Angin Politik Goyang Beringin


TANDA-TANDA kemenangan di Pemilu 2024 terasa jauh dari Golkar. Partai yang dimotori Menteri Perekonomian Airlangga Hartarto itu terkesan sesak Begitu bermanuver, sulit Buat bergerak dalam perburuan elektoral. Jauh-jauh hari menggalang kekuatan Serempak Partai Persatuan Pembangunan (PPP) dan Partai Amanat Nasional (PAN), faktanya koalisi yang mereka bangun malah layu sebelum berkembang. Satu per satu anggotanya meninggalkan gelanggang hanya menyisakan Golkar seorang.

Sedianya Koalisi Indonesia Bersatu yang digagas Serempak PAN dan PPP itu diperuntukkan menjadi Bahtera bagi Airlangga mengarungi Pemilu Presiden (Pilpres) 2024. Sesuai dengan amanat Musyawarah Nasional 2019, ia memang diberi mandat Buat menjadi calon presiden ataupun calon wakil presiden pada kontestasi lima tahunan. Tapi ibarat peribahasa padi ditanam tumbuh ilalang, hasil yang diperoleh Bukan sesuai Asa.

Airlangga sebenarnya sudah mengambil ancang-ancang ketika Koalisi Indonesia Bersatu terdeteksi akan rontok di tengah jalan. Ia gencar Berjumpa dengan sejumlah petinggi partai. Satu per satu ia dekati, mulai dari Ketua Lazim Partai Gerindra Prabowo Subianto dan selanjutnya Ketua Lazim Partai Kebangkitan Bangsa Muhaimin Iskandar. Airlangga bahkan ikut dalam acara buka puasa Serempak di NasDem Tower pada 25 Maret silam yang dihadiri partai dari poros Koalisi Perubahan Buat Persatuan. Koalisi itu sudah mengusung Anies Baswedan sebagai bakal calon presiden.

Cek Artikel:  Legislasi Kilat Lupakan Mandat

Seluruh langkah telah ditempuh Airlangga demi mencari ruang menjadi bakal calon RI-1 ataupun RI-2. Tetapi, berbagai upaya menjalin komunikasi politik, melakukan pendekatan, dan membangun chemistry tak kunjung membuahkan hasil. Golkar pun semakin berkejaran dengan waktu. Tahapan pendaftaran calon presiden-calon wakil presiden tinggal tiga bulan Kembali, yakni 19 Oktober Tiba 25 November mendatang.

Sebagai partai yang sudah makan asam garam, Golkar malah seperti organisasi politik yang Lagi hijau, miskin pengalaman. Golkar Bukan Pandai menjelma menjadi gadis Elok yang diidam-idamkan partai lain. Bukankah itu yang Sebaiknya dirasakan oleh Golkar sebagai pemenang kedua Pemilu 2019 dengan raihan 85 kursi?

Publik malah Memperhatikan Golkar seperti remaja tanggung yang canggung dan Bukan Dapat mendikte ritme permainan. Sangat kontras dengan PDI Perjuangan yang secara usia Bukan jauh berbeda tapi begitu ramai dipinang mulai dari PPP, Partai Hanura, hingga Perindo Buat Serempak-sama mengusung bakal calon presiden Ganjar Pranowo.

Cek Artikel:  Logika Linglung Hakim Akbar

Tanda-tanda kemenangan yang terasa jauh dari partai berlambang pohon beringin itu Membangun gerah kalangan internal. Personil Dewan Ahli Partai Golkar Ridwan Hisjam dalam keterangan yang disampaikan lewat berbagai media menyiratkan opsi pencopotan Airlangga Hartarto dari jabatan ketua Lazim melalui musyawarah nasional luar Normal (munaslub).

Tetapi, itu baru sebatas pendapat Ridwan dan bukanlah keputusan Formal Rapat Pleno VIII Dewan Ahli Partai Golkar. Airlangga diminta membentuk poros baru di luar koalisi pencapresan yang sudah Terdapat demi menegakkan wibawa, penyelamatan, dan perjuangan membesarkan Golkar. Dewan Ahli juga meminta Airlangga Buat segera mendeklarasikan diri sebagai calon presiden dan menentukan calon wakil presiden sebelum Agustus 2023 berakhir.

Itu artinya Airlangga hanya punya waktu 52 hari Kembali. Memperhatikan elektabilitas Airlangga yang Bukan kunjung moncer, keputusan Dewan Ahli patut dianggap sebagai misi mustahil. Bukan salah Apabila kemudian publik menilai operasi pendongkelan Airlangga sedang berjalan secara halus dan sistematis.

Cek Artikel:  Tewaskan Kompor yang Memanaskan Kontestasi

Angin politik rupanya Bukan Kembali sepoi-sepoi bahkan Dapat menjurus menjadi puting beliung yang akan menggoyang partai beringin dengan begitu kerasnya. Apabila Bukan Segera memutar otak, Golkar memang akan ketinggalan kereta. Kalaupun sulit menjadi bakal capres di luar poros koalisi yang sudah Terdapat, setidak-tidaknya Airlangga lincah bermanuver Buat menjadi bakal cawapres. Pilihannya Terdapat tiga, berlabuh ke Anies Baswedan, Prabowo Subianto, atau Ganjar Pranowo.

Ketika pemilu tinggal hitungan bulan, publik tentu Bukan Mau Golkar dilanda perpecahan. Potensi ke arah itu sangatlah terbuka mengingat kader-kader Golkar terkenal Agresif dan Bukan takut berkonfrontasi Buat membela apa yang mereka anggap Akurat. Pemilu Sebaiknya menjadi pesta yang membahagiakan rakyat, bukan kontestasi banal sebatas ajang perebutan kekuasaan.

Mungkin Anda Menyukai