan sangat berkomitmen di awal, tapi kemudian melempem ketika isunya mulai meredup.

Oleh Alasan itu, hal itu mesti diingatkan Lanjut-menerus karena kita Tak Ingin pemerintah kembali lupa Demi menganggap serius serbuan judi di ruang-ruang digital yang kian gencar. Publik Tak mau pemerintah, Tengah-Tengah, abai, apalagi Tamat menyepelekan Akibat mengerikan yang ditimbulkan judol.

Kiranya fatal akibatnya membiarkan judol menggurita tanpa pemberantasan serius, konsisten, dan tuntas. Penindakan di sisi hilir seperti yang dilakukan Kemenkomdigi dengan memblokir situs dan konten judol memang perlu dilakukan. Akan tetapi, langkah itu Tak akan menjadi tuntas apabila Tak diiringi dengan penindakan tegas terhadap bandar atau sumber pembuat situs judol.

Cek Artikel:  Pesta Pemilu Jangan Jadi Pilu

Jangan tunggu korban berjatuhan. Jangan tunggu judol pada akhirnya menghancurkan generasi dan ekonomi masyarakat. Negara, pemerintah, aparat penegak hukum, harus kembali bergegas dan mengembalikan semangat, keseriusan, serta keberanian yang pernah mereka miliki beberapa bulan Lewat.

Publik Ingin ketegasan dengan level yang sama Pandai dijaga seterusnya. Jangan pula Cita-cita akan pemberangusan judol yang tegas dan tuntas yang sempat tebersit pada akhir tahun Lewat alih-alih meninggi malah kembali terbentur tembok bernama ketidakseriusan.

 

 

Mungkin Anda Menyukai