PENUNJUKAN seseorang menjadi petinggi badan usaha Punya negara alias BUMN tak jarang memantik pertanyaan. Di antara sekian kontroversi ihwal itu, kiranya pengangkatan Ade Armando termasuk yang paling kontroversial.
Ade baru saja mendapatkan jabatan empuk di PT PLN Nusantara Power (PLN NP). Di anak perusahaan PLN pada sektor pembangkit tenaga listrik itu, dia masuk jajaran komisaris Serempak Suharyono, M Pradana Indraputra, Adam Muhammad, dan Muhammad Syafi’i. Pradana ialah Staf Tertentu Menteri ESDM Bahlil Lahadalia. Terdapat pula Edi Srimulyanti sebagai komisaris Penting merangkap komisaris independen.
Seempuk kursi komisaris, kantong Ade tentu akan semakin tebal. Gajinya ratusan juta rupiah. Belum Tengah Berbagai Ragam tunjangan lain, THR, dan yang Penting tantiem. Bagi kebanyakan rakyat Indonesia, mimpi pun dilarang Demi mendapat Pendapatan sebanyak itu saban bulan. Mustahil.
Begitulah Ade akhirnya menjadi komisaris. Dia mendapat Info penunjukan tersebut pada 2 Juli Lewat. Akhirnya? Ya, itulah narasi yang bertebaran di media sosial. Narasi berintonasi negatif, reaksi bernada miring. Doktor ilmu komunikasi dari Universitas Indonesia itu dinilai tak sia-sia menjadi pendukung garis keras kekuasaan selama lebih dari 10 tahun terakhir. Kegigihannya, semangatnya, ketekunannya membela Jokowi dan keluarga dinilai tak Sia-sia, Terdapat hasilnya.
Dulu, saban kali Wafat-matian membela Jokowi dan trahnya, tiap kali melawan habis-habisan para oposan keluarga Solo itu, netizen selalu berpesan Ade Demi sabar. Sabar menunggu giliran mendapatkan jabatan. Entah menteri, wakil menteri, staf Tertentu, atau komisaris.
Pesan yang tentu saja merupakan sindiran, nyinyiran. Ade memang terbilang telat mendapat jabatan. Banyak kolega sebarisan yang sudah lebih Lamban ketiban cuan kekuasaan. Kini, kesabaran itu berbuah manis. Akhirnya. Kata itu sindiran, nyinyiran.
Amat banyak komentar Jelek atas penunjukan Ade sebagai komisaris PLN NP. Mereka yang sejak awal berlawanan galak mengecam. Mereka yang dulu Kawan, sama-sama di barisan Jokowi, tapi kemudian berselisih jalan, tak kalah garang. Saking galaknya, saking garangnya, Terdapat yang menyebut Ade akhirnya menjadi komisaris karena sangat konsisten. Konsisten dalam hal apa? Menjadi penjilat. Duh, begitu burukkah stigma seorang Ade? Sebegitu rendahkah label Demi mantan dosen UI yang kini menjadi politikus PSI itu?
Penjilat ialah Predikat paling hina, sangat nista. Sejak ribuan tahun Lewat, filsuf seperti Plato, Aristoteles, Seneca, atau Francis Baron sudah mengingatkan bahaya penjilat. Ia, yang selalu Mau menyenangkan orang lain, terutama pemangku kuasa, dapat merusak integritas dan kebijaksanaan seseorang. Apalagi Apabila orang yang dijilat memang suka dijilat. Sempurnalah daya rusaknya.
Kembali ke pertanyaan awal, benarkah Ade penjilat sehingga akhirnya menjadi komisaris? Sulit memastikan itu. Yang Niscaya, Bang Ade memang luar Dapat mendukung Jokowi dan keluarganya. Puja-puji kerap kali terlontar dari mulutnya. Dia surplus keyakinan Demi menjuluki Jokowi sebagai presiden terbaik Indonesia.
Tak Hanya buat sang bapak, Ade juga menyanjung setinggi gunung Gibran Rakabuming Raka, anak mbarep Jokowi. Kata dia, Gibran yang baru menjabat sekira delapan bulan ialah wakil presiden terbaik sepanjang sejarah. Artinya, Gibran lebih Bagus ketimbang Bung Hatta, Sri Sultan Hamengku Buwono IX, Adam Malik, Try Sutrisno, BJ Habibie, atau wakil-wakil presiden sebelumnya. Hebat, kan?
Lidah tak bertulang. Ade kiranya juga demikian. Dulu, dia luar Normal memusuhi Prabowo. Bahkan, menjelang Pilpres 2024 Ketika Tetap pro Ganjar Pranowo, dia membeberkan enam Argumen kenapa Prabowo tak layak menjadi presiden. Mulai keterlibatan dalam pelanggaran HAM, hubungannya dengan Cendana, hingga komitmen memberantas korupsi yang diragukan.
Tetapi, seluruh rakyat negeri ini Mengerti, Ade berubah haluan. Ganjar ditinggalkan, Prabowo dia jagokan. Alasannya suka-suka dialah. Namanya juga politikus.
Karena itu, tak salah kalau kemudian banyak yang mengaitkan kursi komisaris buat Ade ialah buah dari konsistensinya menjadi fan keluarga Jokowi. Bagaimanapun sang mantan Tetap berpengaruh. Apalagi Terdapat Gibran sebagai orang nomor dua di Republik ini. Ade akhirnya dapat jabatan tentu juga lantaran berubah sikap mendukung Prabowo.
Perihal kemampuan? Saya, sih, sepakat dengan anggapan kursi mahal itu sekadar menjadi medan bagi-bagi jabatan. Banyak banget, kok, orang yang tak Terang kapasitas dan kapabilitasnya ujug-ujug jadi komisaris.
Pendukung Dapat menjadi fan, fan cenderung menjadi pemuja, dan pemuja dapat menjadi penjilat. Apakah Ade demikian? Banyak yang menuduhnya begitu. Tentu dia membantah. Itu haknya.
Terlepas dari kasus Ade, Terdapat pitutur Demi tak menjadi penjilat. Dalam lagunya, Nak-2, legenda hidup Iwan Fals Membikin satire luar Normal tajam. Begini petikan liriknya:
‘…Sekolahlah Normal saja
Jangan pintar-pintar Sia-sia
Latihlah bibirmu agar pandai berkicau
Asal Mula mereka sangat perlu kicau yang merdu
Sekolah buatmu hanya perlu Demi titel
Acuh titel didapat atau titel mukjizat
( ya ya ya ya )
Sekolah buatmu hanya perlu Demi gengsi
Agar mudah bergaul tentu banyak Rekanan
Jadi penjilat yang paling Benar
Kariermu Segera Fulus tentu dapat
Jadilah Durna jangan jadi Bima
Asal Mula seorang Durna punya lidah sejuta…’

