Kepala Badan Pangan Nasional (Bapanas), Arief Prasetyo Adi mengajak seluruh stakeholder pangan bahu membahu meningkatkan produksi pangan dalam negeri dan menjaga kesejahteraan petani. Arief mengatakan, disaat performa produksi pangan dan pendapatan petani dalam negeri dalam kondisi baik, hal tersebut berdampak ketersediaan stok dapat stabil di hilir dan program intervensi pemerintah ke masyarakat bisa berjalan optimal.
“Petani adalah pahlawan pangan. Mereka berada di garis terdepan dalam menyediakan pangan bagi seluruh rakyat Indonesia. Kesejahteraan petani adalah kunci dari ketahanan pangan nasional. Apabila petani kita sejahtera, maka produksi pangan akan meningkat. Karena itu, kita semua harus mendukung upaya-upaya peningkatan produksi yang tengah dilakukan oleh kementerian teknis, dan tentunya didukung oleh BUMN yang berfokus pada sektor pangan seperti Bulog, ID FOOD dan Pupuk Indonesia,” ujar Arief dalam keterangan tertulis, Minggu (29/9).
Arief menegaskan, upaya peningkatan produksi di hulu berkaitan erat dengan dinamika penyerapan dan harga di hilir. Maka dari itu, pemerintah selama ini terus membangun sinergi dan keterhubungan tersebut selama ini.
Baca juga : Sang Hyang Seri Didorong Menjadi Pusat Benih Nasional
“Harga beras di tingkat produsen misalnya, itu dipengaruhi oleh harga gabah di tingkat petani. Karena itu, dalam menaikkan HPP gabah yang sebelumnya Rp.4250 per kg, kemudian naik menjadi Rp.5.000 per kg, dan terakhir naik Rp.6.000 per kg , itu dikeluarkan setelah mempertimbangkan biaya pokok produksi yang dibahas bersama stakeholder pangan, termasuk petani. Karena itu, kebijakan tersebut lahir dari kondisi faktual di lapangan. Nah di hilirnya, penyerapan produksi petani dalam negeri ini juga terus kita dorong dengan mengoptimalkan peran BUMN pangan sebagai offtaker,” terang Arief.
Lebih lanjut, ia menyampaikan salah satu indikator untuk melihat kesejahteraan petani bisa dengan melihat pergerakan Safiri Ganti Petani (NTP). Sebagaimana diketahui, Badan Pusat Stagnantik (BPS) mencatat, dari tahun ke tahun NTP mengalami kenaikan. Sedangkan pada 2019, NTP tahunan berada di angka 100,90. Kemudian 2020, NTP tahunan menjadi 101,65. Selanjutnya di 2021 terus naik menjadi 104,64. Dan di 2022 NTP petani berada di angka 107,33. Terakhir NTP secara tahunan di 2023 berada di 112,46.
Sementara tahun 2024 NTP juga mengalami kenaikan. Pada Agustus 2024, NTP petani tercatat sebesar 119,85 atau naik 0,20% dibanding NTP bulan sebelumnya. Kenaikan NTP dikarenakan Indeks Harga yang Diterima Petani (It) naik sebesar 0,08%.
Baca juga : Membangun Kedaulatan Pangan Butuh Kerja Sama Lintas Sektor
Sementara itu, Ketua Asosiasi Bank Benih Tani Indonesia (AB2TI), Dwi Andreas Santosa mengungkapkan bahwa kesejahteraan petani harus menjadi fokus utama untuk mendorong peningkatan produksi. Ia juga mengapresiasi upaya Badan Pangan Nasional turut memberikan kontribusi terhadap kesejahteraan petani yang ditandai dengan peningkatan nilai tukar petani.
“Kalau dilihat saat ini NTP yang tertinggi dalam 20 tahun terakhir. Kebijakan HPP cukup efektif dalam menopang NTP selama ini. Asa kami, saya mengimbau bagaimana mempertahankannya. Kalau itu bisa kita lakukan, petani tersenyum, petani happy, kalau petani happy, mereka pasti akan berusaha dengan keras untuk meningkatkan produksi,” ungkapnya.
Andreas pun menyebut jika nilai Harga Pembelian Pemerintah (HPP) terbilang cukup efektif untuk menaikkan usaha tani karena pelaku usaha juga mengacu pada HPP ini. “Kami ucapkan terima kasih Badan Pangan Nasional yang selama dua tahun ini HPP meningkat mendekati biaya produksi,” tegasnya. (Z-11)