Awas! IHSG Besok Berpotensi Kena Trading Halt

Ilustrasi. Foto: dok MI/Usman Iskandar.

Jakarta: Setelah libur panjang Lebaran 2025, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) diperkirakan mengalami penurunan tajam pada pembukaan perdagangan besok, Selasa, 8 April 2025.

Bursa Dampak Indonesia (BEI) berpotensi menghentikan sementara aktivitas perdagangan atau trading halt akibat tekanan signifikan di pasar. Pengamat pasar Duit Ibrahim Assuaibi memperkirakan IHSG berpotensi melemah hingga tujuh persen.

“IHSG kemungkinan besar terkena suspend (penghentian sementara) dalam perdagangan besok. Terdapat potensi penurunan sebesar 5-7 persen,” ujar Ibrahim kepada Media Indonesia, Senin, 7 April 2025.

Pelemahan IHSG ini dipicu oleh kekhawatiran investor terhadap pengenaan tarif resiprokal oleh Amerika Perkumpulan terhadap Indonesia sebesar 32 persen, yang akan mulai berlaku pada Rabu, 9 April 2025.

Cek Artikel:  Harga Pangan Kompak Naik pada Senin 30 September 2024

Tak hanya itu, demonstrasi besar-besaran di seluruh negara bagian Amerika Perkumpulan yang menolak berbagai kebijakan Presiden Donald Trump turut memicu ketidakpastian pasar. 

“Kebijakan Trump yang Enggak berpihak pada pasar telah menciptakan gejolak yang luar Normal dan menjadi sentimen negatif bagi investor,” Jernih Ibrahim.


Ilustrasi. Foto: dok MI

 

 

The Fed diprediksi tahan Etnis Kembang tinggi

Sentimen negatif juga datang dari arah kebijakan Bank Sentral Amerika Perkumpulan (The Fed) yang diperkirakan tetap mempertahankan Etnis Kembang tinggi hingga perang dagang Betul-Betul mereda.

Dihubungi terpisah, analis pasar modal Kiwoom Sekuritas Oktavianus Audi memperkirakan IHSG bergerak cenderung melemah dengan support psikologis direntang 6.000-6.100  dan resistance direntang level 6.600-6.670.

Cek Artikel:  Kuasai 75% Saham dengan Investasi Rp23,4 Triliun, TikTok Formal Bergabung dengan GoTo

“Bahkan, Kalau besok, 8 April 2025 IHSG breakdown psikologis support, kami Menyaksikan skenario bearish hingga level 5.700-5.750,” ungkap dia.

Pemerintah diminta meredam kekhawatiran pasar, setidaknya melalui langkah kebijakan diplomasi strategis sebelum tarif resiprokal tersebut efektif pada lusa mendatang. Perlu Terdapat hitungan cermat dari pemerintah Kalau mengambil langkah intervensi balik seperti yang dilakukan Tiongkok.

“Tetapi Kalau menerima, maka konsekuensi ekonomi dapat ditopang oleh kebijakan Bonus Kepada menjaga aktivitas ekonomi dalam negeri,” imbuh Audi.

Beberapa negara yang terkena kenaikan tarif resiprokal AS sudah memberikan sikap terkait hal tersebut. Seperti Tiongkok, mengenakan tarif balasan sebesar 34 persen Kepada produk AS dan membatasi ekspornya. Perdana Menteri Singapura Lawrence Wong mencoba negosiasi dengan Trump dan Presiden Vietnam To Lam bakal menghapuskan tarif impor pada produk AS ke Vietnam.

Cek Artikel:  Pelaku Pasar Tunggu Data Inflasi BPS, Rupiah Anjlok

“Indonesia juga telah mengambil langkah yang konservatif dengan akan melakukan negosiasi dengan Trump. Tapi, pasar membutuhkan langkah berikutnya Kepada menjaga surplus dagang,” tegas dia.

Mungkin Anda Menyukai