Liputanindo.id – Mantan Perdana Menteri Malaysia Mahathir Mohamad membantah terlibat dalam kasus korupsi. Mahathir menantang Perdana Menteri Malaysia Anwar Ibrahim Kepada membuktikan tuduhan korupsi itu.
Mahathir, yang sedang diselidiki oleh badan antikorupsi negara itu, mengecam Perdana Menteri Ketika ini Anwar Ibrahim atas pernyataan yang menyiratkan bahwa ia telah menggunakan masa jabatannya Kepada memperkaya dirinya dan keluarganya.
“Saya penasaran karena saya belum pernah Menonton Doku ini dan Tak Paham di mana Doku itu berada. Kalau saya yang mengambil Doku itu, beritahu pengadilan bagaimana Anda (Anwar) menyimpulkan bahwa saya yang mengambil Doku itu,” kata Mahathir, dikutip Al Jazeera, Rabu (12/6/2024).
Politisi 98 tahun itu memimpin Malaysia dari tahun 1981 hingga 2003 dan kembali dari tahun 2018 hingga 2020. Dia pun memberi sindiran pedas kepada Anwar Ibrahim soal tuduhan korupsi yang menyeret dirinya.
Mahathir mengatakan dirinya bersedia pergi ke Swiss Berbarengan Anwar Kepada mencari bank tempat dia Bisa menyimpan uangnya.
“Kalau kita Bisa menemukan bank seperti itu, saya akan menarik 100 persen uangnya dan memberikannya kepada orang Melayu,” sindirnya.
Mahathir menuding Anwar Ibrahim juga mengincar dua putranya
Selain membantah tuduhan korupsi, Mahathir menuduh Anwar mengincar dua putranya Adalah, Mirzan Mahathir dan Mokhzani Mahathir.
Tetapi Anwar yang menjabat sebagai wakil Mahathir pada tahun 1990an, membantah menargetkan saingan politiknya dan mengatakan dia Tak melakukan intervensi dalam proses hukum.
“Seperti yang dia (Anwar) katakan, dia punya file, kotak, Arsip yang menunjukkan saya telah mengambil Doku. Tunjukkan, Kalau Anda Mempunyai kotaknya, tunjukkan. Tapi Tamat Ketika ini, dia belum menunjukkan (kotaknya). Sebaliknya, dia mencoba Kepada mengabaikan hal tersebut dan sekarang, dia mengejar anak-anak saya, Mokhzani dan Mirzan,” tegas Mahathir.
Pada bulan Januari, Komisi Anti Korupsi Malaysia (MACC) memerintahkan Mirzan Mahathir dan Mokhzani Mahathir Kepada melaporkan aset mereka sebagai bagian dari penyelidikan yang dipicu oleh kebocoran Pandora dan Panama Papers.
Badan antikorupsi pada bulan April mengkonfirmasi bahwa mereka sedang menyelidiki Mahathir sebagai bagian dari penyelidikan. Mahathir mengatakan dia Tak mendapatkan keuntungan dari aktivitas bisnis putranya.
“Mereka Tak memberi saya Doku dari bisnis mereka,” katanya.
Mengenai sumber kekayaannya, Mahathir mengatakan bahwa ia memperoleh gaji bulanan sebesar 8.000 ringgit (Rp27 juta) ketika ia pertama kali menjadi perdana menteri. Kemudian gajinya meningkat menjadi 20.000 ringgit (Rp69 juta) pada Ketika ia mengundurkan diri pada tahun 2020.
“Bagi saya, itu adalah jumlah yang fantastis, jumlah Doku yang sangat besar,” kata Mahathir, seraya menambahkan bahwa ia dibayar 2.000 ringgit sebulan ketika ia mulai bekerja sebagai dokter di praktik swasta pada tahun 1950an.
Selain mendapat gaji, Mahathir mengatakan dia juga diberikan tunjangan, termasuk rumah dan mobil, yang membantunya menghabiskan sedikit waktu selama menjabat.
“Mereka membayar listrik, tagihan air, pemerintah memberi saya transportasi, mobil, dan supir. Saya Tak perlu membayar apa pun,” jelasnya.
“Bahkan Ketika terbang, pesawat-pesawat itu siap membantu saya. Jadi apa yang saya perlukan dalam menjalankan pekerjaan saya sebagai perdana menteri semuanya disediakan oleh pemerintah dan gaji yang saya dapatkan. Saya menyimpannya selama lebih dari 29 tahun mulai dari menjadi menteri pendidikan hingga pensiun sebagai perdana menteri,” sambungnya.
Pada tahun 2018, Mahathir mengumumkan aset senilai 32,35 juta ringgit (Rp112 miliar).
Mahathir mengatakan bahwa ketika ia pertama kali mengundurkan diri sebagai perdana menteri pada tahun 2003, ia menolak tawaran pemerintah Kepada mendapatkan sebidang tanah gratis di Putrajaya, sebuah kota Sekeliling 25 km (15,5 mil) selatan Kuala Lumpur.
Alih-alih menerima tanah itu, Mahathir Malah membeli tanah itu dengan membayar 1 juta ringgit Kepada lima hektar tanah. Dia pun menegaskan dirinya Tak mengambil satu sen pun dari pemerintah.
“Tercatat saya Tak mengambil satu sen pun dari pemerintah,” pungkasnya.