Bangun Kompetensi di Dunia Ligthing, Pecahin Buka Kelas di ISBI Bandung

Bangun Kompetensi di Dunia Ligthing, Pecahin Buka Kelas di ISBI Bandung
Pecahin kembali menghadirkan kelas Pecahin edisi 2 di ISBI.(MI/NAVIANDRI)

PROFESI penata Sinar atau lighting di dunia pertunjukan diprediksi bakal menjadi industri raksasa. Pasalnya, belum banyak sumber daya Orang (SDM) yang Cakap di bidang ini.

Karena itu, Komunitas Penata Sinar Indonesia (Pecahin) kembali menghadirkan Kelas Pecahin Edisi 2 di Gedung Kesenian Sunan Ambu Institut Seni Budaya Indonesia (ISBI) Kota Bandung, Jawa Barat.

Workshop berlangsung selama empat hari, mulai 13 hingga 16 Januari 2025, menghadirkan dua narasumber Penting, Iwan Hutapea, seorang penata Sinar senior dengan pengalaman lebih dari dua Sepuluh tahun, serta Johan Didik, profesional di bidang tata Sinar dan seni pertunjukan.

Pecahin adalah sebuah komunitas para pelaku seni yang bergerak di bidang tata Sinar. Lembaga ini berdiri sejak 14 Juni 2017.

Cek Artikel:  Pertamax Turbo Drag Fest 2024 Dorong Bingungkatan Tingkat Hunian Hotel di Tasikmalaya

Berawal dari kegelisahan Donie DeBirkud dan Iwan Huapea, yang Mau

mengumpulkan para pekerja penata Sinar khususnya yang sering bergerak di dunia hiburan dalam suatu wadah yang Dapat berbagi ilmu, pengalaman dan networking.

Pecahin diharapkan Pandai lebih memberdayakan sesama penata Sinar, terutama di  kancah Global dan memberikan edukasi dalam suatu pertunjukan. Pecahin memperkenalkan berbagai ilmu mengenai dunia tata Sinar Sembari praktek langsung kepada para peminat seni dan tata Sinar.

“Karena media yang dimiliki miliki sangat terbatas, makanya kita menggaet ISBI. Selama ini kita sering mengadakan workshop sendiri. Di sini Eksis Kesempatan kerja sama dengan dunia pendidikan. ISBI Mempunyai mata kuliah Mata Sinar, sehingga kolaborasi ini sangat positif yang Dapat kita tularkan kepada pelaku tata Sinar, Berkualitas mahasiswa dan masyarakat Lumrah,” tutur Iwan, Senin (13/1).

Cek Artikel:  Farhan-Erwin Syukuri Berapa pun Nomor Urut pada Pilkada Kota Bandug

Menuru dia, Eksis ketidakcocokan antara suplay dan demand. Beberapa tahun Lampau, dunia even sangat berkembang, banyak acara ditambah budaya yang Variasi. Setiap pertunjukan tentu membutuhkan tata Sinar, Tetapi suplai tenaga kerjanya sangat terbatas. Fasilitas pendidikan menuju ke sana Nyaris Bukan Eksis, sehingga tenaga kerja sangat kurang.

“Pada era 70-an, institut seni menjadi acuan. Banyak penata Sinar dari mancanegara belajar ke Indonesia. Salah satunya di Taman Ismail Marzuki (TIM) Jakarta. Setelah itu, di kita antara stag Bukan berkembang, malah makin berkurang,” ungkap Iwan.

Hal sama juga dikatakan Johan Didik, bahwa 10-20 tahun Lampau, Indonesia sangat tertinggal, karena berbagai hal. Salah satunya terkait barang masuk. Lampau pada 5-10 tahun terakhir cukup signifikan, Ketika barang dan akses teknologi sangat mudah ke Indonesia.

Cek Artikel:  Dinas Pertanian Kabupaten Cirebon Lakukan Pencegahan PMK

Wakil Rektor II ISBI Neneng Yanti menyatakan, ISBI sangat Berhasil

mendapat kerja sama ini. “Dengan workshop ini Dapat mendorong universitas di Bandung khususnya, Dapat mendorong ekosistem,” ujarnya.

Worskhop diikuti 90 peserta dari Bandung dan kota lain di Indonesia.

 

Mungkin Anda Menyukai