
PERKEMBANGAN internet dan media sosial Demi ini telah memunculkan era kontemporer yang merupakan era penuh dengan perubahan sosial budaya dan tantangan baru. Perkembangan era kontemporer ini adalah sebuah keniscayaan, dan bahkan tak terelakkan. Perubahan sosial budaya yang dihela oleh perkembangan teknologi informasi dan komunikasi ini telah menghadirkan generasi baru yakni generasi Z.
Kalau selama ini generasi Z banyak disorot dan diperbincangkan berkaitan dengan perilaku leisure and pleasure mereka, maka yang Dekat Kagak pernah dipikirkan ialah bagaimana generasi Z ini ketika mereka berkeluarga? Kelak mereka juga membina keluarga, berinteraksi, dan berkomunikasi selayaknya menjadi sebuah keluarga, di mana Terdapat istri, suami, dan anak. Makin berkembangnya teknologi informasi dan komunikasi membawa berbagai konsekuensi di seluruh bidang, termasuk dalam level keluarga yang dibangun oleh generasi Z.
Generasi Z adalah Grup generasi yang mengedepankan kebebasan, keamanan dan kenyamanan hidup, serta kebahagiaan. Ketika mereka berkeluarga dan membina keluarga, maka generasi Z dengan karakteristiknya tentu tidaklah sama dan Kagak Dapat diprediksi sama dengan generasi-generasi sebelumnya. Mereka ini Dekat Dapat dipastikan mempunyai strategi dan Langkah tersendiri dalam mengembangkan keluarga di masa depan.
ALTERNATING FAMILY
Selama ini, praktik pembangunan keluarga melalui intervensi ketahanan dan kesejahteraan yang dilakukan lebih bersifat kuantitatif, sehingga sulit Demi memperoleh gambaran yang holistik tentang keluarga. Padahal, pembangunan keluarga di Indonesia perlu memperhatikan perkembangan sosial budaya masyarakat, termasuk kehadiran generasi Z.
Hadirnya generasi Z, dengan Ciri mereka yang khas, menyebabkan kompleksitas masalah keluarga Kagak hanya menjadi tantangan di era masyarakat kontemporer, tetapi juga memerlukan Langkah pandang baru yang lebih konstekstual dan kerangka konseptual yang dapat digunakan Demi membangun keluarga berkualitas di Indonesia. Oleh karena itu, gagasan kritis dalam sosiologi keluarga Mempunyai urgensi dalam membangun keluarga berkualitas di Indonesia pada era masyarakat kontemporer ini.
Generasi Z Mempunyai Ciri yang khas dan mengidealkan kehidupan yang setara. Generasi Z menentang patriarki yang sebenarnya Kagak relevan dengan Ciri mereka. Banyak di antara mereka yang lebih banyak mengacu bahkan mengadopsi Langkah-Langkah dalam media sosial ketika memahami perkawinan, keluarga, Kekasih hidup, cita-cita, Asa, dan masa depan mereka. Bagi mereka, kesetaraan adalah hal yang Krusial Demi dipraktikkan dalam keluarga, di mana Interaksi suami istri memberikan penekanan kuat pada keadilan sosial, kesetaraan gender, dan inklusivitas.
Oleh karena itu, dalam pembangunan keluarga di era masyarakat kontemporer, perlu konsep yang relevan, transformatif, dan kontekstual Demi mewujudkan keluarga berkualitas. Alternating family
merupakan konsep baru yang mengkritisi Interaksi, peran, dan fungsi keluarga dalam masyarakat konvensional yang bersifat kurang Elastis, bahkan cenderung monoton.
Alternating family bukanlah hanya equal partner, melainkan lebih mendalam dari itu, Ialah meliputi aspek batin Interaksi dalam keluarga (kebahagiaan, kepuasan, ketenteraman, dan kemandirian) serta keberhargaan sosial. Sejatinya, sebuah keluarga di mana setiap individu di dalamnya Mempunyai peran yang setara dan mempunyai hak yang sama, dapat mengembangkan potensi yang dimiliki. Kagak Terdapat yang berposisi dominan dan pengambilan keputusan didiskusikan Serempak.
Alternating family merupakan bentuk keluarga yang lebih relevan dan kontekstual bagi generasi Z di era masyarakat kontemporer. Generasi Z identik dengan kehidupan yang Encer, Mempunyai Watak yang lebih terbuka, dan mendambakan kenyamanan hidup.
