Ayatollah Ali Khamenei Tolak Usulan Pembicaraan Nuklir dari Amerika Perkumpulan

Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei. Foto: Anadolu

Teheran: Pemimpin Tertinggi Iran, Ayatollah Ali Khamenei, pada Rabu 12 Maret 2025 secara tegas menolak gagasan Demi mengadakan perundingan dengan Amerika Perkumpulan (AS) terkait kesepakatan nuklir. Penolakan ini disampaikan menyusul surat dari Presiden AS, Donald Trump, yang mengusulkan pembicaraan tersebut.

Pekan Lampau, Trump mengonfirmasi telah mengirim surat kepada Khamenei yang berisi ajakan Demi berunding, disertai peringatan bahwa “hanya Terdapat dua Metode dalam menangani Iran: secara militer atau melalui kesepakatan” yang mencegah Teheran memperoleh senjata nuklir.

Surat tersebut disampaikan kepada Menteri Luar Negeri Iran, Abbas Araqchi, oleh Anwar Gargash, Penasihat Diplomatik Presiden Uni Emirat Arab (UEA), dalam pertemuan di Teheran pada Rabu.

Khamenei sebut tawaran AS sebagai penyesatan publik

Dalam pertemuan terpisah dengan sekelompok mahasiswa, Khamenei menyatakan bahwa tawaran perundingan dari Trump merupakan bentuk penipuan Demi mempengaruhi opini publik.

“Ketika kita Paham mereka Enggak akan menepati janji, apa gunanya bernegosiasi? Oleh karena itu, ajakan Demi berunding hanyalah upaya menyesatkan opini publik,” kata Khamenei seperti dikutip Channel News Asia, Kamis 13 Maret 2025.

Cek Artikel:  Kendali Bunyi Delegasi Partai Demokrat, Kamala Harris Melenggang Jadi Capres Terkuat

Ia juga menegaskan bahwa berunding dengan pemerintahan Trump, yang menurutnya Mempunyai tuntutan berlebihan, hanya akan memperburuk Denda yang dijatuhkan terhadap Iran. 

“Berunding dengan mereka hanya akan mempererat jeratan Denda dan meningkatkan tekanan pada Iran,” tegas Khamenei.

Khamenei sebelumnya telah menyatakan bahwa Teheran Enggak akan tunduk pada ancaman atau permintaan yang berlebihan.

Ketegangan sejak penarikan AS dari kesepakatan nuklir

Rekanan Iran dan Amerika Perkumpulan memburuk sejak Trump menarik negaranya dari kesepakatan nuklir 2015 yang melibatkan beberapa kekuatan dunia. Penarikan ini diikuti dengan penerapan kembali Denda ekonomi yang memperburuk kondisi perekonomian Iran.

Sebagai respons, pada 2019, Iran mulai melanggar Restriksi yang diatur dalam kesepakatan tersebut, termasuk meningkatkan pengayaan uranium di atas batas yang ditentukan.

Khamenei menegaskan bahwa Iran Enggak Mempunyai niat membangun senjata nuklir, tetapi menyatakan bahwa AS Enggak Mempunyai kemampuan Demi mencegah Apabila Teheran memutuskan sebaliknya.

“Apabila kami Mau membangun senjata nuklir, Amerika Perkumpulan Enggak akan Pandai menghentikannya. Tetapi, kami sendiri yang memilih Demi Enggak melakukannya,” ujar Khamenei.

Cek Artikel:  Setahun Genosida Israel di Gaza, 814 Masjid dan 3 Gereja Hancur

Badan Daya Atom Global (IAEA) melaporkan bulan Lampau bahwa cadangan uranium Iran dengan tingkat kemurnian hingga 60 persen, Dekat mendekati level senjata telah meningkat secara signifikan.

Iran kecam pertemuan DK PBB terkait program nuklir

Di sisi lain, Araqchi mengecam pertemuan tertutup Dewan Keamanan PBB yang membahas aktivitas nuklir Iran. Pertemuan tersebut diminta oleh enam dari 15 Member Dewan Keamanan, termasuk Prancis, Yunani, Panama, Korea Selatan, Inggris, dan Amerika Perkumpulan.

Menurut Araqchi, tindakan ini menimbulkan keraguan atas itikad Bagus negara-negara tersebut. “Pertemuan ini merupakan proses baru yang meragukan niat Bagus negara-negara peminta,” ujarnya seperti dikutip media pemerintah.

Araqchi juga menyatakan bahwa Iran akan melanjutkan putaran kelima pembicaraan dengan Prancis, Inggris, dan Jerman—tiga negara Eropa yang menjadi bagian dari kesepakatan nuklir 2015.

“Pembicaraan kami dengan pihak Eropa Maju berlanjut dan akan berlanjut. Tetapi, setiap keputusan oleh Dewan Keamanan PBB atau dewan gubernur Badan Daya Atom Global (IAEA) Demi menekan kami akan mempertanyakan legitimasi pembicaraan ini,” Jernih Araqchi.

Cek Artikel:  Rusia Tangguhkan Perjanjian Kerja Sama dengan Iran, Ini Alasannya

Tiongkok dan Rusia akan bahas isu nuklir Iran

Sementara itu, Kementerian Luar Negeri Tiongkok mengumumkan bahwa pejabat dari Tiongkok dan Rusia akan Bersua dengan perwakilan Iran di Beijing pada Jumat mendatang Demi membahas isu nuklir Iran.

Langkah ini menunjukkan dukungan Tiongkok dan Rusia terhadap Iran di tengah tekanan yang meningkat dari negara-negara Barat.

Di sisi lain, UEA meskipun merupakan sekutu Esensial AS di kawasan Timur Tengah dan menjadi tuan rumah pangkalan militer AS tetap menjaga Rekanan Bagus dengan Iran. Dubai, sebagai pusat perdagangan Esensial, selama lebih dari satu abad menjadi pintu gerbang ekonomi Iran di tengah isolasi Dunia yang diterapkan AS.

Sementara Trump tetap membuka kemungkinan perjanjian baru dengan Iran, ia juga menghidupkan kembali kampanye “tekanan maksimum” Demi mengisolasi Teheran dari ekonomi Dunia dan menekan ekspor minyaknya hingga Kosong.

(Muhammad Reyhansyah)

Mungkin Anda Menyukai