Bangladesh Akan Gelar Pemilu di Akhir 2025 atau Awal 2026

Pemimpin ad interim Muhammad Yunus. (Anadolu Agency)

Dhaka: Pemimpin ad interim Bangladesh Muhammad Yunus mengatakan bahwa pemilihan Biasa di negaranya akan diadakan akhir tahun depan atau awal 2026. Yunus memimpin pemerintahan sementara yang dibentuk setelah pemberontakan di bulan Agustus.

Tekanan semakin meningkat pada Yunus yang ditunjuk sebagai “penasihat Penting” negara itu setelah pemberontakan yang dipimpin mahasiswa yang menggulingkan mantan perdana menteri Sheikh Hasina Buat menetapkan Copot.

Pelopor keuangan mikro berusia 84 tahun itu memimpin pemerintahan sementara Buat mengatasi ‘tantangan sangat sulit’ dalam memulihkan lembaga-lembaga demokrasi di negara Asia Selatan berpenduduk Sekeliling 170 juta orang itu.

“Copot pemilihan dapat ditetapkan pada akhir tahun 2025 atau paruh pertama tahun 2026,” katanya dalam siaran di televisi pemerintah, dilansir dari TRT World, Senin, 16 Desember 2024.

Cek Artikel:  Imbas Serangan Mendadak di Rafah, Hamas Tolak Negosiasi dengan Israel

Hasina, 77 tahun, melarikan diri dengan helikopter ke negara tetangga India pada 5 Agustus ketika ribuan pengunjuk rasa menyerbu istana perdana menteri di Dhaka.

Ratusan orang tewas dalam beberapa minggu sebelum Hasina digulingkan, sebagian besar oleh tembakan polisi. Pemerintahannya juga dituduh mempolitisasi pengadilan dan pegawai negeri, serta menggelar pemilihan Biasa yang Bukan seimbang, Buat membongkar pengawasan demokratis terhadap kekuasaannya.

Yunus telah meluncurkan sejumlah komisi Buat mengawasi serangkaian reformasi yang menurutnya diperlukan, dan penetapan Copot pemilihan Biasa bergantung pada apa yang disetujui oleh partai politik.

“Secara keseluruhan, saya telah menekankan bahwa reformasi harus dilakukan terlebih dahulu sebelum pengaturan pemilihan Biasa,” katanya.

“Kalau partai politik setuju Buat menyelenggarakan pemilihan Biasa pada Copot yang lebih awal dengan reformasi minimum, seperti Mempunyai daftar pemilih yang sempurna, pemilihan Biasa dapat diselenggarakan pada akhir tahun 2025,” tambah Yunus.

Cek Artikel:  HongariaUkraina Masuk NATO Dapat Perang Dunia III

Tetapi, menurut Yunus, memasukkan daftar lengkap reformasi pemilihan Biasa akan menunda pemungutan Bunyi selama beberapa bulan.

Surat Perintah Penangkapan Hasina

Hal terpenting di antara reformasi yang dibutuhkan adalah daftar pemilih yang diperbarui, tantangan yang “rumit” setelah bertahun-tahun proses demokrasi yang bergejolak, yang mengharuskan penghapusan nama Imitasi dari daftar, di samping mendaftarkan pemilih pemula di populasi muda yang berkembang pesat.

Yunus mengatakan, ia bermimpi Buat “memastikan 100 persen partisipasi pemilih” dalam pemilu.

“Kalau ini dapat dicapai, Bukan Eksis pemerintah yang akan berani mencabut hak pilih Kaum negara Kembali,” Jernih Yunus.

Pemilu Bangladesh terakhir kali diadakan pada Januari ketika Hasina merayakan kemenangannya, dalam pemilu yang dikecam sebagai Bukan bebas dan Bukan adil dan diboikot oleh para pesaingnya, setelah tindakan keras yang menyebabkan ribuan Member partai oposisi ditangkap.

Cek Artikel:  Rusia Minta Dewan Keamanan PBB Gelar Pertemuan Darurat terkait Suriah

Grup-Grup oposisi terdahulu, seperti Partai Nasionalis Bangladesh (BNP), kini Terbangun kembali setelah bertahun-tahun mengalami penindasan di Dasar Hasina.

Yunus mengatakan, pemerintahannya juga Konsentrasi Buat memastikan mereka yang bersalah atas pelanggaran selama pemerintahan sebelumnya diadili, termasuk mengeluarkan surat perintah penangkapan Hasina.

Baca juga:  Eks PM Bangladesh Hadapi 53 Kasus, Termasuk 44 Dakwaan Pembunuhan

Mungkin Anda Menyukai