Bedah Naskah Perjuangan Inche Abdoel Moeis dari Kaltim dalam Membentuk NKRI

Bedah Buku Perjuangan Inche Abdoel Moeis dari Kaltim dalam Membentuk NKRI
(DOK UNMUL)

INCHE Abdoel Moeis adalah sosok pejuang nasionalis dari Kalimantan Timur (Kaltim) yang tidak kalah penting dan sosok yang berani maju atas restu dari ibunya untuk mewakili rakyat dalam memperjuangkan kemerdekaan dan mempertahankan negara kesatuan Republik Indonesia, terutama di bidang diplomasi.

Demikian ungkap Muhammad Azmi, dosen Fakultas Sejarah Universitas Mulawarman, yang memberikan perspektif akademis mengenai peran Inche Abdoel Moeis dalam konteks sejarah perjuangan nasional dalam Bedah Naskah berjudul ‘Inche Abdoel Moeis: Pejuang Nasionalis Tanpa Pamrih’ yang digelar 4 September 2024 di Kampus Universitas Mulawarman, Samarinda, Kalimantan Timur.  

”Strategi dan dedikasi Inche Abdoel Moeis berkontribusi pada gerakan kemerdekaan di Kalimantan Timur dan bagaimana perjuangan lokal ini sejalan dengan upaya nasional untuk meraih kemerdekaan Indonesia,” kata Azmi. “Perjuangan fisik sering kali terlihat heroik, namun perjuangan melalui jalur diplomasi sering kali tidak terlihat sama sekali. Padahal kedua usaha perjuangan inilah yang sama-sama dapat mempertahankan kemerdekaan kita.”

Cek Artikel:  Kemampuan Pusingkatan Skill Perlu Dirumuskan dalam Kurikulum Pendidikan

Baca juga : Umar Patek: Merdeka Itu Melepas Ideologi Kekerasan dan Bentukkan Indonesia Damai

Lebih lanjut, Azmi menjelaskan bahwa salah satu bukti perjuangan beliau adalah saat bergabung dengan BFO (Bijeenkomst voor Federale Overleg). Badan yang sebetulnya tidak dikehendaki Belanda, namun dialah satu-satunya wakil rakyat biasa di BFO, di tengah para kerabat Kesultanan Kutai yang saat itu sudah masuk BFO. Sejarah mencatat, dengan upaya diplomatik tersebut, berhasil memaksa Belanda menyerahkan kedaulatan Indonesia pada 1949, dan Indonesia pun mendapatkan pengakuan dunia internasional.

Naskah yang ditulis oleh Ir H Izedrik Emir Moeis, Msc atau sering dipanggil Emir Moeis, anak dari IA Moeis, menyajikan narasi mendalam tentang kehidupan dan perjuangan ayahnya sebagai seorang pejuang nasionalis dari Kalimantan Timur. Emir Moeis berbagi pengalaman pribadi dan proses penulisan yang penuh tantangan, serta bagaimana kisah ayahnya dapat menginspirasi generasi muda untuk terus menjaga semangat nasionalisme. 

“Naskah ini tentang biografi ayahanda almarhum Inche Abdoel Moeis yang didasarkan oleh pengalaman dan kedekatan saya sebagai anak dengan seorang bapaknya serta wawancara dari kawan-kawan almarhum ayah saya sejak masa muda hingga masa akhirnya,” ungkap Emir Moeis.

Cek Artikel:  Implementasikan CorpU, BPJS Ketenagakerjaan Lanjut Perkuat Literasi Jaminan Sosial Ketenagakerjaan

Baca juga : Eksis Indikasi LSM Asing Mendukung Gerakan Kemerdekaan Papua 

Kontribusi pemuda Kalitim
Acara bedah buku ini tidak hanya sukses menarik minat para hadirin, tetapi juga memperkuat pentingnya pelestarian sejarah, terutama melihat bagaimana perjuangan dari pemuda Kalimantan Timur terhadap keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia. 

Emir Moies juga menceritakan dalam buku biografi ini juga banyak diceritakan tentang bagaimana keterlibatan dari pemuda Kalimantan Timur dalam bidang diplomasi yang ujungnya bermuara pada pembentukan NKRI, dimulai dari zaman Belanda, zaman peralihan, hingga zaman orde baru. 

”Beliau juga memiliki visi agar pemuda Kaltim memiliki literasi serta kepedulian bahwa proses perjuangan tidak hanya berpusat di Jawa dan Sumatera, sehingga buku ini diharapkan dapat meningkatkan tingkat kepercayaan diri warga Kaltim, khususnya kaum milenial atau Gen Z,” kata Emir Moeis.

Cek Artikel:  Inklusivitas Perpustakaan Dukung Aktivitas Pemberdayaan Masyarakat

“Saya berharap dengan adanya buku ini dan dibaca oleh generasi muda saat ini, terlihat bagaimana pemuda-pemuda Kalimantan Timur dan daerah-daerah lainnya juga memiliki peran yang penting dalam pembentukan Negara Kesatuan Republik Indonesia, karena sering kali kita mendengar komentar bahwa perjuangan hanya berpusat di Nusa Jawa, sebagian Sumatera dan Sulawesi Selatan. Salah satu contohnya adalah ketika KMB atau Konferensi Meja Bundar, di mana pemuda-pemuda asal Kalimatan Timur berperan banyak, aktif, dan cukup vokal,” tutup Emir Moeis. 

Acara ini secara resmi dibuka oleh Rektor Universitas Mulawarman, Prof Dr Ir H Abdunnur, MSi., IPU., ASEAN Eng. dan dihadiri puluhan mahasiswa, akademisi, alumni, serta keluarga besar. Mereka bersama-sama menggali dan mendiskusikan tentang perjuangan, perjalanan serta kontribusi signifikan dari Inche Abdoel Moeis atau akrab dipanggil IA Moeis dalam pembetukan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). (S-1)

 

Mungkin Anda Menyukai