Akibat Polusi, Paru-paru Menua Lebih Awal

Dampak Polusi, Paru-paru Menua Lebih Awal
Suasana polusi udara yang menyelimuti bangunan Jakarta International Stadium (JIS), Jakarta Utara, Jakarta, Sabtu (15/6/2024).(ANTARA/SULTHONY HASANUDDIN)

PENELITI dari Sekolah Ilmu Kesehatan dan Lingkungan Kependudukan di Inggris seperti dilansir dari King’s College mengungkapkan polusi udara memicu paru-paru menua lebih dini. Hasil penelitian menyebutkan pada warga Inggris, paru-parunya menua empat tahun lebih cepat secara rata-rata selama masa hidupnya akibat polusi. Tim peneliti mempelajari data Biobank Inggris pada lebih dari 300.000 orang berusia 40-69 dan menguji fungsi paru-paru mereka.

Dalam penelitian disebutkan dua pertiga populasi di Inggris tiggal di daerah yang mengandung 10 mikrogram partikulat kecil per meter kubik sehingga mereka terpapar polusi dalam jangka waktu lama. Kalau manusia terpapar udara yang mengandung lima mikrogram polusi partikulat kecil per meter kubik dalam jangka panjang maka paru-paru mereka mengalami penuaan dini hingga dua tahun.

Cek Artikel:  Dosen Fisip Unas Dr Irma Indrayani Gelar Bedah Kitab Materi Disertasi

Polusi partikel ialah campuran dari tetesan padat dan cair di udara dan dapat datang dalam bentuk kotoran, debu, jelaga, atau asap, berasal dari tambang batu bara dan gas alam, mobil, pertanian, jalan yang tidak beraspal, dan lokasi konstruksi.

Baca juga : Polusi Udara Picu Asma, Puskesmas Jadi Garda Terdepan Pelayanan Terpadu

Di Indonesia, polusi udara disebabkan polusi kendaraan bermotor, kabut asap karhutla, dan emisi pabrik. Kebakaran di sejumlah daerah bahkan menimbulkan kabut asap yang cukup parah.

Ketua Departemen Paru Fakultas Topengteran UI RSUP Persahabatan DR dr Agus Dwi Susanto SpP(K), FAPSR, FISR menyatakan polusi udara memiliki dampak jangka pendek atau akut dan jangka panjang atau kronik pada kesehatan. “Infeksi saluran pernapasan atas (ISPA) merupakan kasus penyakit yang paling sering muncul apabila kadar polutan di udara sudah sangat buruk,” jelas Agus.

Cek Artikel:  Ini Prof Rarastoeti Pratiwi, Guru Besar Baru UGM Nomort Kelebihan Ilmu Biokimia

Selain ISPA, bisa juga laringitis, faringitis, dan iritasi mata. Dampak jangka panjang atau kronis baru diarasakan bisa sudah terpapar polutan dalam waktu lama.

Baca juga : Kemenkes Terbitkan Surat Edaran Penanggulangan Akibat Polusi pada Kesehatan

Kasus yang paling banyak disebabkan pajanan polusi udara secara terus-menerus ialah penurunan fungsi paru. Kalau berlanjut, keluhan akan memburuk dan meningkatkan risiko asma, penyakit paru obstruktif kronik (PPOK), dan bahkan memperbesar risiko terjadinya kanker, seperti kanker paru.

Agus menyatakan, anak-anak dan ibu hamil paling rentan terkena penyakit karena polusi. “Pada anak, bisa meningkatkan risiko ISPA. Karena kalau terjadi iritasi, tenggorokan mengalami peradangan, infeksi,” jelas Agus. 

Ia mencontohkan, kasus ISPA dalam jumlah besar menimpa anak-anak saat terjadi kebakaran hutan dan lahan (karhutla). Ibu hamil, menurut Agus, juga rentan terpapar. Polutan yang masuk ke tubuh ibu hamil bisa memengaruhi kesehatan janin.

Cek Artikel:  9 Penyebab ASI Bukan Keluar setelah Melahirkan, ini Metode Mengatasinya

Orang-orang yang bekerja di luar ruangan, lanjut Agus, juga cenderung mengalami penuruan fungsi paru. “Pada polisi lalu lintas, penya-pu jalan, petugas jalan tol, penjual koran, terlihat penurunan fungsi paru yang signifikan,” ujarnya. (H-2)

Mungkin Anda Menyukai