Perjalanan Menikmati Pesona Desa Wae Rebo

Pariwisata Indonesia–Hai Gaaees!

Diceritakan Andika Pradipta

Perjalanan ke Desa Wae Rebo akan membangkitkan jiwa petualangan saya dan Anda.

Desa Wae Rebo ini  Gaaees..merupakan destinasi di mana kita dapat menghirup udara pegunungan yang segar di sebuah pedesaan terpencil nan asri yang Segar di Flores, tepatnya di Manggarai, Nusa Tenggara Timur (NTT).

Ya, sebenernya lokasinya cukup jauh Gaaees dari Kota Labuan Bajo. Dari Bandara Komodo, perjalanan Tetap harus ditempuh dengan kendaraan selama 4 jam lebih.

Naik motor menuju Desa Wae Rebo. Foto : Andika Pradipta/PariwisataIndonesia.id

Anda Dapat naik mobil travel sejenis elf atau mini bus. Tetapi, saya memilih membawa kendaraan sendiri. Saya naik motor Gaaees.. rasanya lebih nyaman walaupun melelahkan. Saya mengendarai motor trail yang saya atur Demi perjalanan jarak jauh atau touring. Dan memakai salah satu perlengkapan outdoor lokal terbaik di Indonesia, Consina, Demi apparels, duffle, dan perlengkapan lainnya.

Jalur ke Desa Wae Rebo cukup menantang, banyak jalan yang Tetap rusak Tetapi sebagian besar sudah bagus dan mulus. Kalo naik motor atau mobil 4 wheels drive kita Dapat memilih jalur Lembor. Dari Labuan Bajo, Anda Dapat pake aplikasi Google Map, Demi peta presisi ke Desa Denge atau gereja Paulus Denge.

Cek Artikel:  Nikmati Pesona Luminor Hotel Banyuwangi dengan Promo Ruangan Lucky July

Jangan khawatir di Google Map terlihat jalan terputus, padahal gak sih. Keliatannya doang putus. Jembatan yang terputus sudah diperbaiki. Lembah, ladang, persawahan, bukit-bukit, dan kawasan pinggir pantai menemani perjalanan saya selama bermotor.

Memasuki Desa Wae Rebo. Foto : Andika Pradipta/PariwisataIndonesia.id

Menjelang pintu masuk Desa Wae Rebo, Anda akan dikerubuti oleh banyak pemuda lokal yang menawarkan jasa pemandu dan ojek motor. Baiknya kalo bawa kendaraan sendiri diparkir di sekolah dasar 2 kilometeran sebelum pintu masuk Demi trekking di Wae Rebo atau Lumrah disebut pos 1.

Kendaraan Anda Kondusif dijaga di sana. Tinggal disambung naik ojek motor sejauh kurang lebih 2 kilometer dengan ongkos Rp50.000. Demi jasa pemandunya Rp200.000 per hari.

Desa Wae Rebo dari kejauhan./PariwisataIndonesia.id

Saya Tiba di pos 1 sudah pukul 18:15 waktu setempat. Artinya, kita harus trekking malam. Gak masalah buat saya, karena sebelumnya saya sudah menyiapkan perlengkapan Demi pendakian malam.

Mulai dari headlamp, raincoat, sepatu trekking, dan tas gunung. Lengkap deh. Dari pos 1 menuju pos 2 jalurnya lumayan terjal Gaaees! Tapi, dari pos 2 ke-3 lanjut pos Kasih Ibu, jalur tracking cukup landai. Jadi, di jalan kita Dapat berbicang-bincang mengenai sejarah Wae Rebo dengan pemandu.

Cek Artikel:  Pantai Tersembunyi Bias Tugel di Bali

Setelah 3 jam hiking, sampailah kita di Wae Rebo. Salah satu desa tertinggi di Indonesia, Yakni lokasinya 1.200 meter di atas permukaan laut. Karena tiba malam hari tepatnya pukul 21:00, belum banyak yang saya lihat Demi itu. Pemandu saya mengetuk pintu di rumah Primer, beruntungnya saya diberikan rumah Primer karena rumah lain sudah penuh dengan tamu.

Saya berpose Serempak Penduduk Desa Wae Rebo./PariwisataIndonesia.id

Menginap di Rumah Adat Mbaru Niang

Desa Wae Rebo punya 7 rumah adat. Setiap rumah dihuni oleh enam hingga delapan keluarga. Rumah adat atau Mbaru Niang terdiri dari lima Dasar dengan atap daun lontar dan ditutupi oleh ijuk.

Setiap pengunjung atau tamu yang datang akan dijamu di dalam satu Mbaru Niang yang disediakan Tertentu Demi menyambut wisatawan yang datang melancong.

Penduduk Desa Wae Rebo menunjukkan biji kopi flores. Foto : Andika Pradipta/PariwisataIndonesia.id

Anda akan diberikan jamuan berupa Kopi Flores sebagai welcome drink di Mbaru Niang ini! Kalo Ingin bermalam seperti saya, Anda Dapat menginap di Mbaru Niang ini. Sudah disediakan selimut dan bantal seadanya.

Cek Artikel:  Menikmati menu spesial Imlek Sembari nonton atraksi singa

Keindahan Desa Wae Rebo dan keramahan warganya sungguh membius kami. Setiap berpapasan selalu tersenyum dan menyapa hangat.

Pemandangan Desa Wae Rebo, Labuan Bajo. Foto : Andika Pradipta/PariwisataIndonesia.id

Setiap bulan November, Penduduk di Desa Wae Rebo merayakan Upacara Adat Penti, Yakni perayaan Demi mengucapkan rasa syukur berkat hasil panen yang didapatkan dalam setahun serta memohon keharmonisan dan perlindungan.

Sayangnya saya datang bukan di waktu upacara adat. Tapi, Segala keindahan dan keramahan penduduknya, Membikin saya betah, gak pengen Segera-Segera pulang.

Motor yang saya kendarai Demi touring wisata di Labuan Bajo.

Tetapi, Tetap banyak tempat wisata yang akan saya kunjungi Gaaees..

Sebelum meninggalkan desa, Terdapat baiknya kita Permisi ke para tetua. Jangan kaget ya, kita akan dimintai donasi Demi desa sebanyak Rp325.000, Demi makan selama kita di sana, tempat tinggal, dan pemeliharaan rumah adat.

Saya akan melanjutkan ke destinasi wisata lainnya di Labuan Bajo Gaaees!

Tungguin cerita saya berikutnya yaa..

Mungkin Anda Menyukai