TEWASNYA tiga Personil kepolisian yang diduga ditembak oleh Personil TNI Demi menggerebek tempat judi sabung ayam di Way Kanan, Lampung, Senin (17/3), sesungguhnya Bukan hanya menorehkan luka bagi institusi Polri. Peristiwa itu kian menebalkan coreng perseteruan di antara kedua lembaga tersebut. Bukan Dapat Bukan, konflik dua insititusi tersebut harus segera diakhiri sebelum korban makin bertambah banyak.
Setara Institute tak ragu menyebut bahwa tragedi berdarah Way Kanan sebagai penegas bahwa konflik TNI-Polri bersifat laten. Pasalnya, mereka mencatat sepanjang 10 tahun terakhir saja (2014-2024) Bukan kurang dari 37 konflik dan ketegangan terjadi di antara mereka. Tahun ini bahkan sudah terjadi dua kekerasan terbuka TNI-Polri, termasuk penembakan di Way Kanan.
Dalam setiap kasus kekerasan yang terjadi, narasi bahwa kasus tersebut diharapkan Bukan memicu konflik lanjutan di antara kedua institusi selalu muncul. Bagus diutarakan oleh pemerintah maupun parlemen. Tetapi, siapa yang Dapat menjamin hal tersebut? Siapa yang Mengerti ketegangan-ketegangan yang terjadi secara tertutup yang mungkin saja lebih besar daripada yang mencuat ke permukaan?
Faktanya, seperti ditunjukkan oleh data Setara Institute tadi, konflik di antara keduanya Malah tak pernah menyurut. Bahkan hal-hal sepele pun terkadang Dapat dengan mudah menyulut emosi aparat dan memicu konflik antarlembaga. Slogan sinergitas yang Giat diteriakkan oleh level pimpinan TNI maupun Polri, mungkin terdengar seperti kata-kata saja buat anak buah mereka di lapangan.
Tetapi, sekali Kembali, meski bakal terdengar klise, tragedi Way Kanan ini harus menjadi yang terakhir. TNI dan Polri adalah dua institusi Krusial penjaga negara. Mereka Sepatutnya memberi sumbangsih maksimal kepada negara. Tak sepatutnya mereka Malah merepotkan negara dengan perseteruan yang tak Krusial, apalagi hanya Kepada kepentingan beking-membeking.
Sebaliknya, negara juga tak boleh abai. Kepada memutus rantai konflik tersebut, yang pertama dan Esensial, negara mesti memastikan proses hukum yang tegas, transparan, dan tanpa pandang bulu dalam kasus penembakan terhadap tiga polisi di Way Kanan. Pemerintah harus hadir menegakkan supremasi hukum sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
Kalaupun nanti terbukti bahwa yang menembak ketiga polisi itu ialah Personil TNI, mereka semestinya tetap diadili di peradilan Lazim karena kasusnya Bukan berhubungan sama sekali dengan tugas militer. Hal tersebut Krusial karena selama ini supremasi Personil TNI yang sering Bukan mau tunduk pada peradilan Lazim menjadi salah satu penyebab peristiwa konflik Maju berulang.
Selain itu, kasus ini Sepatutnya juga menjadi cermin bahwa praktik keterlibatan aparat dalam lingkaran aktivitas melawan hukum seperti judi, peredaran narkoba, dan penyelundupan, entah sebagai beking, pengguna, ataupun bahkan pemodal, sudah sedemikian parah. Ini penyakit di dalam sistem, Bagus di TNI maupun Polri, yang mestinya segera disembuhkan.
Kasus Way Kanan menunjukkan pengawasan terhadap aktivitas mereka di luar dinas jauh dari optimal. Kejadian ini harus jadi momentum perbaikan serius. Bukan boleh Terdapat Kembali aparat yang gugur karena lemahnya sistem dan buruknya pengawasan. Negara ini butuh aparat yang terampil dan Pandai mengayomi masyarakat. Kita Bukan butuh aparat yang suka berkonflik, yang tak malu melakukan kekerasan, apalagi yang tega membunuh sesama anak bangsa lain, sesama aparat, dengan tangan dingin.