Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu. Foto: EPA-EFE
Washington: Penasehat Keamanan Nasional Amerika Perkumpulan (AS), Jake Sullivan, mengunjungi Israel dan Bersua dengan Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu dalam upaya mendukung usaha yang baru-baru ini dihidupkan kembali Buat mencapai kesepakatan gencatan senjata di Gaza.
Setelah pertemuan tersebut, Sullivan mengatakan dia “merasakan” bahwa pemimpin Israel tersebut “siap Buat Membikin kesepakatan” yang akan mengamankan penghentian permusuhan antara Israel dan Grup pejuang Hamas di Gaza, sekaligus memastikan pembebasan 100 sandera yang Lagi ditahan oleh Grup tersebut setelah diculik ke Jalur Gaza selama serangan pada 7 Oktober 2023, yang menewaskan lebih dari 1.200 orang, sebagian besar di antaranya adalah Anggota sipil.
“Tujuan saya adalah menempatkan kami pada posisi Buat dapat menutup kesepakatan ini bulan ini,” kata Sullivan pada konferensi pers di Tel Aviv, seperti dikutip Deutsche Welle, Jumat 13 Desember 2024.
Serangan balasan Israel telah menewaskan sedikitnya 44.805 Anggota Palestina di Gaza, sebagian besar dari mereka Anggota sipil, menurut Nomor dari kementerian kesehatan Area yang dikuasai Hamas yang dianggap dapat dipercaya oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa.
Kemarin, Majelis Standar PBB mengadopsi resolusi yang menyerukan gencatan senjata segera dan tanpa syarat.
Serangan Gaza Lalu berlanjut
Pihak berwenang yang dipimpin Hamas di Gaza menyatakan bahwa serangan udara Israel menewaskan sedikitnya 33 orang, termasuk dua belas penjaga yang mengamankan truk Sokongan. Sementara itu, Laskar Pertahanan Israel (IDF) mengatakan serangan tersebut menargetkan Agresif yang berencana membajak kendaraan tersebut.
Perserikatan Bangsa-Bangsa dan berbagai lembaga Sokongan telah berulang kali memperingatkan tentang krisis kemanusiaan yang akut di Jalur Gaza setelah 14 bulan perang.
Juru bicara UNRWA, Louise Wateridge mengatakan, kepada wartawan yang mengunjungi Nuseirat di Gaza tengah bahwa kondisi masyarakat di Jalur Gaza “sangat Jelek dan menyerupai kiamat.”
Israel juga melancarkan serangan di Lebanon selatan. IDF menyatakan bahwa mereka menargetkan Agresif Hizbullah yang keberadaannya di Area tersebut dianggap melanggar perjanjian gencatan senjata antara Israel dan Lebanon.
IDF menyerang Sasaran di Suriah
Di tempat lain, Israel Lalu melakukan operasi di Suriah setelah runtuhnya rezim Assad. Laskar IDF Lagi berada di Area penyangga yang diawasi PBB dan memisahkan Laskar Israel serta Suriah di Dataran Tinggi Golan. PBB menyatakan bahwa langkah ini melanggar perjanjian gencatan senjata tahun 1974.
Begitu berkunjung ke Yordania, Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken mengatakan bahwa Israel khawatir kekosongan kekuasaan di Area tersebut dapat dimanfaatkan oleh Grup ekstremis. Tetapi, Washington sedang berdiskusi dengan Israel mengenai langkah ke depan.
“Pada Begitu ini, sangat Krusial bagi kita Sekalian Buat memastikan bahwa kita Kagak memicu konflik tambahan,” ujar Blinken.
Pada hari Senin, Israel menyatakan telah menyerang “sisa senjata kimia, rudal jarak jauh, dan roket agar Kagak Anjlok ke tangan Grup ekstremis.”
Direktur Jenderal Organisasi Pelarangan Senjata Kimia (OPCW), Fernando Arias, mengatakan kelompoknya “memantau dengan saksama” laporan serangan terhadap fasilitas militer.
“Kami belum Mengerti apakah serangan ini telah memengaruhi Posisi yang terkait dengan senjata kimia. Serangan udara semacam itu dapat menimbulkan risiko kontaminasi,” pungkas Arias dalam pidatonya. (Antariska)