Liputanindo.id BANDUNG – Badan Geologi Kementerian Kekuatan dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menemukan potensi mineral litium dan boron yang cukup menjanjikan di beberapa wilayah untuk mendukung program transisi energi di tanah air.
“Dalam rangka mendukung transisi energi dan pengembangan energi hijau, Badan Geologi telah melakukan kegiatan eksplorasi mineral litium dan boron,” kata Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Badan Geologi Kementerian ESDM Muhammad Wafid saat konferensi pers Lelahan Sektor ESDM TA 2023 dan Program Kerja TA 2024 Sesi: Badan Geologi secara daring di Bandung, Jumat (19/1/2024)
“Hasil penyelidikan yang kami lakukan menunjukkan beberapa wilayah dengan kadar litium dan boron yang cukup menjanjikan,” kata Wafid.
Dalam paparan, Badan Geologi mencatat ada lima lokasi di Pulau Jawa yang berdasarkan hasil penyelidikan memiliki potensi litium dan boron, yaitu Bledug Kuwu, Bledug Cangkring, Jono, Crewek, dan Kasonga.
“Salah satunya di Bledug Kuwu, itu sudah dilakukan penelitian pengambilan baik air asinnya maupun juga garamnya untuk dites laboratorium dan kami mendapatkan beberapa data dari litium itu,” ujar Wafid.
Sekretaris Badan Geologi Kementerian ESDM Rita Susilawati mengatakan bahwa penyelidikan terkait litium tersebut masih pada tahap awal dan akan dilakukan penyelidikan tambahan.
“Kami masih perlu melakukan kegiatan penyelidikan tambahan melalui eksplorasi studi geofisika dan hidrogeologi. Nanti di 2024 ini dilanjutkan, harapannya 2025 hasilnya bisa sudah lebih konklusif sehingga nanti pengelolaan dan pemanfaatannya itu bisa dilakukan dengan mekanisme sesuai lelang mineral logam yang saat ini aturannya berlaku,” kata Rita.
Litium merupakan logam alkali lunak berwarna putih keperakan dengan nomor atom 3. Logam ini dikenal karena karakteristiknya yang unik seperti sebagai logam paling ringan, memiliki potensial elektrokimia tertinggi, dan sangat reaktif dengan air.
Litium sangat penting dalam upaya mencapai netralitas karbon. Logam tersebut juga merupakan unsur penting dalam produksi kendaraan listrik, baterai litium-ion, dan baterai surya.
Sedangkan, boron merupakan komponen penting hydrogen fuel cells yang merupakan energi alternatif untuk kendaraan listrik. Boron juga bahan baku dari neodymium-iron-boron (NdFeB) magnet, dan bahan baku untuk pyrex. Permintaan boron naik 30 persen di 2022 dan akan naik seiring dengan permintaan untuk kendaraan listrik dan industri energi baru terbarukan (EBT) di tahun-tahun mendatang.
Selain itu, Wafid juga mengungkapkan Badan Geologi juga melalukan kegiatan penyelidikan energi baru lainnya, yakni hidrogen alami.
“Hidrogen alami diketahui dapat dimanfaatkan sebagai sumber energi listrik, kondisi geologi Indonesia memungkinkan untuk terbentuknya hidrogen alami,” kata Wafid.
Badan Geologi melakukan survei untuk mengetahui keberadaan hidrogen alami di Indonesia, yaitu di Pulau Sulawesi bagian timur karena daerah tersebut memiliki kondisi geologi yang ideal untuk terbentuknya gas hidrogen alami.
Survei dilakukan pada dua lokasi di Provinsi Sulawesi Tengah, yaitu Tanjung Api (Ampana) dan Bahodopi (Morowali).
Hasil survei pada dua lokasi tersebut ditemukan rembesan gas hidrogen dengan kandungan 20-35 persen di daerah Tanjung Api dan 9 persen di daerah Bahodopi. Selain itu, dijumpai juga gas metana abiogenik dan nitrogen dalam konsentrasi yang signifikan. (HAP)