Liputanindo.id – Sejumlah karyawan Tesla, SpaceX dan X milik Elon Musk mengumpulkan uang sebesar 90.563 dolar AS (Rp1,3 miliar) untuk kampanye calon presiden Kamala Harris. Dukungan ini berbanding terbalik dengan dana yang dikumpulkan untuk Donald Trump.
Berdasarkan laporan lembaga nirlaba nonpartisan, OpenSecrets, karyawan di Tesla berhasil mengumuplkan 42.824 dolar AS (Rp652 juta) untuk kampanye presiden Harris, dibandingkan 24.840 dolar AS (Rp378 juta) untuk kampanye Trump.
Bukan hanya karaywan Tesla, pekerja Elon Musk di perusahaan roket SpaceX juga turut melakukan aksi serupa. Mereka mengumpulkan 34.526 dolar AS (Rp525 juta) untuk Harris, dibandingkan untuk Trump hanya 7.652 dolar AS (Rp116 juta).
Sementara karyawan X mengumpulkan dana kampanye untuk Harris mencapai 13.213 dolar AS (Rp210 juta) dibandingkan kurang dari 500 dolar AS (Rp7 juta) untuk Trump.
Dukungan sejumlah karyawan ini bertentangan dengan pimpinan perusahaan, Elon Musk, yang secara terang-terangan akan mendukung Donald Trump dalam pemilihan presiden Amerika Perkumpulan mendatang.
Elon Musk sebelumnya memberikan dukungan untuk Joe Biden dalam pemilihan presiden tahun 2020, namun berpindah haluan sejak saat itu.
Di sisi lain, Trump berjanji bila menang pilpres AS November mendatang, ia akan menunjuk Elon Musk sebagai pemimpin komisi efisiensi pemerintah.
Diketahui, data OpenSecrets mencakup sumbangan dari karyawan dan pemilik perusahaan serta anggota keluarga dekat individu tersebut.
Berdasarkan Undang-undang pendanaan kampanye melarang perusahaan itu sendiri untuk menyumbang ke kampanye federal.
“Banyak karyawan Musk berkantor pusat di California, basis Demokrat,” kata CEO Gerber Kawasaki Wealth and Investment Management, Ross Gerber, dikutip Reuters.
Ross Gerber merupakan pemegang saham Tesla. Dia juga merupakan investor di X. Pada bulan Juli, Musk mengatakan ia akan memindahkan kantor pusat X dan SpaceX ke Texas dari California karena undang-undang identitas gender California yang ia sebut sebagai titik puncak.
Tetapi rencana itu sempat ditentang Gerber dengan mengatakan langkah tersebut berarti kehilangan banyak bakat potensial di California.