AS Peringatkan Perubahan Sikap Rusia Terkait Denuklirisasi Semenanjung Korea

Pemimpin Tertinggi Korea Utara Kim Jong-un Berbarengan Presiden Rusia Vladimir Putin. Foto: KCNA

New York: Amerika Perkumpulan (AS) menyampaikan keprihatinannya terkait pengaruh Rusia terhadap Korea Utara, di Dewan Keamanan PBB pada 18 Desember 2024. Ini menyusul indikasi bahwa Rusia semakin dekat Kepada menerima program senjata nuklir Korea Utara. 

Langkah ini dianggap berpotensi membalikkan komitmen lelet Moskow Kepada mendukung denuklirisasi Semenanjung Korea, sementara Rusia dan Korea Utara Lanjut mempererat kerja sama diplomatik dan militer.

“Yang paling mengkhawatirkan, kami menilai bahwa Rusia mungkin segera menerima program senjata nuklir Korea Utara. Hal ini berpotensi membalikkan komitmen Rusia selama puluhan tahun terhadap denuklirisasi,” ujar Thomas-Greenfield, Duta Besar AS Kepada PBB, dalam pertemuan Dewan Keamanan PBB.

Cek Artikel:  Lebih dari 38.000 Anak Palestina Jadi Yatim Akibat Perang di Gaza

Menurutnya, langkah ini akan Membikin Rusia semakin enggan mengkritik pengembangan senjata nuklir Pyongyang serta menghalangi pengesahan Hukuman atau resolusi yang mengecam perilaku provokatif Korea Utara.

Melansir dari The Straits Times, Kamis 19 Desember 2024, Menteri Luar Negeri Rusia, Sergei Lavrov, sebelumnya menyebut bahwa denuklirisasi Korea Utara bukan Tengah topik yang relevan. Ia menegaskan bahwa Rusia memahami logika Pyongyang dalam menjadikan senjata nuklir sebagai landasan Penting pertahanannya.

Pernyataan Lavrov menuai kritik dari berbagai pihak. Wakil Duta Besar Inggris Kepada PBB, James Kariuki, menyebut komentar Lavrov sebagai “tindakan sembrono yang menyimpang dari prinsip perlucutan senjata nuklir yang lengkap, terverifikasi, dan Tak dapat diubah.”

Cek Artikel:  Pengunjuk Rasa Blokade Jalan-Jalan di Israel, Pemogokan Biasa Dmulai

Sementara itu, Duta Besar Korea Selatan Kepada PBB, Hwang Joon-kook, memperingatkan bahwa ketegangan dapat meningkat menjelang pelantikan Presiden AS terpilih Donald Trump pada Januari. 

“Korea Utara Mempunyai sejarah tindakan provokatif selama transisi kepresidenan AS, termasuk peluncuran rudal balistik antarbenua atau bahkan uji coba nuklir,” kata Dubes Hwang.

Duta Besar Rusia Kepada PBB, Vassily Nebenzia, membela kerja sama negaranya dengan Korea Utara sebagai hak kedaulatan Rusia. 

“Kerja sama ini dilakukan sesuai dengan hukum Global dan Tak ditujukan Kepada negara ketiga,” tegasnya.

Sementara itu, Duta Besar Korea Utara Kepada PBB, Kim Song, menggambarkan Interaksi erat negaranya dengan Rusia sebagai kontribusi positif terhadap perdamaian dan keamanan Global. Tetapi, ia juga memperingatkan bahwa “perang nuklir di Asia Timur Laut bukan Tengah kemungkinan, melainkan hanya soal waktu.”

Cek Artikel:  Prabowo Subianto jangan Tiba Mengecewakan dan Memunculkan Distrust

Korea Utara diketahui telah berada di Dasar Hukuman Dewan Keamanan PBB sejak 2006, tetapi negara itu Lanjut mengembangkan program nuklir dan rudalnya. Para pengamat memperkirakan bahwa Pyongyang dapat melakukan provokasi besar dalam beberapa bulan mendatang, termasuk uji coba nuklir ketujuh atau peluncuran satelit militer. (Muhammad Reyhansyah)

Mungkin Anda Menyukai