PASCA-Israel menghancurkan menara observasi UNIFIL di Libanon selatan, negara-negara dunia hanya Dapat bolak-balik mengecam Israel. Belum Eksis tindakan Konkret Buat menghentikan Invasi Israel termasuk soal Israel yang makin brutal di Gaza.
Pengamat Timur Tengah Smith Alhadar menilai sikap permisif AS dan sekutu Barat disebabkan Israel sebagai proksi di Timur Tengah, yang bekerja Buat melayani Intervensi di kawasan strategis tersebut.
“Menjelang pemilu di AS pada 5 Novomber, Presiden AS kian tak berdaya lantaran capres Kamala Harris yang dijagokan Biden sangat bergantung pada lobi Yahudi dan komunitas pro-Israel serta Evangelis yang Bunyi mereka sangat instrumental dan strategis dalam memenangkan kontestasi Harris Vs Donald Trump,” kata Smith dihubungi Media Indonesia, Selasa (22/10).
Menurut hasil polling terakhir, persaingan Harris-Trump sangat kompetitif. Lanjut Smith yang juga harus digarisbawahi ialah klaim Biden sendiri bahwa ia seorang Zionis.
“Tetapi Buat keperluan opini publik dalam dan luar negeri, serta menjaga agar krisis yang sedang berlangsung Enggak bereskalasi,” sebutnya.
Smith menambahkan hari ini Menlu AS Antony Blinken dikirim ke Timur Tengah Buat membicarakan gencatan senjata dan Gaza pascaperang.
Sementara Buat krisis Libanon, Biden mengirim utusan Spesifik Timur Tengah Amos Hochstein ke Libanon Buat membicarakan gencatan senjata.
“Tetapi saya skeptis Blinken maupun Hochstein akan berhasil. Pasalnya, PM Benjamin Netanyahu tak Mau perang selesai Tiba tujuan perangnya dicapai,” ujarnya.
Smith mengaku Buat Gaza, Israel hendak melumatkan Hamas dan menduduki Gaza, terutama Gaza utara, secara permanen.
Sementara di Libanon sama saja. Israel menolak penyelesaian sesuai dgn Resolusi DK PBB 1701 Tahun 1978 dan diperluas pascaperang Hizbullah-Israel tahun 2006 di mana blue line di Libanon selatan dijaga oleh Laskar penjaga perdamaian UNIFIL Serempak dengan tentara Libanon.
“Kini, Buat mengakhiri perang, Israel menuntut tentaranya tetapi berada di blue line dan langit Libanon bebas digunakan pesawat-pesawat tempur Israel,” terangnya.
Menurutnya, syarat-syarat Israel Buat gencatan senjata di Gaza dan Libanon tersebut tentu akan gagal. Sehingga kegagalan ini memang dikehendaki Netanyahu Buat menjaga kekuasaannya.
“Kalau perang di Gaza dan Libanon berakhir, karir politik Netanyahu akan berakhir di penjara terkait korupsi dan penyuapan,” paparnya.
Sedangkan Buat memaksa Israel angkat kaki dari Palestina, perlu Eksis resolusi di DK PBB tanpa hak veto dari lima Personil tetapnya.
“Sayangnya, mustahil resolusi semacam itu Dapat dihasilkan di DK PBB karena, paling Enggak, AS dan Inggris akan memvetonya,” tegasnya.
Dia berharap agar negara-negara Arab satu Bunyi menghadapi Israel, meskipun Sia-sia karena negara-negara di kawasan punya persepsi dan sikap berbeda terhadap krisis kawasan Timur Tengah.
“Dalam menghadapi krisis yang sedang berlangsung dan adanya ketergantungan ekonomi, politik serta keamanan mereka pada AS Lagi sangat besar,” pungkasnya. (Fer/P-3)