AI kian Mengancam Lapangan Pekerjaan

AI kian Mengancam Lapangan Pekerjaan
AI Experience Center di Solo: Sejumlah siswa mengamati proses penyeduhan kopi oleh robot barista dengan kecerdasan buatan (AI) yang dipamerkan di Indosat AI Experience Center, Solo Technopark, Solo, Jawa Tengah, Rabu (4/9/2024). AI Experience Center pertam(ANTARA/Maulana Surya)

HASIL riset International Institute for Management Development (IMD) World Talent Ranking (WTR) 2024 menyebut kecerdasan buatan (artificial intellegence/AI) menjanjikan efisiensi dan meningkatkan produktivitas. Tetapi, di saat bersamaan AI juga mengancam sejumlah lapangan pekerjaan, khususnya di sektor-sektor yang bergantung pada pekerjaan repetitif yang bisa diotomatisasi.

Direktur IMD World Competitiveness Center (WCC) Arturo Bris seperti dikutip dari siaran pers, Minggu (22/9), menyampaikan ada tiga poin penting pengaruh AI terhadap ketersediaan lapangan kerja. Pekerja perempuan paling terdampak oleh perubahan itu.

“Kecerdasan buatan akan mengubah lapangan pekerjaan. AI akan menghilangkan sejumlah lapangan kerja yang ada maka pemerintah perlu memikirkan bagaimana cara untuk membuka lapangan kerja baru,” terangnya.

Cek Artikel:  5 Argumen Mengapa Edukasi Krusial Demi Menggunakan Kalkulator Simulasi Biaya Iuran pertanggungan

Baca juga : Padukan AI dan Pelibatan Aktif Karyawan, Transcosmos Raih Dua Penghargaan TBCCI

Bris memaparkan, lapangan kerja di negara maju lebih terdampak oleh AI. Menurut data Organisasi Ketenagakerjaan Global (ILO/Global Labour Organization) PBB, AI akan mengubah atau menggantikan 5,5% pekerjaan di negara berpendapatan tinggi dan hanya kurang dari 0,4% di negara berpendapatan rendah. Negara berpendapatan rendah lebih sedikit terdampak karena terbatasnya akses teknologi.

AI, sambungnya, juga memperburuk inklusi dan diskriminasi. Data ILO menunjukkan perbedaan gender ternyata mendapat dampak berbeda akibat automasi pekerjaan dengan AI.

Pekerja perempuan di negara maju (7,9%) lebih terdampak otomatisasi pekerjaan dengan AI ketimbang laki-laki (2,9%). Sementara di negara berkembang, perempuan (2,7%) pun lebih terdampak AI ketimbang pria (1,3%).

Cek Artikel:  KCIC Pastikan Transaksi Keuangan Mengenakan Bank dalam Negeri

Baca juga : Moderasi dengan AI Perangi Konten Negatif

Dalam hal penggunaan AI untuk perekrutan, promosi, dan evaluasi kinerja, kata Bris, perlu dievaluasi ulang agar tidak terjadi diskriminasi yang merupakan imbas dari algoritma AI yang dipakai.

Kepada itu, pemerintah dan pengambil kebijakan disarankan untuk segera melakukan antisipasi. Misalnya dengan menyiapkan pelatihan ulang tenaga kerja dan rencana penanggulangan terhadap tingkat pengangguran dari pekerja yang terdampak AI dan kaum marginal.

“Pencegahan ini perlu dilakukan agar tak berkembang menjadi gejolak sosial dan berdampak kemampuan suatu negara untuk menarik talenta asing. Alasan, tenaga ahli asing kurang berminat untuk masuk ke negara-negara yang memiliki masalah sosial, sehingga mereka memilih lari ke negara lain. Kurangnya daya tarik ini ujungnya akan berdampak pula pada pertumbuhan ekonomi,” pungkas Bris. (E-2)

Cek Artikel:  Ini Tips Menjadi Pahlawan Finansial Bagi Keluarga

Mungkin Anda Menyukai