Hamas Setujui Proposal Gencatan Senjata Qatar dan Mesir, Ini Isinya

Liputanindo.id – Hamas mengatakan pihaknya telah menyetujui proposal gencatan senjata dalam perang tujuh bulan di Gaza yang diajukan oleh Perantara Qatar dan Mesir. Persetujuan itu terjadi hanya beberapa jam setelah Israel memerintahkan evakuasi Kaum Palestina di Rafah. 

Persetujuan gencatan senjata ini dilakukan oleh kepala biro politik Hamas Ismail Haniyeh melalui sambungan telepon dengan Perdana Menteri Qatar dan Menteri Intelijen Mesir.

“Ismail Haniyeh, kepala biro politik gerakan Hamas, melakukan panggilan telepon dengan Perdana Menteri Qatar, Sheikh Mohammed bin Abdulrahman Al Thani, dan dengan Menteri Intelijen Mesir, Abbas Kamel, dan memberi Mengerti mereka tentang persetujuan Hamas atas proposal mengenai perjanjian gencatan senjata,” kata Golongan Palestina dalam sebuah pernyataan yang diterbitkan di situs resminya, dikutip Al Jazeera, Selasa (7/5/2024).

Cek Artikel:  18 Orang Meninggal Dunia Akibat Panas Ekstrem di Korea Selatan

Kantor Perdana Menteri Benjamin Netanyahu mengatakan kesepakatan yang diusulkan Kagak memenuhi tuntutan Israel dan pihaknya akan mengirim delegasi Kepada Bersua dengan para perunding. 

“Meskipun proposal Hamas jauh dari persyaratan yang diperlukan Israel, Israel akan mengirimkan delegasi kerja ke Perantara Kepada memanfaatkan kemungkinan mencapai kesepakatan di Rendah kondisi yang dapat diterima oleh Israel,” katanya dalam sebuah postingan di X.

Rincian lengkap dari proposal tersebut belum Jernih.

Khalil al-Hayya, Personil biro politik Hamas, mengatakan kepada Al Jazeera Arab bahwa proposal Qatar-Mesir mencakup penarikan Laskar Israel dari Gaza dan kembalinya Kaum Palestina yang terlantar ke rumah mereka serta pertukaran tawanan Israel dan tahanan Palestina.

“Usulan tersebut mencakup gencatan senjata tiga tahap, masing-masing tahap berlangsung selama 42 hari,” menurut al-Hayya. 

Cek Artikel:  Tiga Prioritas Kerja Sama Indonesia-Melanesia Pada Pemerintahan Prabowo

Pada tahap pertama, negosiasi Kagak langsung melalui Perantara mengenai pertukaran tawanan dan tahanan akan dilanjutkan. Penarikan sebagian Laskar Israel dari daerah tertentu juga akan terjadi bersamaan dengan kembalinya keluarga pengungsi ke rumah mereka tanpa hambatan dan Aliran Sokongan dan bahan bakar ke Gaza. 

Pada fase kedua, kata al-Hayya, akan Terdapat penghentian total dan permanen aktivitas militer di Gaza. 

Kemudian pada fase terakhir akan Konsentrasi pada permulaan rekonstruksi di Gaza pascaperang, yang diawasi oleh Mesir, Qatar, dan badan-badan PBB. 

“Sekarang bola Terdapat di tangan Israel,” katanya. 

Juru bicara Departemen Luar Negeri AS Matthew Miller mengatakan Washington akan “menahan penilaian” atas pengumuman Hamas Tiba mereka punya waktu Kepada meninjaunya sepenuhnya. 

“Saya dapat mengonfirmasi bahwa Hamas telah mengeluarkan tanggapan. Kami sedang meninjau tanggapan tersebut sekarang dan mendiskusikannya dengan Kenalan kami di kawasan,” katanya. 

Cek Artikel:  Tok Hakim Putuskan Hukuman Penjara 400 Tahun Buat Suami dan 50 Pria atas Pemerkosaan Massal di Prancis

“Ini adalah sesuatu yang menjadi prioritas Istimewa bagi Segala orang di pemerintahan ini, mulai dari presiden hingga ke Rendah,” tambah Miller. 

Pernyataan Hamas dirilis setelah Laskar Israel menyerang Posisi di kota Rafah di Jalur Gaza selatan setelah Israel memerintahkan puluhan ribu orang Kepada mengungsi. Lebih dari 1,4 juta pengungsi Palestina mencari perlindungan di Kawasan tersebut. 

Pada hari Senin, Israel mengatakan kabinet perangnya telah menyetujui kelanjutan operasi militer di kota tersebut. 

“Kabinet perang dengan Bunyi bulat memutuskan bahwa Israel melanjutkan operasi di Rafah Kepada memberikan tekanan militer terhadap Hamas guna mempercepat pembebasan sandera kami dan tujuan perang lainnya,” kata kantor Netanyahu.

Mungkin Anda Menyukai