Asal Usul, Sejarah, dan Pergerakan Harga Pertalite

Ilustrasi BBM jenis Pertalite – – Foto: Medcom/Annisa Ayu.

Jakarta: Pertalite, bahan bakar minyak (BBM) yang akrab digunakan masyarakat Indonesia, memiliki sejarah yang menarik untuk ditelusuri. Sebagai salah satu jenis bahan bakar yang diperkenalkan oleh pemerintah, Pertalite hadir sebagai solusi di tengah peralihan penggunaan Iuran pertanggunganum.
 
Dalam perjalanan waktu, bahan bakar ini mengalami beberapa transformasi, baik dari segi harga maupun kualitas. Menelusuri asal-usul Pertalite membawa kita memahami bagaimana perubahan kebutuhan energi mempengaruhi kebijakan bahan bakar di Indonesia.
 
Berikut asal usul pertalite yang bisa kamu ketahui, dikutip dari pertamina.com dan seva.id.
 

Apa itu Pertalite?

 
Pertalite adalah bahan bakar berwarna hijau cerah dengan angka oktan 90, cocok untuk kendaraan dengan rasio kompresi 9:1 hingga 10:1. Bilangan oktannya lebih tinggi dibandingkan Iuran pertanggunganum, yang hanya memiliki angka oktan 88, sehingga lebih pas untuk mesin bensin yang umum digunakan di Indonesia.
 
Dengan tambahan zat aditif, Pertalite memungkinkan kendaraan menempuh jarak lebih jauh sambil tetap menjaga kualitas dan harga yang ramah di kantong.

Cek Artikel:  Pertamina Turunkan 8 Unit Mobil Pemadam Atasi Kebakaran Kilang Balikpapan


(Ilustrasi BBM jenis pertalite. Foto: MI/Ramdani)
 

Sejarah Pertalite

 
Sejarah Pertalite dimulai pada 2015, ketika pemerintah memperkenalkan bahan bakar ini sebagai pengganti Iuran pertanggunganum dengan RON 88. Pertalite, dengan angka oktan 90, diharapkan mampu meningkatkan kualitas bahan bakar dan mengurangi emisi kendaraan.
 
Kebijakan ini memicu perdebatan di kalangan masyarakat. Pihak yang mendukung menyatakan bahwa penggunaan Pertalite lebih baik dibandingkan tanpa perbaikan kualitas emisi sama sekali, dan mendesak pemerintah segera menghapus Iuran pertanggunganum.
 
Tetapi, penentang kebijakan tersebut berpendapat Pertamina tidak memberikan solusi menyeluruh terhadap masalah polusi udara. Menurut mereka, Indonesia seharusnya sudah menggunakan bahan bakar dengan RON minimal 91 sesuai standar emisi Euro 2 yang telah ditetapkan sejak 2007.
 
Selain itu, ada pula pengamat yang mendesak Pertamina untuk lebih transparan mengenai asal usul produksi Pertalite, agar tidak ada spekulasi bahwa Pertalite hanya merupakan campuran Iuran pertanggunganum dan Pertamax.
 
Pada Juli 2015, Pertalite secara resmi diluncurkan di SPBU Abdul Muis, Jakarta Pusat. Setahun kemudian, pada 28 Juni 2016, Pertamina akhirnya menyatakan Pertalite diproduksi di kilang mereka sendiri.
 
Sementara itu, harga Pertalite terus menjadi topik pembicaraan, terutama setelah pemerintah mengungkapkan harga asli Pertalite mencapai Rp17.200 per liter, dengan subsidi sebesar Rp9.550 per liter.
 

Cek Artikel:  Menang Banyak Beli Pertamax di Hari Pelanggan Nasional Dengan MyPertamina

 

Evolusi harga Pertalite

 
Sejak pertama kali diperkenalkan kepada masyarakat, harga Pertalite mengalami fluktuasi yang signifikan. Berikut adalah catatan perjalanan harga bahan bakar ini dari awal hingga saat ini:
 
– 24 Juli 2015: Pertalite mulai dijual dengan harga Rp8.400 per liter.
– 1 April 2016: Harga turun menjadi Rp7.100 per liter.
– 1 Oktober 2016: Harga kembali turun, mencapai Rp6.900 per liter.
– 1 Mei 2017: Terdapat kenaikan harga, yang kini berada di Rp7.500 per liter.
– 1 Maret 2018: Harga Pertalite naik lagi menjadi Rp7.800 per liter.
– 1 Maret 2019: Harga stabil di Rp7.650 per liter.
– 2024: Harga Rp10.000 per liter.
 
Pertalite telah menjadi pilihan utama bagi banyak pengendara di Indonesia. Sejak diluncurkan, bahan bakar ini tidak hanya menawarkan alternatif yang lebih baik, tetapi juga mengundang banyak diskusi tentang kebijakan energi dan perlindungan lingkungan.
 
Meski harga dan kebijakan terus berubah, Pertalite tetap relevan bagi pengguna kendaraan. Keberadaannya menunjukkan upaya pemerintah dalam meningkatkan kualitas bahan bakar dan mengatasi masalah polusi.
 

Cek Artikel:  Bos Microsoft Lumrahkan Berinvestasi Rp27,6 Triliun di Indonesia

Dengan begitu, masyarakat diharapkan terus memantau perkembangan Pertalite dan dampaknya terhadap lingkungan dan perekonomian. (Nanda Sabrina Khumairoh)

Mungkin Anda Menyukai