Airlangga dan Laporta

AIRLANGGA Hartarto dan Joan Laporta memang berbeda. Airlangga di Indonesia, jadi menko perekonomian, dan mengurusi ekonomi negara. Laporta tinggal di Spanyol, jadi Presiden Klub Barcelona, dan sudah barang tentu mengurusi sepak bola. Bedanya Kembali, Airlangga irit bicara dan kerap ‘berargumentasi’, Laporta dengan senang hati melayani permintaan wawancara sembari menjelaskan langkah-langkah solusi apa Demi penyelamatan Barca.

Kendati berbeda dalam beberapa hal, keduanya punya kemiripan dalam sejumlah soal. Kedua sosok itu sama-sama lahir pada 1962, sama-sama ber-shio Harimau (dalam tradisi Tiongkok), dan sama-sama menghadapi masalah perekonomian yang ruwet. Yang satu perekonomian negara yang penuh tantangan, yang satu masalah di Barca yang Lagi belum sepenuhnya Bisa ditaklukkan.

Tentu berbeda, membereskan negara dan klub sepak bola. Tetapi, seni mencari solusinya boleh jadi sama meski Tak 100% plek ketiplek. Airlangga harus mencari resep bagaimana menggenjot pertumbuhan ekonomi pada kuartal-kuartal berikutnya, setelah terkontraksi menjadi 4,87% pada kuartal I (melesu ketimbang kuartal yang sama tahun Lampau yang 5,11%). Ia juga dipusingkan (kalau dibikin pusing) oleh menurunnya daya beli masyarakat. Pula, mesti berpikir keras menghadapi pendapatan pajak yang merosot hingga 18,09% pada kuartal I 2025 ketimbang penerimaan pada periode yang sama tahun sebelumnya.

Belum Kembali, mesti mencari Metode mengatasi bertambahnya pengangguran hingga 83 ribu orang, melesunya industri (terekam dari indeks manufaktur yang merosot menjadi 46,7), dan pengenaan tarif resiprokal dari Amerika Perkumpulan (AS) Demi barang ekspor kita ke ‘Negeri Om Sam’ tersebut. Segala itu mesti ditemukan resepnya Demi jangka pendek dan jangka menengah (yang durasi ‘menengahnya’ juga kian memendek).

Cek Artikel:  Pengaruh Domino Tenabang

Sementara itu, Laporta juga dipusingkan keuangan klub Barca yang Lagi saja menyisakan celah meski sudah mulai membaik. Kini, Barca menggenggam treble domestik (Pemenang Piala Super Spanyol, Pemenang Copa del Rey, dan Pemenang La Perserikatan). Prestasi diraih setelah Segala perkara di Barca mulai terurai satu demi satu.

Resepnya, Laporta berani mengambil risiko Membangun keputusan Tak Terkenal, bahkan dibenci para fan Barca, seperti mengikhlaskan legenda hidup klub Lionel Messi pergi. Laporta juga tak ragu menarik tuas ekonomi berkali-kali demi menekan ‘pendarahan’ keuangan klub (hingga kini sudah lima kali tuas ekonomi ditarik dan boleh jadi Lagi akan ditarik Kembali).

Krisis Barca memang Tak kaleng-kaleng. Utang klub Catalan itu lebih dari Rp50,8 triliun. Sumber utang Barcelona disebut-sebut berasal dari transfer pemain terdahulu hingga Akibat pandemi covid-19. Dimulai dari transfer Neymar ke Paris Saint-Germain (PSG) pada 2017, keruwetan mulai terjadi.

PSG membayar 222 juta euro (Rp3,7 triliun) ke Barcelona Demi mendatangkan Neymar. Sebagai ganti Neymar, Barcelona mendatangkan Ousmane Dembele dari Borussia Dortmund dan Philippe Coutinho dari Liverpool. Kedua pemain itu tiba setelah Barcelona membayar masing-masing 135 juta euro (Rp2,2 triliun) ke klub mereka sebelumnya.

Cek Artikel:  Taawun untuk Gotong Royong

Tetapi, Dembele dan Coutinho gagal memenuhi ekspektasi Barcelona. Mereka Lampau pergi dengan harga yang jauh lebih murah. Coutinho pindah ke Aston Villa dengan mahar 20 juta euro (Rp339 miliar), sedangkan Dembele ke PSG dengan biaya 50 juta euro (Rp847 miliar).

Tagihan gaji Barcelona juga semakin meningkat ketika merekrut Antoine Griezmann dari Atletico Madrid pada 2019. Griezmann datang ke Barcelona dengan biaya 120 juta euro (Rp2,035 triliun), tetapi kembali ke Atletico hanya dengan 22 juta euro, atau Rp373 miliar. Dembele, Coutinho, dan Griezmann Membangun Barcelona mengeluarkan Nyaris 400 juta euro, atau setara Rp6,7 triliun.

Restriksi kegiatan masyarakat yang diterapkan seluruh negara selama covid-19 memperparah kondisi keuangan Barcelona. Ketiadaan penonton di setiap pertandingan Membangun Barcelona kehilangan pendapatan Sekeliling 470 juta euro yang setara Rp7,9 triliun. Kondisi keuangan Barcelona Maju memburuk ditambah dengan total upah pemain melewati ambang batas gaji yang ditetapkan La Perserikatan.

Laporta telah menarik tuas ekonomi yang meliputi penjualan sebagian aset klub, seperti hak siar televisi, dan saham Barca Studios. Saya gembira Airlangga juga sudah mulai bicara ikhtiar keras mengangkat perekonomian kita. Kemarin, Airlangga menyebut Eksis delapan agenda pemulihan, lima agenda jangka pendek dan tiga agenda jangka menengah Demi mengatasi kelesuan ekonomi. Kali ini, ia Tak ‘berargumentasi’ dengan menyebut fundamen ekonomi kita cukup resilien.

Cek Artikel:  Membahagiakan Koruptor

Lima agenda jangka pendek itu: pertama, penguatan konsumsi rumah tangga dan daya beli masyarakat lewat perluasan program makan bergizi gratis (MBG) yang mendorong perputaran ekonomi di sektor pangan lokal, penyaluran Donasi sosial Akurat sasaran, stimulus konsumsi melalui diskon transportasi publik dan subsidi listrik Demi rumah tangga tertentu, mempercepat realisasi belanja negara.

Kedua, peningkatan kemudahan berusaha dengan menyederhanakan izin usaha, penyelesaian revisi Peraturan Presiden tentang Bidang Usaha Penanaman Modal (BUPM); ketiga, penguatan pembiayaan sektor produktif dengan penyaluran kredit usaha rakyat (KUR) dengan Sasaran yang lebih besar, implementasi kredit investasi padat karya, fasilitasi pembiayaan koperasi dan UMKM; keempat, perluasan akses pasar ekspor; kelima, kebijakan deregulasi dengan membentuk satgas deregulasi.

Kebijakan jangka menengah: pertama, percepatan hilirisasi dan industrialisasi, khususnya industri pengolahan mineral seperti nikel, bauksit, dan tembaga, penguatan rantai nilai industri kelapa sawit dan komoditas strategis lainnya; kedua, transformasi ekonomi digital; ketiga transisi Daya dan ekonomi hijau.

Tinggal konsistensi dan detail hingga ke soal-soal kecil yang mesti dibereskan Airlangga. Kalau itu dilakukan, ia Bisa meraih seperti yang dicapai Laporta: Pemenang, Pemenang, dan Pemenang.

 

Mungkin Anda Menyukai