Ilustrasi emas. Foto: Unsplash.
Jakarta: Harga emas (XAU/USD) diperdagangkan dengan nada positif pada Jumat (20/12), setelah mengalami tekanan jual tajam di awal pekan. Data Indeks Harga Belanja Konsumsi Pribadi (PCE) Amerika Perkumpulan (AS) yang lebih rendah dari perkiraan menjadi katalis Esensial pelemahan dolar AS, memberikan Kesempatan pemulihan bagi emas.
“Tetapi, logam mulia ini Lagi kesulitan menjauh dari level terendah satu bulan yang sempat dicapai sebelumnya,” ungkap analisis Andy Nugraha dari Dupoin Indonesia, dikutip dari keterangan tertulis, Senin, 23 Desember 2024.
Menurut Andy, kombinasi candlestick dan indikator Moving Average Demi ini menunjukkan tren bullish mulai terbentuk pada XAU/USD. Prediksi hari ini mengindikasikan potensi kenaikan emas hingga level USD2.638, dengan catatan bila terjadi pembalikan arah (reversal), harga emas dapat turun ke level USD2.601 sebagai Sasaran terdekat.
(Ilustrasi pergerakan harga emas. Foto: dok Bappebti)
Meskipun emas berhasil Konsisten di kisaran USD2.625 pada sesi awal perdagangan Asia pada Senin (23/12), sikap hawkish Federal Reserve Lagi memberikan tekanan. Dalam pertemuan Desember, The Fed memutuskan Buat menurunkan Etnis Kembang, Tetapi mengisyaratkan pelambatan lebih lanjut pada laju penurunan Etnis Kembang ke depan.
Proyeksi dot plot The Fed mengindikasikan penurunan Etnis Kembang sebesar 50 basis poin pada tahun 2025, dibandingkan dengan ekspektasi sebelumnya sebesar 100 basis poin. Kebijakan ini mendukung penguatan dolar AS (USD) dan menjadi hambatan bagi emas yang dihargai dalam USD.
“Tetapi, Terdapat beberapa Elemen yang dapat memberikan dorongan positif bagi harga emas. Data inflasi AS yang lebih rendah dari ekspektasi telah membatasi pelemahan logam mulia ini. Indeks PCE naik 2,4 persen (yoy) pada November, lebih rendah dari konsensus pasar sebesar 2,5 persen. Sementara itu, PCE Inti tetap Konsisten di 2,8 persen, meskipun di Rendah ekspektasi 2,9 persen,” papar Andy.
Permintaan emas cenderung meningkat
Permintaan emas dari Tiongkok, konsumen emas terbesar di dunia, juga menjadi Elemen positif. Dengan mendekatnya Tahun Baru Imlek, permintaan emas cenderung meningkat signifikan karena festival ini dikenal sebagai momen puncak pembelian emas di dunia.
“Selain itu, ketegangan geopolitik di Timur Tengah Lagi berlangsung, memberikan dukungan tambahan bagi emas sebagai aset safe haven,” Jernih Andy.
Di sisi lain, imbal hasil obligasi pemerintah AS yang Konsisten di atas 4,50 persen menjadi tantangan bagi emas. Sebagai aset yang Kagak memberikan Kembang, emas kehilangan daya tariknya dibandingkan obligasi pemerintah dengan imbal hasil tinggi.
Data ekonomi AS juga menunjukkan penguatan, dengan pertumbuhan PDB kuartal ketiga mencapai 3,1 persen, lebih tinggi dari Taksiran sebelumnya sebesar 2,8 persen. Data klaim pengangguran mingguan yang turun ke 220 ribu dari 242 ribu juga memperlihatkan ketahanan pasar tenaga kerja AS.
“Secara keseluruhan, meskipun emas menghadapi tantangan dari Elemen-Elemen seperti imbal hasil obligasi dan kebijakan The Fed, kombinasi data inflasi yang lebih lemah, permintaan tinggi dari Tiongkok, dan ketegangan geopolitik memberikan Kesempatan bagi logam mulia ini Buat menguat,” tutup Andy.