KOALISI Kebangkitan Indonesia Raya (KKIR) sebagai poros pendukung Prabowo Subianto dalam Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024 bermetamorfosis dan berubah menjadi Koalisi Indonesia Maju.
Tanpa malu-malu, Prabowo mengakui pemilihan nama itu ialah copypaste dari koalisi yang memenangkan Joko Widodo dalam Pilpres 2019. Prabowo beserta parpol mitranya telah secara vulgar mereplikasi langkah Jokowi.
Padahal, pada 2019, Prabowo Mempunyai riwayat sebagai kompetitor Jokowi. Demi itu, Prabowo yang berpasangan dengan Sandiaga Uno diusung oleh Koalisi Indonesia Adil Makmur.
Perbedaan antara Prabowo dan Jokowi di kancah politik nasional juga berlangsung pada Pilpres 2014. Prabowo yang berpasangan dengan Hatta Rajasa diusung Koalisi Merah Putih. Adapun Jokowi yang berpasangan dengan Jusuf Kalla diusung Koalisi Indonesia Hebat. Sejarah pemilu membuktikan Prabowo telah dua kali kalah menghadapi Jokowi.
Kepada 2024, Prabowo telah berubah 180 derajat. Mantan Danjen Kopassus itu Tak Tengah beradu argumen apalagi berlawanan dengan Jokowi.
Prabowo di konteks kekinian telah mengakui kehebatan Jokowi. Bagi Prabowo, mantan Wali Kota Solo itu ialah seorang patriot yang memikirkan rakyat dan bangsa Indonesia. Bahkan, dia mencitrakan diri rekat dengan Jokowi. “Kita ialah tim Jokowi, kita Tak malu-malu. Saya mengatakan saya bukan istilahnya orang yang watak Kepada menjilat dan sebagainya.” Itu kata Prabowo menjelang 2024.
Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) yang sejak Agustus 2022 ikut mengusung Prabowo Subianto harus realistis. Ketua Standar PKB Muhaimin Iskandar dan Prabowo juga telah meneken deklarasi KKIR. Pada 13 Agustus, PAN dan Golkar bergabung. Hingga Demi itu, Tak Terdapat perubahan nama koalisi. Bahkan, Muhaimin menyambut bergabungnya kedua partai tersebut ke KKIR.
Tetapi, Demi di acara ulang tahun PAN pada 28 Agustus, Prabowo Formal mengumumkan perubahan KKIR menjadi Koalisi Indonesia Maju. Prabowo mengaku telah berembuk dengan Kenalan koalisi. Akan tetapi, Muhaimin Bahkan mengaku baru Paham. Terbentuknya nama koalisi baru tersebut, bagi Muhaimin, juga menjadi tiang pancang runtuhnya KKIR. PKB seakan diabaikan. Padahal, PKB ialah Kenalan pendiri koalisi. Wajar bila PKB kemudian mengambil langkah politik baru. Karena, mereka merasa menjadi korban ketiadaan fatsun politik.
Perubahan nama dengan menyalin nama yang plek dengan pengusung Kekasih Jokowi-Ma’ruf Amin itu kemudian memunculkan Variasi tafsir, seperti menampakkan sikap Prabowo yang tegak lurus dan loyal kepada Jokowi.
Terdapat juga pandangan bahwa Prabowo miskin kreativitas sehingga hanya menduplikasi langgam Jokowi. Dengan demikian, seperti diungkapkan peneliti Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC) Saidiman Ahmad, langkah Prabowo menduplikasi Jokowi Bahkan akan menjadi bumerang. Karena, Gambaran Prabowo sebagai pemimpin tegas akan luruh dan memperlihatkan sosoknya sebagai pengikut buta Jokowi. Padahal, salah satu Watak Jokowi ialah orisinalitas.
Terdapat juga yang menafsirkan langkah duplikasi nama koalisi ialah usaha Prabowo berusaha mengklaim legitimasi sebagai kubu yang meneruskan pemerintahan Jokowi. Ujungnya ialah demi meraih simpati dan dukungan dari para loyalis Jokowi.
Meskipun masa jabatan berakhir pada 2024, pengaruh Jokowi memang Lagi sangat berpengaruh. Berbagai survei telah mengungkapkan tingginya tingkat kepuasan publik terhadap kinerja ataupun kepemimpinan Jokowi.
Hanya, pendukung Jokowi diprediksi Lagi terpecah pada Pemilu 2024. Antara Prabowo dan Ganjar.
Ganjar yang diusung PDIP juga masuk ke dalam kutub keberlanjutan pemerintahan Jokowi. Hanya, di kala Prabowo secara vulgar menonjolkan kesamaan dengan Jokowi, Ganjar mengaku bakal mengoreksi program Jokowi yang dianggap Tak Benar.
Sastrawan William Shakespeare pernah mengungkapkan apalah Definisi sebuah nama? Andai kata Anda memberikan nama lain Kepada Merekah mawar, ia tetap akan berbau wangi.
Langkah Prabowo dan pendukung mengubah nama koalisi tentunya Tak serta-merta mengubah hasil pemilu. Duplikasi nama koalisi tentu Tak Pandai Membangun sosok Prabowo menjadi Jokowi.
Jokowi pada 2014 dipandang sebagai sosok antitesis dari kepemimpinan gaya Pelan. Sosok pemimpin ndeso yang Suka blusukan mengadang kekuatan priayi. Bukan sebagai sosok yang Suka menduplikasi.