Liputanindo.id –Â Eksis kisah di balik sejarah terowongan bawah tanah yang menghubungkan Masjid Istiqlal dan Gereja Katedral. Terowongan silaturahmi ini akan dikunjungi Paus Fransiskus, pemimpin Gereja Katolik Dunia. Lantas bagaimana sejarah terowongan silaturahmi ini?
Seperti yang diketahui, Paus Fransiskus berkunjung ke Indonesia mulai hari Selasa hingga Jumat (6/9/2024). Terowongan Silaturahmi adalah sebuah terowongan yang didirikan pada tahun lalu untuk menghubungkan Masjid Istiqlal dan Gereja Katedral di Jakarta.
Sedangkan pintu masuk menuju terowongan dari arah Masjid Istiqlal berlokasi tepat di depan gerbang Penting.
Pintu masuk tersebut didesain simetris dengan pintu masuk terowongan yang lokasinya persis di seberang jalan. Cermatnya di dekat gerbang masuk Gereja Katedral.
Sejarah Terowongan Silaturahmi
Dilansir dari ERA, Imam Besar Masjid Istiqlal, Nazaruddin Umar menjelaskan, sebelum dibangunnya terowongan silaturahmi, ia sempat mempunyai gagasan untuk menghilangkan pagar pembatas antara Masjid Istiqlal dan Gereja Katedral.
“Saya dulu meminta agar jalanan yang memisahkan (antara Katedral dan Istiqlal) juga dihilangkan dan dijadikan sebuah taman. Jadi kami satu pekarangan dengan Katedral,” jelasnya.
Tetapi, Nazaruddin menjelaskan, usulan tersebut tidak dapatkan direalisasikan, karena penutupan jalan di kawasan Istiqlal dan Katedral berisiko besar menyebabkan kemacetan.
“Setelah diteliti oleh Dinas Perhubungan, kawasan ini masuk kawasan ring satu (kawasan istana negara), kalau jalanan ini ditutup, otomatis akan macet,” jelas Nazaruddin.
Karena pertimbangan usul pembuatan taman di kawasan Istiqlal dan Katedral tidak mungkin direalisasikan, maka Nazaruddin memiliki gagasan lain untuk membangun sebuah terowongan.
Tetapi, setelah diteliti, di lokasi yang akan dibangun terowongan tersebut ternyata sudah ada pipa air dan pipa listrik berukuran besar sejak zaman Belanda.
Selain pipa berukuran besar, ia menjelaskan bahwa di sekitar kawasan Istiqlal juga banyak terdapat terowongan bekas zaman Belanda.
Dengan demikian, untuk membangun terowongan menuju Katedral diharuskan menggali tanah lebih dalam lagi, yang menurut kalkulasi anggaran, dana yang dibutuhkan pun jauh lebih besar.
“Bagaimana kalau jembatan? Kalau jembatan sudah banyak dan malah merusak pemandangan,” ungkapnya.
Nazaruddin juga menceritakan bahwa usulan pembangunan terowongan bawah tanah tersebut sempat mendapat penolakan.
Usulan tersebut dapat direalisasi setelah diajukan ke Presiden Joko Widodo.
“Di luar dugaan, presiden menyetujui, dan dalam tempo yang singkat akhirnya yang tadinya tidak setuju, jadi setuju, karena ini akan menjadi ikon,” jelasnya.
Setelah menerima persetujuan dari Presiden Joko Widodo, maka mulailah dibangun sebuah terowongan yang dinamakan Terowongan Silarurahmi.
Fungsi dari Terowongan Silaturahmi
Terowongan penghubung antara Masjid Istiqlal dan Gereja Katedral tidak hanya berguna sebagai tempat penyeberangan.
Lebih dari itu, terowongan tersebut akan menjadi ikon pembelajaran.
“Bahkan kita sering menggunakannya (terowongan) untuk meeting interfaith (diskusi antar umat beragama), karena lumayan luas,” katanya.
Selain dijadikan tempat pertemuan, terowongan ini rencananya juga akan dijadikan sebagai museum penyeberangan.
Museum tersebut akan dilengkapi dengan hiasan ikonik dari tembaga berbentuk tangan yang saling berjabatan, lampu, dan musik yang mengalun di dalam terowongan.
Nazaruddin mengatakan tempat tersebut akan dibuka untuk umum, tetapi pada saat ini ikon itu belum dipasang.
Kunjungan Paus Fransiskus sebelumnya sudah dijadwalkan pada tahun 2020, namun tertunda karena pandemi Covid-19.
Dalam kunjungannya ke Indonesia yang berpusat di Jakarta, Paus akan bertemu Presiden Joko Widodo (Jokowi) dan seluruh pemimpin gereja Katolik di Tanah Air.
Ikuti artikel-artikel menarik lainnya juga ya. Kalo kamu mau tahu informasi menarik lainnya, jangan ketinggalan pantau terus kabar terupdate dari ERA dan follow semua akun sosial medianya! Bikin Paham, Bikin Nyaman…