GEMPA bumi berkekuatan 5.0 magnitudo mengguncang Kabupaten Bandung pada Rabu (18/9). Desa Cibeureum di Kecamatan Kertasari menjadi salah satu desa yang paling terdampak dan mengalami kerusakan parah.
Menurut Kepala Desa Cibeureum, Abek Subekti, hampir seluruh bangunan di desa tersebut rusak. Sebanyak 19.000 warga dari enam dusun terpaksa harus mengungsi.
Menanggapi bencana tersebut, Sekolah Arsitektur, Perencanaan, dan Pengembangan Kebijakan Institut Teknologi Bandung (SAPPK ITB), bekerja sama dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM ITB) serta Rumah Amal Salman, mengambil inisiatif untuk membangun tenda ramah gempa sebagai solusi hunian sementara bagi masyarakat terdampak.
Baca juga : Telkomsel Serahkan Donasi dan Dirikan Posko di Lelahsi Gempa Bumi Kabupaten Bandung
Tenda-tenda ini dirancang dengan mengedepankan aspek kearifan lokal, menggunakan bahan utama berupa bambu yang diambil dari lingkungan sekitar.
Selain itu, warga setempat juga dilibatkan dalam proses pembangunan, menciptakan partisipasi aktif serta semangat gotong royong yang sangat dibutuhkan dalam situasi darurat seperti ini.
Donasi yang diberikan tidak hanya berupa tenda, tetapi juga kebutuhan dasar lainnya, seperti makanan, susu, dan air bersih.
Baca juga : PT Pegadaian Jawa Barat Serahkan Donasi untuk Korban Gempa Bumi di Kabupaten Bandung
Rumah Amal Salman bersama Rumah Relawan Muda dan Pustena Masjid Salman turut mendistribusikan filter air, yang memungkinkan warga terdampak untuk mendapatkan air minum bersih dengan mudah. Air bersih ini sangat diandalkan oleh warga untuk keperluan sehari-hari.
Melalui kolaborasi yang kuat antara berbagai pihak, diharapkan pemulihan pasca gempa dapat berjalan lebih cepat dan dampak bencana ini dapat diminimalkan.
10 tenda keluarga
Tenda layak huni yang dibangun tidak hanya menjadi tempat tinggal sementara, tetapi juga memberikan kenyamanan dan rasa aman bagi warga yang terdampak, terutama dalam mengatasi trauma yang ditimbulkan oleh bencana alam.
Salah satu penerima manfaat tenda ramah gempa, Entin, 53, menyampaikan rasa syukurnya setelah mendapatkan tenda baru. Sebelumnya, ia dan keluarganya harus bertahan di tenda darurat yang sangat dingin dan tidak nyaman.
“Ketika kejadian, genteng rumah berjatuhan dan saya serta keluarga merasa tidak aman untuk tinggal di rumah. Kami tinggal di tenda seadanya dari terpal yang terasa dingin. Alhamdulillah sekarang sudah punya tenda yang lebih nyaman, tertutup, dan aman, sehingga kami bisa tidur dengan nyenyak, dan anak-anak juga merasa lebih nyaman,” ujarnya.
Rencana ke depan, di fase tanggap darurat ini, Rumah Amal Salman akan membangun 10 tenda keluarga untuk warga yang mengalami kerusakan yang cukup parah.
“Tenda yang kita buat bukan hanya untuk tempat tinggal darurat, tetapi juga menjadi hunian sementara (Huntara) yang bisa bertahan lama. Terbukti ketika di Cianjur, tenda-tenda tersebut pernah dibangun dan dapat digunakan lebih dari satu tahun bagi warga yang rumahnya rusak berat,” pungkas Abdul Aziz, Manager Program Rumah Amal Salman.
Rumah Amal Salman adalah Lembaga Amil Zakat Nasional (Laznas) pengelola zakat, infak, sedekah dan lainnya yang berfokus pada pendidikan dan teknologi.