Tumor Otak Tantangan dan Masa Depan

Tumor Otak: Tantangan dan Masa Depan
Feby Purnama, KSM Neurologi Edelweiss Hospital, PERDOSNI Bandung, Pengurus Pusat JDN-PB IDI(Dok Pribadi)

ISU yang tidak kalah menantang pada bidang ilmu kedokteran sistem saraf adalah tumor otak. Tumor otak sampai saat ini masih memiliki stigma sebagai penyakit fase terminal yang dianggap sebagian besar masyarakat sebagai suatu diagnosis yang dengan prediksi (prognosis) buruk untuk pemulihan fungsi maupun kematian yang tinggi. 

Otak merupakan organ yang berfungsi mengendalikan semua aktivitas normal tubuh dan menjadi pusat penyimpanan memori manusia. Jaringan pada otak memiliki susunan utama sel-sel saraf (neuron) yang berfungsi menyampaikan sinyal antarsel dan sel-sel glia yang berfungsi mendukung dan mempertahankan keseimbangan cairan di sekeliling neuron. Pertumbuhan sel saraf dan sel glia  yang tidak normal menjadi awal terbentuknya tumor otak.

Perjalanan kejadian tumor otak terbentuk jika sel tersebut tumbuh tidak terkendali dan menghasilkan jaringan ekstra. Secara garis besar terdapat 2 kelompok tumor otak yaitu: tumor otak primer yang berasal dari sel-sel di jaringan otak. Teladan tumor otak primer adalah astrocytoma, glioma, tumor ependim, tumor pleksus choroid, tumor tipe campuran neuronal dan glial, tumor embrional, meningioma, tumor mesenkimal, tumor melanositik, limfoma tumor histolitik, tumor sel germ, dan tumor regio sellar, yang masing-masing mempunyai subklasifikasi yang terangkum pada Penggolongan Tumor WHO tahun 2016. 

Baca juga : Indonesia Tetap Kekurangan 30 Ribu Dokter Spesialis

Tumor otak sekunder yang merupakan penyebaran (metastasis) dari sel tumor sistem organ lain di luar otak. Berikut ini adalah urutan dimulai dari yang tertinggi penyebaran sel kanker sistem organ lain ke otak: sel kanker paru sebesar 64% menyebar ke otak, diikuti kanker payudara 25% dan melanoma sebesar 20% terjadi penyebaran ke otak, diikuti kanker ginjal, usus besar, tiroid, dan sel kanker genitourinaria seperti prostat dan leher rahim (serviks).

Cek Artikel:  Pilkada Jakarta, antara Elektabilitas dan Politik Kekuasaan

Pasien tumor otak sering datang ke fasilitas layanan kesehatan dengan gejala awal nyeri kepala yang kronik dan progresif serta dapat ditemukan perubahan perilaku. Di Instalasi Darurat Darurat pasien dengan episode nyeri kepala yang kemudian skala nyeri tersebut menjadi sangat hebat diikuti dengan tanda peningkatan tekanan tinggi rongga kepala (intracranial) seperti kejang atau muntah yang proyektil. 

Dari pemeriksaan fisik dapat ditemukan kelumpuhan anggota gerak, pandangan buram,  dan gangguan saraf kranial lainnya. Sering pada setting rawat jalan (poliklinik) pasien datang dengan keluhan nyeri kepala, vertigo, pandangan buram yang berlangsung lama dan bertahap dinilai pasien memberat. 

Baca juga : Rangkul Prodia, Brawijaya Genomic Center Hadirkan Pengobatan yang Dipersonalisasi

Ketika seorang dokter spesialis neurologi menilai adanya kemungkinan suatu tumor otak, maka dokter tersebut membutuhkan pencitraan otak sebagai langkah awal. Terdapat beberapa pilihan, yaitu: Computed Tomography (CT) scan dengan media kontras, Magnetic Resonance Imaging (MRI) dengan media kontras, Magnetic Resonance Spectroscopy (MRS), dan Diffusion Weight Imaging (DWI), dan Postiron Emission Tomography (PET) scan. 

Cek Artikel:  Kampanye Cerdas

Masing-masing alat pencitraan otak tersebut digunakan atas indikasi, namun untuk langkah awal diagnostik CT scan kepala dengan media kontras sangat penting diutamakan untuk menentukan keberadaan dan lokasi dan dokter dapat menilai kerusakan tulang tengkorak berupa destruksi atau erosi tulang yang diakibatkan pertumbuhan tidak terkendali tumor otak.

Pemeriksaan laboratorium menambah informasi klinis sehingga semakin mendefinitifkan jenis tumor yang mungkin terjadi. Teladan pemeriksaan sitologi dan flowcytometry menegakkan diagnosis limfoma sistem saraf pusat atau pada kasus kecurigaan penyebaran tumor pada leptomeningeal maupun kraniospinal. Informasi laboratorium lain seperti darah lengkap, fungsi hati dan ginjal, profil glukosa darah, elektrolit, serologi hepatitis,  Lactate Dehydroginase (LDH) diperlukan untuk menilai keadaan sistemik umum pasien selama menjalani terapi. 

Baca juga : Functional Medicine vs Conventional Medicine

Penilaian tahapan derajat (staging dan grading) tumor otak merupakan hal penting untuk penentuan terapi radiasi, kemoterapi atau tatalaksana penatalaksanaan keduanya yang dilakukan secara  bergantian bertahap. Staging dan grading ini dilakukan sekaligus Ketika tumor otak tersebut dilakukan saat tindakan pembedahan reseksi total atau parsial dengan cara biopsi.

Prinsip pemberian obat (terapi medikamentosa) pada tumor otak meliputi tatalaksana penurunan tekanan pada rongga kepala baik dengan obat-obatan golongan steroid, pemberian obat anti kejang, dan penatalaksanaan nyeri kanker. 

Cek Artikel:  Mengenalkan Kebudayaan Islam dari Nusantara ke Publik Eropa

Tumor otak bisa dicegah dengan metode pencegahan primer dan sekunder. Pencegahan primer merupakan upaya penelusuran faktor risiko, namun upaya ini masih banyak ditemukan kesulitan. Teladan pencegahan primer seperti penelusuran pemetaan kromosom pada pasien dengan riwayat trauma kepala dan radiasi kranial. Teladan pencegahan sekunder adalah metode penapisan pada pasien yang dengan faktor risiko tinggi yang dilakukan saat tumor masih fase awal.

Baca juga : Penyelesaian Distribusi Dokter Pagilai Belum Optimal

Loyalp penanganan tumor otak perlu kolaborasi multidisiplin ilmu: Saraf, Bedah Saraf, Ilmu Penyakit Dalam, Ilmu Kesehatan Anak pada kasus tumor otak anak, Radiologi, Onkologi-Radiologi, Patologi Anatomi, Patologi Klinik, Rehabilitasi Medik, hingga Gizi Klinik berperan penting pada proses pemulihan pasien. 

Ketimpangan dari aspek sumber daya manusia berupa sebaran jumlah dokter spesialis dan  tenaga ahli maupun fasilitas diagnostik dan terapeutik menjadi tantangan saat ini. Kepada menjawab permasalahan tersebut, pada akhirnya diperlukan suatu kebijakan professional berbasis bukti yang berlaku nasional untuk penanganan terbaik kasus-kasus tumor otak di Indonesia. (H-2)
 

 

Baca juga : Petik Manfaat Stem Cell, Oki Loyalna Dewi Jadi Brand Ambassador CSC

Mungkin Anda Menyukai