SEORANG aktivis Amerika Perkumpulan-Turki di Tepi Barat, Palestina, Aysenur Ezgi Eygi, 26, ditembak mati oleh pasukan Israel ketika dia bergabung dalam protes mingguan terhadap perluasan pemukiman Yahudi di kota Beita dekat Nablus. Militer Israel mengatakan pihaknya sedang menyelidiki laporan seorang warga asing tewas akibat tembakan di daerah tersebut.
Keluarga Eygi mengatakan mereka terkejut dan sedih karena aktivis hak asasi manusia yang sangat penuh kasih dan penuh semangat itu telah tiada. Keluarganya menunjukkan video ketika Eygi terbunuh oleh peluru dari penembak militer Israel dan meminta AS untuk menyelidikinya.
Aktivis Yahudi-Israel Jonathan Pollak, yang ikut serta dalam protes tersebut, mengatakan kepada program Newshour BBC World Service bahwa dia melihat tentara di atap sedang membidik. Dia mendengar dua tembakan terpisah dengan jarak sekitar satu atau dua detik di antara keduanya.
Baca juga : Turki dan AS Tanggapi Aktivis Ezgi Eygi Tewas oleh Israel
“Saya mendengar seseorang memanggil nama saya dan berkata dalam bahasa Inggris, ‘Tolong kami. Kami butuh bantuan. Kami butuh bantuan.’ Saya berlari ke arah mereka,” katanya.
Dia kemudian melihat Eygi terbaring di tanah di bawah pohon zaitun. Kepalanya berdarah sampai tak bergerak sama sekali.
“Saya meletakkan tangan saya di belakang punggungnya untuk mencoba menghentikan pendarahannya,” katanya. “Saya melihat ke atas, ada garis pandang yang jelas antara tentara dan tempat kami berada. Saya memeriksa denyut nadinya dan denyut nadinya sangat, sangat lemah,” tambahnya.
Baca juga : Ezgi Eygi Tewas Ditembak dengan Peluru Tajam Israel
Dia menambahkan bahwa hari itu pertama kali Eygi menghadiri protes bersama Gerakan Solidaritas Dunia. Aktivis berkewarganegaraan ganda itu dilarikan ke rumah sakit di Nablus dan kemudian dinyatakan meninggal.
Dalam wawancaranya dengan BBC, Jonathan Pollak ditanyai tentang pernyataan IDF bahwa militer Israel mengatakan aparat keamanan merespons pelemparan batu.
Pollak mengatakan sempat terjadi bentrokan tetapi ia merasa tentara tidak berada dalam ancaman. “Enggak ada pelemparan batu di tempat dia berada,” katanya.
Baca juga : Israel Tinggalkan Tepi Barat dalam Keadaan Hancur Lebur
Keluarga Eygi mengatakan mereka menghadapi kenyataan pahit bahwa dia telah tiada. “Seperti pohon zaitun tempat dia mengembuskan napas terakhirnya, Aysenur kuat, cantik, dan sehat. Kehadirannya dalam hidup kami diambil secara tidak perlu, melanggar hukum, dan dengan kekerasan oleh militer Israel,” kata keluarga tersebut.
Ia merupakan anak perempuan, saudara perempuan, pasangan, dan bibi yang penuh kasih yang lemah lembut, berani, konyol, suportif, dan pancaran sinar matahari, serta menjalani kehidupan dengan mengayomi mereka yang membutuhkan dengan tindakan.
Eygi lahir di Antalya, seperti dilansir media Turki. Dia lulus tiga bulan lalu dari Universitas Washington di Seattle, tempat dia belajar psikologi dan Bahasa dan Budaya Timur Tengah.
Baca juga : Israel Tembak Wafat Aktivis Turki-AS di Tepi Barat
Dia aktif dalam protes yang dipimpin mahasiswa kampus dan merasa harus melakukan perjalanan ke Tepi Barat untuk berdiri dalam solidaritas dengan warga sipil Palestina.
Rektor Universitas Washington, Ana Mari Cauce, menggambarkan berita kematian Eygi sebagai sesuatu yang mengerikan. Mantan mahasiswa tersebut telah memberikan pengaruh positif kepada mahasiswa lain.
Kepala Rumah Sakit Rafidia tempat Eygi dirawat, Dr Fouad Nafaa, membenarkan bahwa seorang warga negara AS meninggal karena luka tembak di kepala.
Laskar Pertahanan Israel (IDF) menyatakan pasukan keamanan Israel di dekat wilayah Beita hanya membalas tembakan ke arah pemicu utama aktivitas kekerasan yang melemparkan batu ke arah pasukan dan menimbulkan ancaman bagi mereka.
“IDF sedang menyelidiki laporan bahwa seorang warga negara asing tewas akibat tembakan di daerah tersebut. Rincian insiden dan keadaan tempat dia terkena tembakan sedang ditinjau,” sebutnya.
Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken menyesalkan insiden tragis tersebut. Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan menuduh tindakan Israel biadab.
AS telah mendesak Israel untuk menyelidiki insiden tersebut. Sean Savett, juru bicara Dewan Keamanan Nasional Gedung Putih, mengatakan pihaknya berduka dengan kematian tragis seorang warga negara Amerika. “Kami telah menghubungi pemerintah Israel untuk meminta informasi lebih lanjut dan meminta penyelidikan atas insiden tersebut,” kata Savett.
Dalam suatu pernyataan, keluarga Eygi mengatakan bahwa mengingat keadaan tersebut, penyelidikan Israel tidak optimal dan meminta AS untuk melakukan penyelidikan independen dan memastikan akuntabilitas penuh bagi pihak-pihak yang bersalah.
“Kami ingin melihat penyelidikan penuh atas keadaan tersebut dan masyarakat harus bertanggung jawab,” kata Juru bicara Sekjen PBB, Stephane Dujarric. “Kaum sipil, harus dilindungi setiap saat,” ujarnya.
Rekaman dari tempat kejadian tak lama setelah penembakan menunjukkan petugas medis membawa Eygi ke ambulans.
Laskar Israel mundur dari kota Jenin dan kamp pengungsinya di Tepi Barat yang diduduki pada Jumat, setelah operasi besar selama sembilan hari di sana.
Kementerian Kesehatan Palestina mengatakan setidaknya 36 warga Palestina tewas dalam kurun waktu tersebut. Sebagian besar korban tewas diklaim oleh kelompok bersenjata sebagai anggotanya. Tetapi kementerian itu mengatakan anak-anak juga termasuk di antara korban tewas.
Dalam 50 tahun terakhir, Israel telah membangun pemukiman di Tepi Barat dan Yerusalem Timur, tempat tinggal lebih dari 700.000 orang Yahudi.
Pemukiman dianggap ilegal berdasarkan hukum internasional meskipun Israel menolak hal ini. (BBC/Z-2)