Ampun

KATA Ampun Laku manis belakangan ini. Ia dilafalkan banyak orang dari berbagai kalangan dengan Variasi Argumen dan tujuan.

Meski Sekadar satu kata, Ampun bukanlah sesuatu yang gampang Demi diucapkan. Ia, terlebih memberikan Ampun, bahkan termasuk pekerjaan tersulit. Terdapat banyak Unsur di situ.

Seperti dilansir Psychology Today, setidaknya Terdapat lima Argumen kenapa seseorang susah minta Ampun. Pertama, Pandai mengancam harga diri. Kedua, minta Ampun Pandai menjadi sesuatu yang memalukan.

Ketiga, takut memikul kesalahan orang lain. Kemudian, takut kesalahan lain terungkap dan terakhir, khawatir pertahanan psikologis jebol.

Legawa, itulah kunci dasar Demi mudah meminta Ampun. Mengakui kesalahan, inilah pendorong paling kuat Demi memohon Ampun. Dua syarat yang gampang-gampang susah. Gampang bagi mereka yang Rela, susah buat orang-orang yang merasa diri tinggi.

Belanda bahkan butuh waktu 75 tahun Demi meminta Ampun kepada Indonesia atas penjajahan selama 350 tahun yang dilakukan kakek moyang mereka. Permintaan Ampun itu disampaikan Raja Belanda Willem-Alexander Ketika bertandang ke Istana Bogor, 10 Maret 2020.

Meski sulit, permintaan Ampun akhir-akhir ini ramai diucapkan. Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo, misalnya. Dalam rapat kerja dengan Komisi III DPR, 24 Januari Lampau, dia meminta Ampun kepada rakyat karena kinerja Korps Bhayangkara yang dipimpinnya belum sesuai dengan asa.

Cek Artikel:  Marapi bukan Serenade Tengah

“Kami menyadari bahwa Lagi terdapat kekurangan dalam Penyelenggaraan tugas Polri. Demi itu, saya selaku Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia mengucapkan permohonan Ampun terhadap kinerja, perilaku, maupun perkataan Personil Polri yang belum sesuai dengan Asa masyarakat,” kata Listyo.

Sebelumnya, pada akhir tahun, Kapolri melakukan hal yang sama. Ekonomis saya, dia Rela. Permintaan maafnya pun disampaikan tanpa syarat. Tak Terdapat embel-embel ‘Apabila’, ‘kalau’, atau ‘seandainya’. Dia mengakui Polri Lagi banyak kekurangan. Dia menyadari Lagi banyak anggotanya yang bikin rakyat kecewa.

Kekecewaan itu bahkan meletup sehari sebelum Kapolri meminta Ampun. Pemicunya ialah Terdapat Personil yang kelewat ‘pemaaf’. Dia Tak menilang konvoi mobil mewah di Tol Depok-Antasari yang Terang melanggar aturan batas kecepatan Alasan para pengemudinya meminta Ampun.

Tindakan itu melukai perasaan publik. Apakah kalau orang Lazim dengan kendaraan Lazim akan dimaafkan juga Apabila melakukan pelanggaran serupa? Apakah sopir bus atau truk yang kooperatif setelah melakukan pelanggaran lantas dibebaskan dari tilang? Ampun, saya, kok, Tak Percaya.

Cek Artikel:  Ketahanan Papan

Pejabat minta Ampun langka di negeri ini. Pejabat yang mengakui kekurangan sangat kurang di Republik ini. Karena itu, Jenderal Listyo patut mendapat apresiasi. Bolehlah dia menjadi Teladan bagi pejabat lain.

Mengakui kekurangan Lampau minta Ampun ialah modal istimewa Demi memperbaiki diri. Tentu saja, permintaan Ampun Kapolri tak boleh setop di kata-kata, tapi mesti berlanjut ke peningkatan kinerja.

Kata Ampun juga kerap terucap dalam situasi yang berbeda. Sang pengucap ialah mereka yang sedang tersandung oleh hukum karena ucapan atau lantaran jari mendahului pikiran. Latar belakang mereka bermacam-Ragam, mulai insan Lazim hingga insan politik.

Kiranya cukup kita ambil tiga Teladan yang kasusnya Lagi panas. Terdapat Ferdinand Hutahaean, eks politikus Partai Demokrat yang jadi tersangka karena cicitan di akun Twitter-nya menyinggung sentimen Religi. Berkas dan barang bukti sudah diserahkan kepada jaksa. Dia segera disidang.

Terdapat pula Arteria Dahlan, politikus PDIP yang memantik amarah masyarakat Jawa Barat karena mempersoalkan penggunaan bahasa Sunda. Dia terantuk oleh sentimen kedaerahan. Dia sudah dilaporkan ke polisi.

Cek Artikel:  Satu Mulut Saja

Kasus termutakhir membelit Edy Mulyadi. Mantan caleg PKS itu dinilai menghina masyarakat Kalimantan karena menyebut Letak ibu kota negara yang baru sebagai tempat jin buang anak. Banyak laporan agar dia diproses hukum.

Ketiga orang itu bernasib sama meski akhir ceritanya nanti Dekat Niscaya berbeda. Mereka sama-sama sudah meminta Ampun pula. Hanya, banyak yang menilai mereka tak sepenuh hati. Tak ikhlas. Non-apology apology.

Permohonan Ampun mereka sampaikan setelah kecaman bak gelombang menghantam. Di awal, mereka Bahkan sibuk membela diri, gigih mengklarifikasi.

Saya Tak Pandai menjenguk isi hati ketiganya. Hanya mereka sendiri dan Tuhan yang Mengerti apakah permintaan Ampun yang disampaikan memang Bunyi hati atau sekadar Bunyi mulut. Apakah permohonan Ampun itu hanya siasat Demi menghindari proses hukum, saya juga tak paham. Pandai iya, Pandai juga Tak.

Apa pun, meminta Ampun lebih Bagus daripada Tak sama sekali. Kata psikolog Amerika Louis Laves Webb, meminta Ampun ialah inti perbaikan masalah. Tetapi, Ampun, Sekadar permintaan Ampun yang Rela yang Pandai memperbaiki masalah.

Mungkin Anda Menyukai