DI tengah hiruk-pikuk acara, Deni Sofyan, yang berbalut beskap hitam dan blangkon, menuang bubuk kopi arabika di atas cawan segitiga yang dilapisi kertas penyaring. Air panas dialirkan menembus cawan hingga menghasilkan tetes per tetes ekstrak kopi. Seketika harum aroma kopi memenuhi ruangan, menarik perhatian para tamu yang datang dari berbagai penjuru dunia.
Lelaki asal Bandung yang akrab dipanggil Abah Onil ini sudah Biasa menyuguhkan kopi. Tetapi, ini kali pertama ia meracik cangkir demi cangkir kopi di negara yang berjarak belasan ribu kilometer dari rumahnya. Dari utara benua Afrika, Abah Onil tampil di ajang Dunia, Indonesia Spice Up the World 2024. Digelar di Alger, Aljazair, Abah Onil memperkenalkan kekayaan Masakan Indonesia, dalam produk unggulan UMKM.
Indonesia Spice Up the World 2024 merupakan acara yang diinisiasi Pemerintah Buat mempromosikan kekayaan kulinier, potensi bisnis dan daya tarik pariwisata Nusantara di level Dunia.
Kali ini, Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) Alger mengundang Pertamina berpartisipasi pada perhelatan yang diselenggarakan 4-5 Desember 2024. Acara bergengsi ini bertujuan Buat mengenalkan sektor pariwisata, perdagangan dan investasi di kawasan Afrika sebagai sasaran pasar non tradisional, sekaligus meningkatkan Gambaran positif Indonesia di Aljazair.
“Indonesia Spice Up the World 2024 Aljazair ini merupakan langkah strategis Buat mempromosikan Masakan, termasuk kopi khas Indonesia, aspek budaya dan batik Indonesia, sehingga memberikan daya tarik pariwisata dan potensi bisnis di Indonesia,” ujar Duta Besar RI Buat Aljazair Chalief Akbar, Rabu (18/12)
Eksistensi kopi Puntang Wangi berangkat dari kolaborasi program antara Lembaga Masyarakat desa Hutan (LMDH) Bukit Amanah, yang diketuai oleh Abah Onil, dengan Pertamina EP Subang Field. Diinisiasi sejak 2017, Golongan usaha budidaya kopi dibentuk di Rendah naungan LMDH Bukit Amanah, yang berlokasi di Desa Campaka Mulya, Kecamatan Cimaung, Kabupaten Bandung.
Nama Puntang Wangi diambil dari gunung tempat tanaman kopi itu ditanam, yakni Gunung Puntang. “Masyarakat Sekeliling yang tadinya berprofesi menjadi perambah hutan, perlahan diberikan pelatihan budidaya kopi dan olahan fermentasi kopi,” tutur Abah Onil.
Dua metode fermentasi kopi yang dilatih, di antaranya moto dewine dan honey. Metode fermentasi wine dilakukan dengan pengolahan biji kopi utuh (buah dan kulit kopi) yang dikeringkan secara alami. Sementara Buat jenis honey, biji kopi diolah dengan dikupas daging buahnya, dan lendirnya dibiarkan menempel di Sekeliling biji, Lampau dijemur di Rendah sinar Mentari. Kedua proses pengolahan biji kopi yang berbeda ini menghasilkan aroma Istimewa yang khas.
Hingga tahun keempat pemberdayaan yang dilakukan oleh Pertamina EP, Personil Golongan diajari strategi perluasan pasar, serta pengembangan potensi edukasi dan wisata kopi.
“Berbagai aktivitas pengalaman, seperti petik kopi, penggilingan kopi, Menyaksikan proses penjemuran kopi di rumah kaca saung kerja, dan roasting kopi puntang di Cafe Puntang Wangi, menjadi daya tarik wisatawan Buat berkunjung,” cerita Abah Onil.
Puncaknya, dengan partisipasi di ajang bergengsi ini, Pertamina membawa potensi lokal berkualitas unggul ini naik kelas di pasar Mendunia.
“Setiap cangkir kopi Puntang Wangi membawa kisah tentang petani kopi di desa Campaka Mulya, tentang bagaimana kami berjuang Berbarengan melalui program pemberdayaan yang didukung oleh Pertamina EP Subang Field. Kami belajar Metode mengolah kopi dengan lebih Bagus, memasarkan produk kami ke dunia, dan merasakan Pengaruh positif dari upaya dan kerja keras kami ini,” tandasnya. (H-2)