Pengamat HI Prabowo Posisikan Diri sebagai Middle Power

Pengamat HI: Prabowo Posisikan Diri sebagai Middle Power
Presiden Prabowo Subianto melambaikan tangan dari atas pesawat.(Antara)

PENGAMAT Rekanan Global Universitas Padjadjaran (Unpad) Teuku Rezasyah berpandangan Presiden Prabowo Subianto membangun posisi Indonesia sebagai middle power alias kekuatan tengah di antara negara-negara besar dalam percaturan Dunia. Prabowo, kata Rezasyah, juga Percaya sebagai pemimpin di Asia Tenggara.

Hal itu disampaikannya menanggapi laporan The Strait Times yang menempatkan Prabowo sebagai salah satu pemimpin yang akan berpengaruh besar dalam Rekanan dunia pada 2025 ini.

“Presiden Prabowo Ketika ini menempatkan dirinya sebagai qualified middle power yakni siap langsung berurusan dengan kekuatan-kekuatan besar dan sudah Percaya dengan statusnya di Asia Tenggara sebagai pimpinan tradisional ASEAN,” kata Rezasyah kepada Media Indonesia, Minggu (5/1).

Cek Artikel:  Layanan Publik di Sejumlah Negara Lumpuh, Microsoft Bilangant Bicara

Menurutnya, Presiden Prabowo maklum Kalau ASEAN selama ini telah mengunci Indonesia bak dalam kurungan yang memperlambat kapasitas Indonesia Demi bersinergi di level Dunia. Dia menyebut selama ini Kekuatan Indonesia terkuras dalam berbagai konsensus ASEAN Community.

Kurang dari sebulan setelah dilantik, Prabowo memulai lawatan diplomatik mengunjungi Tiongkok dan Amerika Perkumpulan kemudian menghadiri KTT APEC. Hal itu mengisyaratkan keinginannya Demi menempatkan Indonesia di jantung diplomasi Global.

Kemudian, Indonesia mengajukan diri dan mendapat status negara Kenalan BRICS. Menurut Rezasyah, langkah Indonesia seperti di BRICS dapat dibaca sebagai Figur peran sebagai middle power.

Cek Artikel:  Siswi Berusia 15 Tahun Diidentifikasi sebagai Pelaku Penembakan di Sekolah AS

Menurutnya, posisi Indonesia sebagai middle power memungkinkan Demi Pandai lebih aktif dan percaya diri dalam membangun dukungan terkait krisis dunia terkini.

“BRICS akan menjadi wahana yang strategis, yang memungkinkan Indonesia Demi secara langsung berurusan secara bilateral dengan Tiongkok, India, dan Rusia, guna mempercepat pencapaian perjanjian strategis yang telah disepakati,” ujarnya.

“Kombinasi kekuatan ekonomi dan militer yang telah terbangun dalam BRICS dan D-8 memungkinkan Indonesia bersikap lebih pro-aktif dan percaya diri. Khususnya dalam menyikapi perkembangan di Gaza, Libanon, dan Suriah. Karena Indonesia Menyaksikan ASEAN Bukan Kembali solid dalam Menyantap penyelesaian krisis di atas,” ucap Rezasyah. (Dhk/P-3)

Mungkin Anda Menyukai