Anak Muda Motor Perubahan

SETIAP zaman melahirkan generasi masing-masing. Itu seolah sudah menjadi hukum dan takdir sejarah. Generasi itu ialah anak-anak muda, mereka yang menggerakkan perubahan, mereka yang mewarnai peradaban.

Perjalanan bangsa ini pun tidak lepas dari peran para pemuda, mulai era pergerakan pada 1920-an, era revolusi 1965, zaman Orde Lamban, Orde Baru, era reformasi, hingga era kekinian yang juga disebut zaman digital.

Apabila ada yang menganggap anak muda saat ini buta politik, generasi instan alias suka jalan pintas, tidak mau kerja keras, dan ogah berdialog hal-hal serius untuk kepentingan bangsa dan generasi ke depan, anggapan itu tidak sepenuhnya benar.

Bukankah gerakan #reformasidikorupsi yang viral sekitar empat tahun lalu justru digerakkan anak-anak muda? Begitu juga ketika ada upaya-upaya pelemahan terhadap komite antirasuah alias KPK beberapa tahun lalu, para pemuda itulah yang justru paling lantang bersuara.

Cek Artikel:  Tutup Pintu Surga Koruptor

Bukan bisa dimungkiri, ada sebagian anak muda yang apolitis. Tetapi, itu ada di hampir setiap zaman. Memberikan stigma bahwa anak muda sekarang secara keseluruhan buta politik dan kurang serius jelas anggapan yang terlalu gegabah.

Tengoklah betapa beberapa di antara anak muda itu justru amat kritis terhadap situasi negeri ini. Misalnya, ada mahasiswa UGM yang sangat kritis menyuarakan kegelisahan mereka, bahkan mengkritik alumnus mereka. Begitu pun beberapa anggota badan eksekutif mahasiswa di sejumlah universitas, yang sering mengkritik kekarut-marutan kondisi yang mereka rasakan.

Rian Fahardhi, influenceyang kerap dijuluki ‘Presiden Gen Z’, misalnya, bahkan yakin dan percaya ada bagian atau lapisan generasinya yang kelak akan mengubah Indonesia ke arah yang lebih baik.

Cek Artikel:  Sirekap kian Amburadul

Apabila kita mau membuka mata dan telinga lebar-lebar, optimisme yang disampaikan Rian tidaklah berlebihan. Kini banyak anak muda di negeri ini yang memiliki kesadaran politik yang tinggi, baik yang bergiat di isu seputar antikorupsi, perusakan lingkungan, persoalan pluralisme, maupun isu-isu penting nan genting lainnya.

Kesadaran dan sikap kritis itulah yang harus didorong dan terus disemaikan ke banyak anak muda lainnya, bukan malah mematikan mereka dengan memberi stigma, apalagi dengan cara membungkam sikap kritis itu.

Sebaliknya, para pemuda juga harus menemukan martabat, fungsi, serta peran mereka sebagai agen perubahan, bukan mengerdilkan diri dengan gimik-gimik yang tidak perlu. Berbagai persoalan, baik di dalam maupun luar negeri, akan semakin kompleks ke depan. Buat menjawab semua itu, dibutuhkan sumbangsih pemikiran dan peran dari seluruh elemen bangsa, terutama anak muda sebagai ahli waris masa depan.

Cek Artikel:  Peringatan untuk Jokowi

Selain menggunakan hak pilih dalam pemilu untuk menentukan pemimpin berkualitas, kesadaran kritis itu dapat diterapkan sesuai dengan bidang dan kemampuan masing-masing. Intinya, anak muda jangan diam dan harus menjadi motor penggerak perubahan.

 

Mungkin Anda Menyukai