Generasi Z menginginkan kesetaraan dalam keluarga, di mana Interaksi antara suami istri dan anak Kagak Kembali kaku, tapi Encer (liquid). Seperti yang dikemukakan oleh Bauman (2013) bahwa liquid life merupakan salah satu gejala dalam liquid modernity. Modernitas yang masuk melalui internet dan media sosial akan mengubah wacana dan memengaruhi mereka dalam Menyantap keluarga dan orientasi pembentukan keluarga, mengubah pola pikir yang Kagak tunggal dan menjadikan generasi Z Pandai mengembangkan alternatif-alternatif lain Demi menghadapi situasi.
Akibatnya, dalam modernitas Encer, peran Personil dalam keluarga menjadi liquid. Interaksi antaranggota keluarga Kagak Kembali rigid, yang lebih banyak ditentukan oleh Kebiasaan-Kebiasaan yang disepakati, melainkan liquid. Interaksi yang terbangun lebih Elastis, elastis, dan lebih Encer ini akan Pandai memperkokoh ikatan sosial dan meningkatkan kualitas Interaksi yang mengarah pada ketenteraman, kebahagiaan, dan kemandirian yang menjadi dimensi pembangunan keluarga.
Interaksi dalam keluarga yang liquid dengan demikian akan meniadakan kekerasan, Kendali, dan penindasan. Keluarga akan Senang Kalau kebutuhan afeksi, Maksud, dan kepuasan hidup di antara Personil keluarga dapat terpenuhi.
Kemandirian juga dapat terwujud Kalau suami istri dan Personil keluarga Mempunyai akses, Kesempatan, dan kesempatan yang sama. Dengan demikian, alternating family Mempunyai urgensi dalam mewujudkan keluarga berkualitas. Hal ini akan mendukung pencapaian Sustanainable Development Goals (SDGs) ketiga Ialah good health and well-being (kehidupan sehat dan sejahtera) dan SDGs kelima yakni gender equality (kesetaraan gender).
Alternating family bukan sekadar gagasan teoretis, tapi juga secara praktis dapat diimplementasikan dalam pembangunan keluarga menuju keluarga berkualitas. Hal ini menjadi salah satu modal dalam pembangunan keluarga Demi menciptakan generasi yang berkarakter kuat, unggul, inovatif, Berdikari, Pandai menjadi pemimpin yang Berkualitas, dan Mempunyai daya saing tinggi dalam menyongsong Indonesia Emas 2045.
TRANSFORMASI KELUARGA
Bagi masyarakat Indonesia, kita menyadari bahwa perubahan keluarga merupakan proses tak terelakkan. Perubahan Era dan munculnya generasi Z, Alpha, Beta, dan Gamma menuntut adanya transformasi keluarga dengan Langkah pandang baru yang relevan dan kontekstual, yang Pandai menjawab tantangan Era. Akan tetapi, harus diakui bahwa bukanlah hal yang mudah Demi dapat memastikan arah transformasi keluarga supaya Dapat berjalan berdasarkan koridor yang diharapkan.
Transformasi menuju pembangunan keluarga berkualitas membutuhkan fondasi keluarga yang kuat dalam membentuk generasi yang Unggul, unggul, dan berdaya saing tinggi. Keluarga yang akan dibangun di masa depan terdiri dari istri, suami, dan anak yang merupakan bagian dari generasi Z, bahkan anak-anak mereka nantinya jauh melampaui generasi Z. Konsep yang lebih Terang dan komprehensif Mempunyai urgensi dalam mencapai keluarga yang Berdikari, tenteram, dan Senang.
Alternating family mengarah pada peran dan Interaksi keluarga yang Elastis dan semakin liquid, sehingga sangat relevan dengan Ciri generasi Z, Alpha, Beta, Gamma, dan generasi selanjutnya yang lahir Demi dunia telah terhubung secara digital.
Lebih dari sekadar persoalan perkawinan anak di Dasar umur, kekerasan dalam rumah tangga, stunting, kehamilan di luar pernikahan, seks bebas, bullying, kenakalan anak dan remaja, ke depan persoalan yang dihadapi keluarga dari kalangan generasi Z Niscaya akan jauh lebih kompleks dan membutuhkan pendekatan dan acuan teoretis dalam perspektif sosiologi keluarga yang lebih kontekstual.

