Potret Suram Perwasitan Asia

Potret Suram Perwasitan Asia
Suryopratomo Pemerhati Sepak Bola(MI/Ebet)

DRAMA sepak bola mewarnai Piala Asia 2024. Bukan hanya ditandai dengan tersingkirnya dua kesebelasan unggulan, Iran dan Korea Selatan di semifinal, tetapi juga keputusan wasit yang membuat banyak pencinta sepak bola mempertanyakan masa depan persepakbolaan Asia.
 
Setelah kasus selebrasi pemain Irak Aymen Hussein yang diganjar kartu merah Wasit Alireza Faghani dari Australia, di semifinal wasit asal Kuwait, Ahmad Al-Ali membuat putusan kontroversial ketika mengesahkan gol pertama kesebelasan tuan rumah Qatar. Padahal sebelum serangan balık yang membuat The Maroons menyamakan kedudukan, jelas-jelas terjadi pelanggaran oleh gelandang Qatar terhadap penyerang sayap Iran Mehdi Taremi.

“Seluruh penonton di dunia melihat pelanggaran yang jelas-jelas terjadi, namun wasit tidak memedulikannya. Video Assistant Referee juga tidak mencoba untuk meluruskannya,” keluh Instruktur Iran Amir Ghalenoei.

Sebelum pertandingan Iran sebenarnya sudah mempertanyakan keputusan Konfederasi Sepak Bola Asia menunjuk wasit asal Kuwait. “Bagaimana wasit asal negara Arab ditunjuk sebagai pengadil pada pertandingan semifinal ini,” tanya pemain Iran, Saeid Ezatolahi.

Baca juga : Menunggu Persembahan Terakhir Juergen Klopp

Beberapa keputusan kontroversial sepanjang kejuaraan bukan hanya mencoreng penyelenggaraan Piala Asia 2024, tetapi bisa menghambat perkembangan sepak bola Asia. Tanpa ada aturan permainan yang kredibel, maka hasilnya akan selalu dipertanyakan.

Tentu saja wasit sebagai seorang manusia bisa membuat kekeliruan. Seperti dilakukan Wasit Ali bin Nasser asal Tunisia yang mengesahkan gol “Tangan Tuhan” Diego Maradona di perempat final Piala Dunia 1986 melawan Inggris. Tetapi saat itu belum ada VAR dan posisi wasit jauh dari tempat kejadian sehingga ia tidak yakın dengan apa yang dilakukan Maradona.

FIFA sebagai penyelenggara Piala Dunia tidak mungkin menganulir keputusan yang sudah diambil wasit di lapangan. Tetapi setelah kesalahan yang fatal itu, FIFA tidak pernah menugaskan Bin Nasser sebagai wasit pertandingan.

Baca juga : Asia Tenggara di Tengah Kekuatan Sepak Bola Asia

Cek Artikel:  Kecakapan Tata Kelola di Balik Sukses Haji

AFC pantas untuk melakukan evaluasi menyeluruh terhadap penyelenggaraan Piala Dunia 2024. Kredibilitas kejuaraan harus ditempatkan pada posisi yang tertinggi, karena kompetisi harus dimenangi oleh tim yang terbaik, bukan tim yang mendapatkan privilege, mendapatkan keistimewaan.

Determinasi 

Lepas darı kontroversi yang terjadi, Qatar dan Jordania pantas untuk tampil di pertandingan puncak Sabtu malam nanti karena menunjukkan semangat juang yang luar biasa. Mereka mempertunjukkan determinasi yang tinggi, sehingga mampu menutupi kelemahan kualitas yang dimiliki.

Baca juga : Sepak Bola pun Menegakkan Etika

Jordania menunjukkan permainan yang cepat dan agresif saat mengempaskan Korea Selatan 2-0. Meski diperkuat pemain-pemain yang malang melintang di Perserikatan Eropa, tim asuhan Hussein Ammouta mampu memaksa pemain-pemain Korsel melakukan banyak kesalahan yang tidak perlu.

Dua center-back Korsel Kim Young-gwon dan Jeong Seung-hyeon menjadi titik kelemahan Tim Ginseng. Mereka bukan hanya tidak mampu meredam kecepatan penyerang-penyerang Jordania, tetapi banyak operan di daerah sendiri yang tidak akurat dan punya diintersep lawan. 

Kesalahan Young-gwon melakukan operan diagonal di daerah permainannya sendiri tanpa ampun dihukum pemain Jordania. Ujung tombak Yazan Al-Naimat membuka kemenangan dengan gol indah yang membuat kiper Jo Hyeon-woo pun tidak berdaya. Gol kedua Jordania yang diciptakan Musa Al-Taamari tidak kalah indahnya. Darı hampir setengah lapangan gelandang sayap Jordania itu menggiring bola tanpa bisa dihentikan pemain Korsel, dan dari luar kotak penaltı melepaskan tendangan kaki kanan terukur di pojok kanan gawang Hyeon-woo.

Baca juga : Perjalanan Terakhir Menuju Tangga Pemenang

Kecepatan juga menjadi kunci keberhasilan juara bertahan Qatar untuk mengalahkan Iran 3-2. Terutama ujung tombak Akram Afif menjadi momok bagi barısan pertahanan Iran.

