Babak Baru Suriah dan Sikap Indonesia

Babak Baru Suriah dan Sikap Indonesia
(Dok. Pribadi)

8 DESEMBER 2024 menjadi momentum bersejarah bagi Suriah, rezim Assad yang berkuasa sejak mendiang Hafez Assad 1971 Terperosok dari kekuasaan. Hayat Tahrir al-Sham (HTS) berhasil merebut kuasa dan membentuk pemerintahan transisi hingga Maret 2025.

HTS sebagai pemegang kuasa Tetap tertera dalam daftar organisasi teroris Persatuan Bangsa-Bangsa. Pimpinan HTS Mohammad al-Julani ialah sosok yang masa lalunya Mempunyai Rekanan kuat dengan Al Qaeda. Bernama lengkap Ahmad al-Julani, Serbuk Mohammad atau Ahmad al-Shara berasal dari keluarga yang tinggal di dataran tinggi Golan.

Al-Julani bergabung dengan organisasi Jihad wa Al-Tauhid di Rendah pimpinan Serbuk Musab al-Zarqawi, pernah ditangkap pada 2005 di Mosul oleh Amerika dan dipenjara di Irak Selatan. Al-Julani pernah berkiprah di Hurras Al Diin. Demi konflik Suriah pecah, Al-Julani bergabung Serempak Jabhah Nusra yang kemudian bermetamorfosis menjadi Ahrar Syam. Pada 2016, Al-Julani mengubah Jabhah Nusra menjadi Jabhah Fatah Al Syam yang Tetap berafiliasi dengan Al Qaeda dan diklaim sebagai Golongan ekstremis yang paling aktif di Suriah (Zahran, 2022).

Al-Julani keluar dari Al Qaeda karena kecewa terhadap petinggi Al Qaeda. Melepaskan diri dari induk semangnya Al Qaeda ialah klaim yang disampaikan HTS. Pembuktian lepasnya dari Al Qaeda dapat dilihat dari gerak-gerik Al-Julani yang bekerja sama dengan proxy Barat. Hal tersebut menyalahi doktrin Al Qaeda tentang kerja sama dengan pihak kafir.

Dalam Kitab Al Qaul Muhtar Fi Hukmi Istianah bi Al Kuffar, yang ditulis oleh Hamud Bin Aqla, Osama bin Laden memberikan kata pengantar dalam Kitab tersebut yang berisi semangat perlawanan terhadap Barat seraya mengutip ajaran Keyakinan, intinya Kagak diperbolehkan kerja sama dalam bentuk apa pun dengan pihak kafir.

Apabila kita tarik secara historis, apa yang terjadi di Suriah hari ini mirip dengan Taliban di Afghanistan. Taliban bekerja sama dengan proxy Barat Kepada melawan kekuasaan Uni Soviet. HTS pun demikian, bekerja sama dengan Barat sebagai bagian dari strategi menguasai Suriah. Apakah dekat dengan Barat Demi itu tabiat kekerasan Taliban itu menghilang dan berganti menjadi humanis? Kagak.

Cek Artikel:  Functional Medicine vs Conventional Medicine

Lewat, bagaimana dengan HTS? Apakah dengan dukungan proxy Barat akan bertransformasi menjadi kekuatan politik yang akomodatif? Pernyataan politik Demi HTS akan menjadikan Suriah sebagai negara inklusif, berjanji melindungi Segala Golongan yang Eksis, Tetap memerlukan pembuktian secara realitas politik masa depan.

MI/Duta

 

Kompleksitas konflik Suriah

Keberhasilan HTS terjadi karena absennya Rusia, sekutu Penting pertahanan rezim Assad. Maklum saja hingga Demi ini konflik Ukraina dan Rusia belum menemui babak akhir, Tetap jauh dari kata damai.

Minimnya keterlibatan Rusia, pada bagian lain memunculkan peran Turki, Kagak heran Apabila kemudian Kepala Milli Istihbarat Teskilati (MIT)/Badan Intelijen Negara Turki, Ibrahim Kalin, berada di Damaskus pada 12 Desember 2024 dan Bersua Al-Julani dan Muhammad al-Basir.

