Cocokkah Bahaya Bromat Mengintai Kita

Benarkah Bahaya Bromat Mengintai Kita?
dr. Nurul Hanifa, Sp.Ok (RS EMC Tangerang dan Bethsaida Hospital)(Dok. Pribadi)

DI zaman yang serba cepat dan praktis ini, tentunya keberadaan air minum dalam kemasan sangat membantu kita dalam memenuhi kebutuhan air dalam tubuh. Tetapi apa jadinya jika air minum dalam kemasan yang menjadi andalan dalam aktivitas sehari-hari kita, diberitakan mengandung sebuah zat yang disinyalir dapat menyebabkan beberapa bahaya terhadap kesehatan? Mari kita simak faktanya.

Bromat, yang menjadi perbincangan di masyarakat bukanlah senyawa yang secara alami berada dalam air minum dalam kemasan. Seperti kita tahu bahwa air minum dalam kemasan harus melalui proses desinfeksi dengan ozonisasi. Ozonisasi berfungsi untuk menghilangkan segala jenis bakteri dan mikroorganisme merugikan lainnya. Proses inilah yang menghasilkan produk sampingan yang kita kenal bernama Bromat. 

Senyawa bromat akan terbentuk ketika ozon yang ditujukan untuk mendesinfeksi air minum dalam kemasan, bereaksi dengan bromida alami yang mengandung unsur Brom bermuatan negatif dan memang sudah terdapat dalam sumber air minum. Brom yang bermuatan negatif bisa bereaksi dengan ozon atau O3 saat proses ozonisasi dan terbentuk senyawa BrO3 atau yang kita kenal dengan Bromat.

Cek Artikel:  Debat Capres Terakhir Harus Suguhkan Substansi bukan Gimik

Baca juga : Waspadai Senyawa Bromat di Air Minum dalam Kemasan

Perlu kita ketahui juga bahwa senyawa Bromat tidak menghasilkan warna ataupun rasa dalam air, sehingga air minum dalam kemasan yang mengandung senyawa Bromat tidak akan berubah warna ataupun memiliki rasa lebih manis ataupun lebih pahit.

Akibat kesehatan dari Bromat yang sedang ramai diperbincangkan adalah rasa mual, muntah, nyeri perut, diare, muntah darah, gangguan sistem saraf pusat seperti hilangnya reflek dan kelelahan berlebihan, gangguan darah seperti anemia, dan pembengkakan paru. Sebagian besar gangguan kesehatan ini dapat sembuh setelah mendapat penanganan medis. 

Tetapi terdapat juga efek kesehatan akibat senyawa Bromat yang tidak dapat sembuh atau kembali seperti semula, yaitu gagal ginjal dan tuli pada pendengaran. Tetapi hal ini dapat terjadi jika seseorang mengkonsumsi senyawa Bromat sebanyak ribuan kali lebih banyak dibandingkan dengan yang terdapat pada jumlah standar senyawa Bromat pada air minum dalam kemasan.

Baca juga : Kebutuhan Air Minum Naik, Brand Capekl AMDK Kemasan Gelas Mendominasi

Cek Artikel:  Oase dari MK bagi Kemarau Demokrasi

Konsumsi senyawa Bromat dalam kadar yang tinggi dan jangka waktu yang lama juga terbukti menyebabkan kanker pada penelitian pada hewan, sedangkan efek kanker pada manusia belum diketahui sepenuhnya. Beberapa orang berada pada risiko yang lebih besar untuk terkena dampak kesehatan akibat senyawa Bromat yang dikonsumsi berlebihan. 

Karena senyawa Bromat dapat menyebabkan efek gangguan pada ginjal, maka mereka yang telah memiliki gangguan pada ginjal sebelumnya dapat berisiko lebih besar daripada mereka yang memiliki ginjal yang sehat. Bicara mengenai suatu senyawa yang ada di dalam air minum, tentunya kita perlu mengetahui berapa batas aman kadar senyawa tersebut, khususnya terkait dampak kesehatan pada manusia. 

Rekomendasi WHO atau badan kesehatan dunia menetapkan standar senyawa Bromat pada air minum adalah 10 ppb, namun sifatnya tidak mengikat, dan berbeda di tiap negara. WHO juga menyatakan tidak ada bukti atau penelitian yang memadai tentang karsinogenitas Bromat pada manusia dan, secara alami, Bromat pada tubuh dapat dikeluarkan melalui urin. Di Indonesia sendiri, batas aman Bromat yang ditetapkan oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan (Badan POM) adalah 10 ppb atau 0,01 mg per liter air minum.

Cek Artikel:  Politikus Animasiis

Baca juga : Anggota Dirikui Rasa AMDK yang Segar dan Terjangkau

Dikutip dari Kementrian Perindustrian, pengujian kandungan bromat menggunakan alat Ion Chromatography (sesuai SNI 3554:2015 tentang Langkah Uji Air Mineral dalam Kemasan) telah menambahkan beberapa parameter kimia, dan salah satunya adalah senyawa Bromat. 

Seluruh produsen air minum dalam kemasan di Indonesia harus melewati pengujian ini sebelum dapat memasarkan air minum tersebut ke masyarakat. Selain dari pengujian awal tersebut, dilakukan juga pengujian berkala dari sampel internal maupun eksternal, sehingga baik kadar senyawa Bromat maupun zat kimia lainnya dapat selalu dimonitor dan di evaluasi oleh produsen air minum dalam kemasan.

Sebagai masyarakat awam, tentunya kita tidak perlu khawatir lagi dalam mengkonsumsi air mineral dalam kemasan setelah mengetahui fakta mengenai senyawa Bromat, kadar yang diperkenankan, dan bagaimana sebuah air mineral dalam kemasan bisa mendapatkan izin edar di pasaran. Salam sehat dan produktif!

Mungkin Anda Menyukai