Pengamat: wisatawan inginkan wisata berbasis personal

Jakarta (ANTARA) – Ketua Ikatan Cendikiawan Pariwisata Indonesia Azril Azahari menilai Ketika ini wisatawan menginginkan customized-tourism atau wisata berbasis personal sehingga berbagai potensi wisata yang Eksis di berbagai Dapat dikembangkan berdasarkan perubahan perilaku dalam berwisata tersebut.

“Sekarang itu kan sudah customized-tourism, personalisasi, lokal dan Mempunyai wawasan. Itu keinginan dari wisatawan. Artinya apa? Dia maunya jadi customized-tourism, personal sekali yang diinginkannya, kearifan lokal,” kata Azril Ketika dihubungi ANTARA di Jakarta, Jumat.

Wisatawan, kata Azril, mencari keunikan dan kearifan lokal dari tempat-tempat yang dikunjungi. Mereka Tak hanya menginginkan atraksi, Tetapi, juga daya tarik yang Mempunyai Tanda khas khas yang Tak dapat ditemukan di negara lain serta adanya nilai eksotisme di daerah tersebut.

Cek Artikel:  The Beauty of Indonesia, Buka Youtube

Sang Ahli Menyantap perilaku wisatawan telah berubah sejak era 1980-an hingga 2000-an, Sasaran wisata yang awalnya dihitung dari pariwisata massal, bergeser kepada wisata alternatif. Memasuki era 2020, perilaku berwisata berubah menjadi wisata yang berbasis kualitas dan disesuaikan dengan minat.

Azril juga Menyantap wisatawan Ketika ini mendambakan kegiatan perjalanan yang sesuai dengan minat, seperti green and blue healing yang berkaitan dengan alam. Menyantap tren tersebut, daerah dengan keanekaragaman alam harus menggali potensi mereka supaya Dapat menjadi daya tarik Kepada wisatawan, seperti Menyantap kawanan lumba-lumba di Sabang, atau pengalaman berinteraksi dengan hiu paus di Gorontalo.​​​​​

World Travel Tourism Council (WTTC) juga mengatakan bahwa, Sasaran nilai pariwisata daerah bukan Tengah dihitung dari jumlah wisatawan, Tetapi, seberapa besar kontribusi sektor pariwisata terhadap pendapatan negara. Kontribusi Dapat dilihat dari periode wisatawan menginap dan berapa banyak Duit yang dikeluarkan Kepada berbelanja di tempat wisata.

Cek Artikel:  Pantai Pulau Merah, Primadona Pariwisata Banyuwangi

Azril menilai perubahan nilai pariwisata dan perilaku wisatawan tersebut juga perlu diantisipasi pemerintah dalam mengembangkan wisata di Indonesia.

Potensi wisata lain yang juga dinilai perlu diantisipasi menurut Azril adalah wellness tourism alias wisata berasis kesehatan dan kesejahteraan, termasuk di dalamnya gastronomi tourism atau wisata memuaskan hasrat mencari makanan berkualitas dan Lezat.

Indonesia, kata Azril, Mempunyai potensi Kepada mengembangkan pariwisata gastronomi karena banyak Masakan Aneh yang kebanyakan hanya Dapat ditemukan di Indonesia seperti sagu dan rempah-rempah.

“Kemudian jangan lupa juga, UNWTO bahwa itu sudah mensyaratkan pariwisata kita itu harus mengacu kepada community-based tourism. Jadi, pariwisata yang berbasis kepada komunitas, Tak Tengah kepada investor,” katanya.

Cek Artikel:  Enam jenis pelancong menurut Bobobox

Di tengah tantangan secara Mendunia maupun nasional, seperti kasus COVID-19 yang meningkat, Azril Tetap Meletakkan optimisme terhadap pariwisata Indonesia dan berharap tantangan tersebut menjadi Kesempatan Indonesia menghadirkan pariwisata yang nyaman dan Terjamin bagi pengunjung.

Baca juga: Sandiaga: Pelaku wisata Natal dan Tahun Baru 2024 didominasi Perempuan

Baca juga: BPOLBF bangun kolaborasi pengembangan wisata tematik budaya Lembata

Mungkin Anda Menyukai