Afif pantas terpilih sebagai pemain terbaik Rabu malam itu karena mampu mengoyak pertahanan Iran sepanjang pertandingan. Meski hanya sekali-sekali Qatar mampu melakukan serangan, tetapi Afif mampu membuat serangannya setiap kali membuat pertahanan goyah dan bahkan terkoyak.

Cek Artikel:  Revisi UU TNI dan Nostalgia 2004

Gol pertama Qatar yang dicetak Jassem Gaber berawal dari umpan tarik yang disodorkan Afif. Terjangan Gaber yang menyentuh kaki pemain belakang Iran membuat bola melambung dan tidak bisa diselamatkan Kiper Alireza Beiranvand.

Baca juga : Boxing Day Penentu Pemenang Paruh Kompetisi

Gol kedua Qatar yang dicetak Afif merupakan gol terbaik malam itu. Di tengah pengawalan tiga pemain Iran di dalam kotak penaltı, pemain yang pernah bermain di Perserikatan Spanyol itu masih bisa melepaskan tendangan ke tiang jauh yang tidak sanggup ditepis Kiper Beiranvand.

Sebagai tuan rumah, Qatar pasti akan tampil semakin bersemangat di final. Stadion Lusail yang berkapasitas hampir 90 ribu penonton pasti berubah menjadi warna maroon karena dipadati pendukung Qatar. Kebiasaanlnya tim tuan rumah sulit untuk bisa dibendung apabila tampil di pertandingan puncak.

Hanya saja tim asuhan Tintin Márquez harus waspada karena Jordania tampil tanpa beban. Mereka baru pertama kali tampil di final dan mereka memiliki fisik yang kuat seperti halnya Iran.

Baca juga : Era Wonderkids belum Tiba

Final Bundesliga 

Pekan ini boleh dikatakan sebagai pekan yang penuh final. Piala Afrika akan memainkan pertandingan final pada Minggu malam di mana Nigeria akan bertemu Pantai Gading. Sementara di Bundesliga, Sabtu malam ini ditandai dengan pertandingan penentuan juara antara Bayer Leverkusen dan Bayern Muenchen.

Di tangan Xabi Alonso, Leverkusen kini menjadi penantang kuat untuk mematahkan rekor 11 kali juara Bayern Muenchen. Hingga 20 pertandingan yang dimainkan, Leverkusen menjadi satu-satunya tim yang belum terkalahkan di Bundesliga. Apabila malam ini mereka berhasil menekuk tamunya, Leverkusen akan memperlebar perbedaan  poin menjadi lima.

Baca juga : Kali ini Dibu Bilangant Aston Villa

Kesempatan emas untuk menjuarai Bundesliga tidak boleh dısia-siakan Leverkusen karena belum tentu didapatkan lagi musim mendatang. Apalagi Alonso pun kemungkinan akan pindah ke Liverpool untuk menggantikan posisi Juergen Klopp yang mengundurkan diri di akhir musim ini.

Cek Artikel:  Aksi Demokrasi Mengawal Pemilu 2024

Belajar dari kegagalan Borussia Dortmund di musim lalu, Leverkusen harus mampu memperlebar jarak dari Bayern Muenchen. Florian Wirz harus memimpin rekan-rekannya menunjukkan permainan terbaik mereka malam ini.

Alonso selama ini memberi keleluasan kepada Wirz untuk menjelajah lapangan menjemput bola dan membuka peluang bagi ujung tombak baik itu Patrik Schick ataupun Borja Iglesias. Duetnya bersama Jonas Hoffman untuk bermain dari lini kedua membuat serangan Leverkusen lebih menggigit.

Baca juga : Enggak Salah, Salah Lagi Yang Terbaik

Apalagi gelandang sayap Jeremie Frimpong dan Alex Grimaldo sangat aktif untuk membantu serangan. Frimpong merupakan pemain masa depan Belanda dan memiliki ketajaman untuk menusuk pertahanan lawan.

Hanya saja Bayern Muenchen merupakan tim yang sangat matang. Mereka bukan hanya mampu memainkan sepak bola indah, tetapi terlatih untuk menghadapi tekanan seperti Sabtu malam ini. Dengan kehadiran kembali Joshua Kimmich sebagai pengatur serangan, tidak mudah bagi Leverkusen untuk mendominasi permainan. Belum lagi ada Leon Goretzka atau Aleksandar Pavlovic yang mendampingi Kimmich sebagai jangkar tim.

Cederanya Kingsley Coman dan Serge Gnabry bukan persoalan berat bagi Bayern Muenchen. Instruktur Thomas Tuchel masih memiliki Jamal Musiala dan Leroy Sane yang bermain sebagai penyerang sayap. Belum lagi ada “kartu as” Harry Kane yang sama produktifnya dengan bintang lama Bayern, Robert Lewandowski.

Baca juga : Kuda Pacu sudah Mahir Bahasa Inggris

Pertemuan Leverkusen dan Bayern malam ini menarik untuk ditunggu karena merupakan final Bundesliga musim ini. Siapa yang memenangi pertandingan berpeluang besar untuk menjadi juara. Kita tunggu saja apakah Bundesliga akan melahirkan juara baru setelah 12 tahun ataukah Bayern Muenchen tetap menjadi langganan juara di Jerman.

Mungkin Anda Menyukai