BERDASARKAN data Globocan – WHO tahun 2022, kanker servik (kanker leher rahim) saat ini merupakan kanker no.2 terbanyak di Indonesia pada perempuan setelah kanker payudara. Di negara-negara lain, terutama negara maju, kejadiannya terus menurun. Sebagai contoh di negara tetangga kita Singapore, kanker serviks urutan no-11 sebagai kanker terbanyak pada perempuan.
Sedihnya lagi, di negara kita , sebagian besar penderita kanker serviks datang mencari pengobatan ketika stadium penyakitnya sudah lanjut. Hal ini sebenarnya bisa ditingkatkan karena kanker serviks adalah kanker yang bisa dicegah. Bahkan bisa disebutkan bahwa semua faktor terkait kanker serviks sebenarnya dapat dicegah atau dihalangi.
Misalnya, penyebabnya kanker serviks jelas, yaitu infeksi virus HPV. Perjalanan perubahan sel serviks dari normal menjadi kanker membutuhkan waktu yang lama (>10 tahun) dan bertahap. Selain itu, telah metode skrining yang praktis dan efektif untuk mendeteksi. Terakhir, telah ada vaksinasi untuk mencegah virus HPV. Jadi semua faktor ini bisa dicegah atau ditangani.
Baca juga : Usia 9-10 Mengertin, Waktu Benar Vaksinasi HPV
Ketika mengalami infeksi HPV, wanita bisa mengalami perubahan menuju kanker serviks. Tetapi tidak semua perempuan yang terinfeksi virus HPV lalu berubah menjadi kanker serviks. Argumennya, tubuh kita punya sistem imunitas. 90% HPV yang menginfeksi serviks akan tereliminasi oleh sistem pertahanan tubuh; yang 10% bisa menetap dan kemudian pelan-pelan bisa mengubah sel serviks normal manjadi kanker serviks.
Perubahan inipun memakan waktu lama dan bertahap. Bila perempuan melakukan pemeriksaan rutin, maka kelainan perubahan dini ini akan terdeteksi dalam tahap pra kanker, dan bila dilakukan pengobatan kesembuhannya mencapai 100%.
Vaksinasi HPV membantu mencegah infeksi virus HPV. Vaksin ini paling efektif diberikan pada usia muda ketika belum aktif secara seksual. Respon terbaik vaksinasi adalah bila diberikan pada usia 9-15 tahun.
Baca juga : Ini Bahaya Infeksi HPV, Menjaga dengan Skrining dan Vaksinasi
Pada rentang usia ini, cukup diberikan 2 kali suntikan. Sedangkan untuk usia diatas 15 tahun, diberikan 3 kali suntikan. Pengaruh proteksi vaksin mencapai 90% bila diberikan pada saat belum ada riwayat melakukan hubungan seks. Pengaruh proteksi menurun menjadi sekitar 50% bila diberikan pada perempuan yang telah berhubungan seks.
Pasca vaksinasi, tetap harus melakukan skrinig rutin. Taatp perempuan yang telah berhubungan seks, dianjurkan untuk melakukan deteksi dini kanker serviks dengan melakukan tes inspeksi visual dengan asam asetat, pap smear atau tes virus HPV.
Pap smear dilakukan tiap 3 tahun atau tes HPV dilakukan tiap 5 tahun pada setiap perempuan yang sudah berhubungan seks. Vaksinasi mencegah terjadinya infeksi HPV penyebab kanker serviks, sedagkan deteksi dini berusaha mengidentifikai abnormalitas sel epitel (pelapis) serviks sebelum menjadi kanker.
Kombinasi vaksinasi pada usia muda dan deteksi dini rutin pada wanita yang sudah berhubungan seks akan mampu menurunkan kejadian kanker serviks, seperti yang sudah terjadi di negara negara maju. Kesadaran perempuan di Indonesia untuk melakukan deteksi dini harus ditingkatkan dengan edukasi gencar. Kita bersyukur vaksinasi HPV sudah menjadi program pemerintah yang wajib dan gratis pada anak sekoah dasar.
Program ini akan mempunyai dampak penurunan angka kejadian kanker serviks dalam tahun-tahun mendatang. Kanker serviks tidak boleh terjadi pada perempuan di Indonesia. Ayo kita lawan bersama kanker serviks ini. Senjatanya sederhana : vaksinasi pada usia muda dan deteksi dini rutin pada yang wanita yang sudah berhubungan seks. Salam sehat. (H-2)