PENGUSAHA Anindya Bakrie menyatakan optimismenya terhadap kepemimpinan presiden terpilih Prabowo Subianto dalam menjalankan roda pemerintahan. Alasannya, mayoritas agenda yang diusung ialah kelanjutan dan keberlanjutan dari beragam program yang dijalankan pemerintahan saat ini.
“Konsentrasi Pak Prabowo sebagai presiden adalah pada reformasi struktural, infrastruktur digital, dan transisi energi serta peningkatan nilai tambah ekonomi,” tuturnya dikutip dari keterangan pers, Kamis (19/8).
Anindya selaku CEO Bakrie Brothers berharap pemerintahan Prabowo-Gibran juga memfokuskan pada hilirisasi critical minerals. Menurutnya, Indonesia memiliki banyak critical minerals seperti nikel, tembaga, dan timah yang termasuk lima teratas di dunia, serta potensi energi terbarukan hingga 500 gigawatt.
Baca juga : Di Depan Kadin, Prabowo Usung Kebijakan Hilirisasi Lanjutkan Kebijakan Jokowi
“Kita juga memiliki keanekaragaman hayati yang dapat dilindungi dan dikapitalisasi untuk mendukung pertumbuhan industri,” tuturnya.
Selain itu, Anindya juga mengungkapkan optimistis dengan potensi kebijakan pemerintahan Prabowo-Gibran terkait perdagangan bebas (FTA) dengan Amerika Perkumpulan. Dia menilai presiden terpilih bakal memperkuat FTA dengan Negeri Om Sam.
Itu karena presiden terpilih dinilai memiliki kesempatan secara geopolitik untuk menunjukkan kepemimpinan Indonesia di Dunia South. “Tak hanya sebagai pemimpin Asia Tenggara, tetapi juga sebagai faktor penyeimbang antara Timur dan Barat yang justru dibutuhkan dunia,” kata Anindya.
Baca juga : Kadin: Pengusaha Indonesia Perlu Dilibatkan dalam Hilirisasi Industri
“Dan melihat rekam jejak beliau (Prabowo) dalam membangun diplomasi di masa lalu, termasuk sebagai Menteri Pertahanan saat ini, kita tidak bisa mengatakan hal lain selain optimis tentang apa yang bisa Indonesia lakukan ke depan,” pungkasnya.
Hal itu ia ungkapkan dalam Milken Asia Summit di Singapura. Anindya dalam kesempatan itu turut menjelaskan semakin banyaknya dunia usaha yang beralih ke green-shoring yang berbasis pada prioritas tanggung jawab terhadap lingkungan.
Dalam hal itu, Grup Bakrie menyadari perlunya memindahkan produksi ke daerah yang memprioritaskan tanggung jawab lingkungan yang juga membuka peluang investasi besar terutama di Indonesia.
Anindya menambahkan, Indonesia memimpin dengan potensi energi terbarukan dari biofuel, solar, dan geothermal dan menargetkan untuk memproduksi 23% energinya dari sumber terbarukan pada tahun 2025, demi mendukung strategi net-zero jangka Panjang.
Ia juga berpendapat di antara tantangan beralih ke green-shoring adalah memerlukan investasi signifikan dalam infrastruktur, teknologi hijau, dan kepatuhan ESG (Environmental, Social, and Governance), dengan pengembalian funding yang mungkin tertunda. (H-2)