Bautista Speak-Up Soal Keadilan Regulasi Bobot Pebalap WSBK

liputanindo.com – Setelah bertahun-tahun Hening kepada regulasi mengenai klausul maupun pasal keseimbangan performa yang dikaitkan dengan fisik pembalap khususnya bobot pembalap, Alvaro Bautista speak-up dengan lantang di media sosial. Ia Mau stake holder kembali memikirkan hal ini dan mengejawantahkan dalan kriteria regulasi teknis berikutnya bukan hanya untuknya, Tetapi Demi pembalap-pembalap di masa depan. Berikut isi pesan terbuka Alvaro;

🚨🚨🚨

Hari ini saya Mau menulis tentang sesuatu yang Tak mudah bagi saya, tetapi saya Percaya itu mutlak diperlukan.

Hari ini, saya Tak hanya berbicara sebagai pengendara, tetapi sebagai pribadi. Sebagai seseorang yang telah mendedikasikan hidupnya Demi olahraga ini, yang telah berlatih setiap hari dengan komitmen, disiplin, dan kecintaan pada sepeda motor. Saya juga berbicara sebagai seseorang yang secara pribadi telah mengalami bagaimana rasanya dihakimi—dan, dengan Langkah tertentu, dihukum—bukan karena kinerja atau tingkat dedikasi, tetapi karena tubuh mereka. Karena berat badan mereka.

WorldSBK top three
L-R: Alvaro Bautista (Aruba.it Racing – Ducati)., Toprak Razgatlioglu (ROKiT BMW Motorrad WorldSBK Team), Nicolo Bulega (Aruba.it Racing – Ducati)

Demi waktu yang Lamban, saya tetap Hening. Saya mencoba beradaptasi, Tak menimbulkan ketidaknyamanan dan meyakinkan diri sendiri bahwa ini hanyalah bagian dari permainan. Tetapi kenyataannya adalah, ketika dimensi fisik Anda menjadi kerugian struktural—sesuatu yang Tak mengatakan apa pun tentang kemampuan Anda sebagai pengendara—maka itu bukan Kembali masalah teknis dan menjadi bentuk diskriminasi.

Saya merasa bahwa saya semakin diawasi, bagaimana saya berulang kali diminta Demi membenarkan mengapa saya diterima. Bukan karena saya Tak Pandai tampil di depan atau tampil di level tertinggi, tetapi karena tubuh saya Tak sesuai dengan standar fisik yang—meskipun Tak tertulis—kita Sekalian Mengerti itu Eksis.

Saya memahami bahwa berat badan merupakan Unsur teknis dalam performa sepeda motor. Saya menerimanya. Tetapi, ketika sistem gagal memperhitungkan perbedaan alami dalam tipe tubuh, sistem tersebut Tak Kembali adil dan mulai mengecualikan.

Itulah sebabnya saya menulis hari ini. Bukan Demi menggambarkan diri saya sebagai korban. Bukan Demi menciptakan perpecahan. Saya menulis karena saya Tak Mau pengendara lain—sekarang atau di masa mendatang—mengalami apa yang telah saya alami dalam beberapa tahun terakhir. Saya Tak Mau mereka merasa bahwa tubuh mereka merupakan rintangan yang lebih sulit daripada tikungan mana pun di lintasan.

Tujuan saya dengan pesan ini adalah Demi memulai percakapan yang Krusial. Demi meminta kita memikirkan kembali kriteria teknis, peraturan, dan yang terpenting, budaya bersepeda motor. Pengendara Tak ditentukan oleh Nomor pada timbangan. Mereka dikenal karena kecerdasan mereka di lintasan, insting mereka, keberanian mereka, dan Interaksi mereka dengan sepeda.

Terima kasih sudah mendengarkan. Saya Tak meminta tepuk tangan. Hanya kesadaran. Dan, semoga saja, perubahan yang Membikin olahraga ini lebih adil bagi Sekalian orang.

Cek Artikel:  Start dari 18 Arbi Aditama tutup JuniorGP Jerez 2023 dengan Finish P-9 di Race 2

Mungkin Anda Menyukai