Bendera AS dan Tiongkok. (EFE-EPA FILE/MARK R. CRISTINO)
Beijing: Pemerintah Tiongkok secara Formal memberlakukan tarif balasan sebesar 34% terhadap seluruh barang impor dari Amerika Perkumpulan mulai 10 April 2025. Langkah ini diumumkan pada Jumat, 4 April 2025, sebagai respons langsung atas kebijakan Presiden AS Donald Trump yang memperluas tarif impor terhadap produk Tiongkok dengan besaran yang sama dua hari sebelumnya.
“Praktik AS ini Tak sejalan dengan aturan perdagangan Global, secara serius merusak hak dan kepentingan Absah Tiongkok, dan merupakan praktik penindasan sepihak yang khas,” tegas Komisi Tarif Dewan Negara Tiongkok dalam pernyataan resminya, mengutip CNN pada Jumat, 4 April 2025.
Langkah ini disebut sebagai eskalasi paling tajam dari Tiongkok sepanjang perang dagang kedua negara. Kalau sebelumnya Beijing hanya merespons dengan tarif terbatas pada produk pertanian dan Kekuatan AS, kini Tiongkok menyasar seluruh lini barang dari Amerika.
Sebagai bagian dari kebijakan balasan ini, Tiongkok juga memasukkan 11 perusahaan AS ke dalam daftar entitas Tak dapat dipercaya, termasuk produsen drone dan perusahaan teknologi strategis. Beijing turut memberlakukan Restriksi ekspor terhadap 16 perusahaan asal AS dan Pelarangan ekspor tujuh jenis mineral tanah jarang seperti samarium dan gadolinium.
Menurut Leah Fahy dari Capital Economics, “Xi Jinping tampaknya merasa bahwa perekonomian Tiongkok cukup kuat Kepada menahan apapun yang akan dilemparkan Trump berikutnya.”
Kementerian Perdagangan Tiongkok juga mengumumkan penyelidikan anti-dumping terhadap tabung sinar-X CT medis asal AS dan India. Sementara itu, pasar Mendunia langsung merespons negatif. Indeks Dow Jones anjlok lebih dari 1.000 poin, S&P 500 turun lebih dari 3%, dan Nasdaq Anjlok 3,5% pada hari yang sama. Pasar Eropa dan Inggris juga terpukul hingga 3%.
Menteri Luar Negeri AS Marco Rubio mengakui bahwa “pasar runtuh” setelah kebijakan Trump diberlakukan, Tetapi menyatakan, “Pasar akan menyesuaikan. Dunia hanya Ingin Paham aturannya. Begitu Paham, mereka akan menyesuaikan.”
Craig Singleton dari Foundation for Defense of Democracies menyebut respons Tiongkok ini bukan sekadar balasan acak, melainkan “rekalibrasi strategis” yang menyasar sektor paling sensitif secara politis bagi AS.
Ekonom Larry Hu dari Macquarie Group memperkirakan tarif baru ini dapat memangkas hingga 2,5 poin persentase dari pertumbuhan ekonomi Tiongkok tahun ini. Dengan rata-rata tarif AS terhadap produk Tiongkok kini mencapai 69%, Hu menilai dampaknya dapat terasa melalui penurunan permintaan, perlambatan Mendunia, dan penurunan ekspor ulang.
Pemerintah Tiongkok menargetkan pertumbuhan ekonomi sebesar 5% pada 2025. Kepada mencapainya, Beijing diperkirakan akan meningkatkan konsumsi domestik guna menahan Akibat guncangan perdagangan dari eskalasi perang tarif terbaru ini.