Salah satu argumen mengapa Turki terlibat aktif di Suriah ialah isu pengungsi, jumlah pengungsi Suriah menurut UNHCR berkisar pada Nomor 3,5 juta jiwa. Nomor itu setidaknya berdampak pada kehidupan ekonomi, sosial, dan politik di Turki, apalagi sejak 2018 Turki mengalami pelambatan pertumbuhan ekonomi. Pasca-Assad, rakyat Suriah berduyun-duyun kembali ke tanah air mereka.

Kejatuhan rezim Assad berawal Demi musim semi Arab 2011, cukup jauh rentang sejak bergeloranya revolusi rakyat di kawasan Timur Tengah. Demi itu, rezim Tunisia, Mesir, Libia, hingga Yaman Kagak kuasa menghindar dan akhirnya Terperosok.

Demi ini negara-negara tersebut Tetap menata pengelolaan negara, bahkan berada dalam konflik internal. Sementara itu, Suriah meminjam bahasa Pareto, baru saja memulai sirkulasi elite, HTS yang notabenenya ialah Golongan teror berubah menjadi rulling class.

HTS sebagai faksi elite penguasa harus menghadapi dinamika faksi-faksi; faksi SDF-Kurdi, faksi ISIS, dan faksi loyalis rezim yang Tetap belum diketahui posisinya pasca-Assad mendapatkan suaka dari Rusia.

Kompleksitas lain yang telah terjadi di Suriah ialah pengungsi yang berasal dari simpatisan ISIS dan keluarga mereka dari berbagai negara. Kamp pengungsian di Al Hol dan Al Roj dikuasai oleh Syrian Demokratik Forces (SDF), milisi Kurdi. Di negara tempat asalnya, masalah repatriasi simpatisan ISIS memicu perdebatan tentang status kewarganegaraan dan potensi ancaman apabila simpatisan ISIS kembali ke negara mereka.

Cek Artikel:  Cerminan Hardiknas Nadiem Makarim, Kurikulum Merdeka, dan Arah Baru Pendidikan Indonesia

Rembesan konflik bukan hanya terjadi di kawasan Timur Tengah, Nomor serangan teror di berbagai kawasan seperti Afrika, Asia Selatan, dan Asia Tenggara yang dilakukan oleh simpatisan ISIS cukup mengkhawatirkan. Implementasi close door policy oleh Turki, penutupan perbatasan Membangun simpatisan ISIS Kagak Dapat menyalurkan Kekuatan ekstremnya, dan pimpinannya menyerukan aksi teror di negara masing-masing.

 

Akankah HTS bertransformasi

Eksis keraguan terhadap HTS dapat bertransformasi sebagai kekuatan politik yang akomodatif, geneologi Golongan yang berakar pada Al Qaeda menjadi salah satu parameternya. Beberapa hari setelah penguasaan Damaskus, terjadi insiden pelarangan ajaran Keyakinan yang selama ini dilaksanakan di salah satu komunitas sufi. Gagasan puritan yang menjadi akar ideologis Golongan teror tampaknya sulit Kepada dilepaskan sebagai identitas keagamaan di antara heterogenitas komunitas keagamaan di Suriah.

Transformasi budaya kekerasan menuju budaya yang berperadaban tentu Kagak mudah, kemampuan Kepada menerima kritik dan mengakomodasi segala bentuk perbedaan menjadi tantangan. Al-Julani dan HTS ialah entitas yang dibesarkan dalam atmosfer konflik, Golongan Jihad wal Tauhid yang menjadi cikal-bakal ISIS, adalah Golongan yang terlibat dalam aksi kekerasan ekstrem yang terjadi di Suriah, kita perlu ingat bagaimana perlakuan ISIS terhadap minoritas Yazidi.

Menoleh transisi kekuasaan, dinamika politik internal beberapa negara pascamusim semi Arab menemui berbagai kendala, dari sisi stabilitas ekonomi, politik, hingga stabilitas keamanan. Berbagai Golongan atau faksi yang bertarung Kepada kekuasaan Kagak begitu mudah Kepada disatukan, apalagi tiap-tiap faksi Mempunyai corak ideologi politik yang berbeda.

