Negara-negara ASEAN+3 dinilai harus tetap waspada terhadap risiko inflasi yang meningkat, semkain tingginya ketegangan geopolitik, dan perlambatan pertumbuhan ekonomi global dalam jangka pendek. Pemantauan berkelanjutan terhadap limpahan internasional sangat penting, selain meningkatkan pengawasan dan kerja sama ekonomi makro dan keuangan regional.
“Buat mengatasi risiko dan tantangan jangka pendek hingga jangka panjang terhadap stabilitas keuangan ASEAN+3, kawasan ini harus bersatu dan berjuang untuk ketahanan dan stabilitas,” ujar Kepala Ekonom AMRO Hoe Ee Khor dalam konferensi pers secara daring, Kamis (10/10).
AMRO menilai langkah-langkah penting meliputi penguatan pengawasan lintas batas dan berbagi data, pelaksanaan uji stres regional, peningkatan pengawasan tuan rumah, dan penguatan jaring pengaman keuangan regional perlu diperkuat.
Baca juga : Proyeksi Ekonomi Indonesia Tumbuh 5 Persen pada 2024
Itu mesti pararel dilakukan dengan langkah-langkah stabilisasi sektor properti. Hal tersebut bertujuan untuk mencegah perusahaan-perusahaan yang secara fundamental sehat gagal bayar karena kondisi kredit yang ketat yang didorong oleh pasar yang memburuk, sekaligus meningkatkan kesehatan lembaga keuangan dengan eksposur yang signifikan, terutama bank-bank kecil dan lembaga keuangan nonbank.
Sementara untuk memperkuat ketahanan terhadap guncangan eksternal dalam lingkungan yang bergantung pada dolar AS, negara-negara ASEAN+3 harus memperkuat fundamental ekonomi dan keuangan mereka, meningkatkan kerangka pengawasan untuk memantau likuiditas dolar AS, memperkuat langkah-langkah makroprudensial untuk bank dan NBFI, dan memberikan dukungan pembiayaan kepada negara-negara anggota yang mengalami tekanan likuiditas dolar AS.
Lebih jauh lagi, kata Khor, negara ASEAN+3 harus mengurangi ketergantungan struktural pada dolar AS dalam jangka menengah hingga panjang dengan mempromosikan penggunaan mata uang lokal dan mengembangkan sistem pembayaran lintas mata uang harus menjadi prioritas utama.
Baca juga : IMF Meningkatkan Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Dunia di Tengah Risiko Inflasi dan Geopolitik
Rekomendasi tersebut didapat dari hasil analisis yang dilakukan AMRO terhadap stabilitas pasar keuangan ASEAN+3. AMRO memandang pada triwulan ketiga 2024, ketidakpastian tentang prospek pertumbuhan AS, yang diperparah oleh penghentian perdagangan yen, memicu volatilitas pasar yang signifikan.
The Fed memulai pelonggaran moneternya pada bulan September, yang menyebabkan pelonggaran kondisi moneter, tetapi ketidakpastian seputar inflasi dan prospek pertumbuhan masih ada. Selain itu, situasi geopolitik di Timur Tengah masih rapuh dan hasil pemilihan presiden AS mendatang tetap menjadi sumber ketidakpastian utama bagi pasar keuangan.
“Secara keseluruhan, risiko terhadap stabilitas keuangan di ASEAN+3 pada tahun 2024 tampak lebih rendah dibandingkan pada tahun 2023,” tutur Khor.
“Iklim pertumbuhan dan disinflasi yang kuat saat ini memberikan peluang bagi para pembuat kebijakan regional untuk mengurangi utang, membangun kembali ruang kebijakan, dan memperkuat kapasitas fiskal untuk mengelola potensi guncangan dengan lebih baik. Mengisi kembali cadangan devisa selama masa arus masuk modal dapat lebih meningkatkan kepercayaan pasar dan memberikan penyangga terhadap volatilitas pasar yang ekstrem,” pungkasnya. (Z-11)