Antisipasi Kekerasan, Lakukan Skrining pada Pengasuh Anak

Antisipasi Kekerasan, Lakukan Skrining pada Pengasuh Anak
Ilustrasi(freepik.com)

MARAKNYA kekerasan terhadap anak baik di rumah maupun tempat penitipan anak atau daycare perlu adanya perhatian terhadap psikologis setiap orangtua atau pengasuh.

Direktur Kesehatan Jiwa Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Imran Pambudi mengatakan masalah kesehatan jiwa pada umumnya dimulai dari fiksasi (kegagalan) pada masa perkembangan Jiwa. Seorang yang terfiksasi mempunyai faktor risiko yang jika tidak ditangani, pada waktunya akan berbuah menjadi gangguan jiwa.

“Skrining akan adanya faktor risiko di atas dilakukan minimal setahun sekali. Skrining dapat dilakukan di puskesmas, puskesmas pembantu, dan posyandu,” kata Imran saat dihubungi, Minggu (11/8).

Baca juga : Menkes Luncurkan Portable X-Ray Pendeteksi TBC

Transformasi kesehatan yang di usung Kementerian Kesehatan memberikan titik tumpu ke pelayanan kesehatan sesuai dengan siklus hidup. Upaya kesehatan perseorangan menurut siklus hidup dimulai dari sebelum kelahiran, ibu hamil dan anak remaja, dewasa dan lansia.

Cek Artikel:  Selain Lomba, Ini Langkah Lain Merayakan Momen Kemerdekaan

“Kementerian Kesehatan telah melakukan beberapa upaya skrining dan pelatihan untuk pengasuh dan guru-guru. Melalui kegiatan ini diharapkan pengasuh dan guru-guru yang memiliki masalah kesehatan dapat terdeteksi secara dini dan dapat diberikan tindak lanjut berupa konseling oleh tenaga kesehatan dan rujukan bagi kasus yang berat,” ujar dia.

Pemberian pengetahuan akan penanganan secara dini terhadap luka psikologis dalam kegiatan pelatihan P3LP bagi guru dan pengasuh akan menghindarkan mereka dari pembiaran luka psikologis yang mereka alami akan dilampiaskan kepada anak didik atau anak yang mereka asuh.

Baca juga : Kemenkes-AstraZeneca Imbau Masyarakat Skrining Kanker Sejak Pagi

Dihubungi terpisah, Psikolog anak dan keluarga Mira Amir mengatakan dalam merawat anak dibutuhkan dua peran orangtua yakni ayah dan ibu. Keduanya saling menopang agar kesehatan mental dan fisik tetap terjaga.

Cek Artikel:  Ini Pilihan Alat Pompa ASI untuk Ibu Modern

“Bayangkan, kalau misalnya cuman ibu sendiri yang melakukan tugasnya sebagai orang tua. Minimal kalau misalnya ada dua anak balita suaminya turut serta, makanya banyak juga kondisi mental anak-anak jadi bermasalah atau pun tubuh kembangnya tidak optimal disebut namanya fatherless,” kata Mira.

Oleh karena itu pemerintah menggencarkan program Keluarga Berencana (KB) karena kelahiran anak perlu direncanakan agar orang tua yang mengasuh anak juga bisa cukup istirahat, keuangan yang tepat, dan perhitungan lainnya.

“KB itu bukan hanya membatasi jumlah anak, tetapi agar anak bisa tumbuh kembang secara baik, mendapatkan kualitas pengasuhan,” pungkasnya. (H-2)

 

Mungkin Anda Menyukai