Belum Tengah problem mendasar dari Islam politik dalam konteks politik ialah kemampuan Kepada mengakomodasi pihak lain Kepada kepentingan Serempak. Sebagai Teladan, Ikhwanul Muslimin di Mesir yang berkuasa pasca-Husni Mubarak Rupanya Kagak Bisa mempertahankan kekuasaan di Mesir.

Demi ini, Suriah terbagi menjadi beberapa faksi: Golongan HTS, Golongan ISIS, Golongan Kurdi, Golongan kposisi, dan mungkin Tetap Eksis juga loyalis Assad. Dengan fakta demikian, mampukah HTS menjadi Golongan yang Bisa menengahi berbagai Macam-macam kepentingan yang Eksis, dari sisi ajaran Keyakinan, mampukah HTS melindungi Golongan sufi, alawi, Kristen Suryani dan Yazidi. Bagaimana menjaga kenyamanan menjalankan keyakinan di Suriah di tengah pemahaman HTS yang Kagak jauh dari Golongan Al Qaeda. Mampukah HTS melepaskan diri doktrin hakimiyah dan al-walla-al-barra, doktrin yang melekat di Golongan teror bercorak keagamaan.

Cek Artikel:  Mencari Ruang Kondusif Digital bagi Perempuan

Bagaimana jawabannya, tentunya kita Tetap menunggu Percepatan kebijakan yang akan dilakukan Al-Julani dan implementasi kebijakannya di Suriah pada masa mendatang.

 

Sikap pemerintah dan publik Indonesia

Propaganda sejak kejatuhan Assad begitu masif. Golongan pengusung ideologi khilafah menyambut euforia. Sayangnya, Eksis pihak yang selama ini dibina dalam program deradikalisasi sangat antusias menyambut kemenangan HTS. Padahal HTS mendapatkan dukungan dari Israel Kepada merebut kekuasaan, entitas negara yang selama ini menjadi sasaran kritik berbagai Golongan pendukung HTS di Indonesia.

Publik Indonesia perlu Mengerti bahwa apa yang terjadi di Suriah ialah konflik yang melibatkan banyak faksi, termasuk faksi ISIS dan Al Qaeda yang menggunakan narasi keagamaan Kepada mendapatkan simpatisan dari luar negeri. Oleh karena itu, menyikapi dinamika politik internal Suriah, daya kritis publik sangat diperlukan dalam menghadapi berbagai propaganda.

Pada bagian lain, keberadaan HTS sebagai elite penguasa dengan latar belakang Golongan teror menjadi tantangan bagi PBB dan entitas negara mana pun, termasuk Indonesia, apalagi diketahui Eksis keterlibatan Anggota negara asal Indonesia di HTS.

Dalam kondisi demikian, pemerintah perlu menyusun kerangka mitigasi Apabila PBB mencoret atau Kagak HTS dari daftar lis organisasi teror. Pencoretan tentunya akan berdampak luas bagi penetapan daftar terduga teroris dan organisasi teror (DTTOT), pendanaan terorisme, penetapan individu menjadi bagian Golongan teroris, penetapan foreign terrorist fighters, indikator deradikalisasi, kemungkinan penumpang gelap simpatisan ISIS yang menggunakan momen HTS Kepada kembali ke Indonesia, termasuk juga dalam jangka panjang mimikri gerakan teror di Indonesia atas keberhasilan HTS dan Taliban.

Sikap Formal pemerintah Demi ini sangat dibutuhkan agar kerangka kebijakan penanganan terorisme ke depan dapat dirumuskan dengan mempertimbangkan berbagai Elemen. Bagi publik di Indonesia, hal tersebut dapat mencegah preseden masa Lewat. Apabila Kagak, propaganda Maju berlanjut dan kita akan menghadapi gelombang kedua WNI ke Suriah, semoga saja Kagak terjadi.

 

Mungkin Anda Menyukai